JAKARTA, KOMPAS – Komite Olimpiade Indonesia akan mengajukan perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ke Komite Olimpiade Internasional (IOC). Setelah rancangan AD/ART disahkan, akan dibentuk tim penjaringan untuk memilih Ketua KOI periode 2019-2023 dalam kongres luar biasa KOI.
Komisi Sport Development KOI Harry Warganegara mengatakan, ada dua hal utama dalam rancangan perubahan AD/ART KOI. ”Pertama adalah bobot nilai voting anggota KOI dari kelompok olahraga Olimpiade berbeda dengan non-Olimpiade. Kedua adalah perubahan jumlah anggota Komite Eksekutif,” ujarnya, di Jakarta, Jumat (7/6/2019).
Perubahan AD/ART itu, menurut Harry, akan disampaikan pada IOC Session yang akan bergulir di Lausanne, Swiss, 25-26 Juni 2019. Adapun rencana kongres luar biasa KOI dilakukan pada Juli, atau setelah IOC Session bergulir.
Harry menjelaskan, saat ini belum dibuka pendaftaran resmi calon ketua KOI karena masih menunggu pembentukan tim penjaringan. ”Kalau melihat kondisi, paling cepat kongres dilakukan pada Agustus karena memerlukan waktu 30 hari kerja untuk menunjuk tim penjaringan setelah berlangsungnya kongres luar biasa KOI,” ujarnya.
Menurut Harry, setelah empat tahun berjalan, kebijakan KOI harus diperbarui untuk mengikuti dinamika perkembangan dunia olahraga yang ada. Apalagi, Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032 sehingga diperlukan persiapan matang untuk mempromosikan ajang itu.
Keputusan untuk menyelenggarakan Olimpiade 2032 akan dilakukan di Paris 2024. Belajar dari Olimpiade Rio de Janeiro 2016, tuan rumah Tokyo sudah memanfaatkan ajang itu untuk menunjukkan kesiapan mereka. ”Oleh karena itu, Olimpiade Tokyo 2020 menjadi ajang terdekat untuk Indonesia mempromosikan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade,” ujarnya.
Dengan terbentuknya kepengurusan KOI baru, diharapkan Indonesia punya cukup waktu untuk membawa pesta olahraga antarnegara sedunia itu ke negara ini. Beberapa isu kritis yang harus segera dibicarakan, menurut dia, adalah pemilihan kota serta arena pertandingan. ”Makanya, kami berharap kongres luar biasa KOI bisa dipercepat untuk menyiapkan Tokyo 2020,” katanya.
Pada Februari 2018, Ketua KOI Erick Thohir menjelaskan, salah satu penyempurnaan AD/ART KOI adalah memperkecil jumlah anggota Komite Eksekutif dari 16 orang menjadi tujuh orang. Posisi Sekretaris Jenderal Bendahara juga tidak lagi dipilih oleh Komite Eksekutif, tetapi oleh ketua dan wakil ketua umum KOI.
Erick menjelaskan, tujuan pengurangan ini supaya tidak ada pemborosan. ”Kami harus menjalankan organisasi secara efisien. Ada uang negara, uang dari Komite Olimpiade Internasional, dan dari sponsor. Jadi, tujuan pengurangan ini juga supaya tidak ada pemborosan,” ujarnya.
Erick yang menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) 2018 itu mengatakan tidak akan mencalonkan diri lagi pada pemilihan Ketua KOI. Selain mempersiapkan pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade, Ketua KOI yang baru juga harus mengawal kontingen indonesia ke SEA Games 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020. (DNA)