Habitat gajah menyusut didesak berkembangnya kebun dan permukiman. Frekuensi perjumpaan dan konflik manusia dengan gajah pun meningkat.
PEKANBARU, KOMPAS Pekan ini, puluhan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) memasuki ladang warga di tiga lokasi berbeda di habitat Minas, Giam Siak Kecil, dan Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Mamalia raksasa itu memakan tanaman warga serta merusak rumah dan kebun yang ditinggal pemiliknya mudik.
Kamis (6/6/2019) malam, sebelas gajah liar berada di kebun warga di Kelurahan Agrowisata, Kecamatan Rumbai, sekitar 20 kilometer dari Kota Pekanbaru. Kompas yang berada di lokasi bersama pawang gajah (mahout) dari Pusat Latihan Gajah Minas, Siak, Riau, melihat kerusakan kebun. Bahkan, kami sempat berpapasan dengan rombongan gajah dan kami dikejar saat mengendarai mobil di perkebunan itu.
”Sepekan terakhir, gajah-gajah di sini jumlahnya 11 ekor, maka kami sebut kelompok 11. Mereka berputar-putar di kebun warga di Kelurahan Maharatu dan Agrowisata. Setiap malam, kami giring kawanan gajah itu keluar dari kebun warga,” ujar Tutur Lestariono, mahout PLG Minas, Kamis malam.
Kelompok gajah di kantong Minas pada 2004 masih 25 ekor. Kini tersisa 11 ekor. Kelompok 11 itu mempunyai jalur jelajah melintasi tiga kabupaten/kota, yaitu Siak, Kota Pekanbaru, dan Kampar. Kantong Minas berada di perbatasan wilayah itu.
Dari Minas, alur jelajah gajah melewati kawasan Taman Hutan Raya di Rumbai, Kelurahan Palas, Maharatu, dan Agrowisata di Kota Pekanbaru. Lalu menyeberangi Sungai Siak menuju kawasan Garuda Sakti, Kota Galuh di Kabupaten Kampar.
Dulu, jalur jelajah itu dilintasi selama satu tahun. ”Kini, jelajahnya makin pendek. Hutan mengecil, menjadi kebun dan permukiman. Daerah jejalah yang dulunya diputari setahun, kini satu bulan. Kalau sekarang gajah ada di Minas, bulan depan akan kembali di Minas. Frekuensi gajah bertemu dengan manusia di ladang kian tinggi,” ujar Tutur.
Kamis petang, kerusakan ladang di Kelurahan Maharatu dan Agrowisata masih terlihat. Di kebun Yogi, warga Kelurahan Maharatu, sisa-sisa batang pisang yang tumbang dimakan gajah.
Dua kilometer dari kebun Yogi, rumah di tengah ladang kelapa sawit juga rusak. Gajah merusak dinding dapur dari kayu itu. ”Gajah itu suka bahan makanan, terutama garam, beras, dan gula. Kalau tak ada penghuninya, mereka tahu dan mendatangi,” kata Tutur.
Secara terpisah, Pelaksana Harian Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Andri Hansen Siregar, yang dihubungi pada hari Jumat, mengatakan, kehadiran gajah di ladang bukan hanya di Minas. Di Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, delapan gajah mendatangi kebun warga yang ditinggal penjaganya mudik. Tim BBKSDA Riau masih menggiring kawanan gajah itu menuju habitat besar di Taman Nasional Tesso Nilo.
”Sekarang ini, aktivitas gajah mendatangi ladang makin tinggi. Di ladang yang tidak dijaga, gajah leluasa memakan tanaman milik warga,” kata Andri.
Sebelumnya, Makmun (42), petani asal Lubuk Umbut, Kecamatan Sungai Mandau, Siak, tiga hari terakhir, termasuk malam takbiran, b ersama puluhan warga berjaga di ladang. Mereka mengusir enam gajah dari kantong Giam Siak Kecil. (SAH)