Lenggok Lengang Lebaran di Ibu Kota
Lebaran menjadi momen bagi warga Jakarta untuk melepaskan berbagai tegangan yang dialami dalam setahun belakangan. Kota Jakarta dapat sejenak meletakkan beban dan mengurangi polusi serta sampah yang dihasilkan.
Lebaran menjadi momen pulang kampung bagi sebagian besar masyarakat, khususnya mereka yang bermukim di Ibu Kota. Selain jalanan lengang, wajah Ibu Kota teduh sejenak dari berbagai persoalan kota. Hal apa sajakah yang berubah selama Ibu Kota ditinggal mudik?
Ahmad Sahidah, dosen senior Filsafat dan Etika Universitas Utara Malaysia, menjelaskan bahwa mudik dapat dimaknai sebagai penyembuhan kejemuan rutinitas sehari-hari serta merawat hubungan batin antarwarga di kampung halaman (Kompas, 9/6/2018).
Dianalogikan selayaknya manusia yang menikmati libur Lebaran, Jakarta sebagai ibu kota serta pusat ekonomi Indonesia rehat sejenak dari beban lebih dari 10 juta jiwa penduduknya. Sesaat wajah Jakarta berubah seiring ditinggalkan oleh penduduknya ke kampung halaman.
Jakarta menjadi pusat berkumpulnya warga dari kota dan kabupaten pinggiran Jakarta. Untuk memotret wajah Jakarta saat Lebaran perlu dilihat dari segi kewilayahan, yakni wilayah Jabodetabek.
Khusus wilayah Jakarta, sedikitnya 6,4 juta dari 10,4 juta penduduk pulang kampung. Dengan demikian, tersisa sekitar 38,5 persen penduduk di Jakarta.
Jumlah warga Jabodetabek saat ini 33,8 juta jiwa. Berdasar hasil survei Badan Litbang Perhubungan Kemenhub tahun 2019, sedikitnya 14,9 juta penduduk Jabodetabek meninggalkan rumah untuk menuju kampung halaman.
Baca juga: Liburan Lebaran dan Film Indonesia
Dilihat dari total pemudik asal Jabodetabek, warga Jakarta memiliki porsi sepertiga dari keseluruhan pemudik. Porsi ini adalah yang terbanyak dibandingkan dengan wilayah Bodetabek.
Ditinggalkan lebih dari setengah penduduknya, Jakarta terasa lengang. Sebagai gambaran kelengangan Jakarta, pada hari-hari biasa kepadatan penduduk sebesar 15.663 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan saat periode Lebaran hanya 6.000 penduduk per kilometer persegi. Ruang gerak terasa dua kali lebih lengang.
Macet dan polusi
Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu hal yang paling kentara perbedaannya dengan hari biasa. Kemacetan di Jakarta sebagian besar sirna. Jalan-jalan protokol cukup lengang untuk dijadikan wahana berfoto ria di tengah jalan raya oleh warga yang tidak mudik.
Tahun ini, sedikitnya 1 juta dari 3,5 juta mobil pribadi meninggalkan wilayah Jabodetabek mengantarkan 4,3 juta pemudik moda mobil pribadi. Artinya, sepertiga mobil pribadi tidak lagi memadati jalanan Ibu Kota pada periode Lebaran.
Pemudik motor tidak sebanyak pemudik mobil pribadi. Pemudik motor pada Lebaran tahun 2019 sebanyak 986.776 jiwa yang mengendarai sedikitnya 493.388 unit sepeda motor.
Khusus bagi pemudik sepeda motor, Kementerian Perhubungan menyediakan layanan pengiriman motor gratis menggunakan kereta api untuk mengurangi pemudik motor. Tahun ini Kemenhub menyediakan 18.096 kuota pengiriman motor secara gratis ke tujuan mudik.
Baca juga: Wisata Lebaran di Jakarta
Jumlah motor yang dikirimkan dengan kereta api juga turut andil dalam mengurangi kendaraan di Jakarta pada periode Lebaran. Banyaknya kendaraan yang meninggalkan Jakarta memberi dampak positif terhadap kondisi udara. Pencemaran yang disebabkan asap kendaraan bermotor terpantau turun.
Pada Lebaran tahun 2018, Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup mencatat penurunan polutan di udara Jakarta yang diukur di lingkungan Kantor Gubernur Jakarta hingga Bundaran Hotel Indonesia. Kandungan gas pencemar turun, antara lain sulfur dioksida turun 27,36 persen, konsentrasi karbon monoksida berkurang 66,91 persen, dan konsentrasi nitrogen dioksida turun 78,81 persen.
Berkurangnya polutan udara secara signifikan pada tahun lalu didorong juga dengan turunnya hujan. Setidaknya tahun ini polutan udara di Jakarta juga akan menurun dengan berkurangnya kendaraan bermotor.
Penyusutan Sampah
Penurunan jumlah sampah terjadi cukup signifikan selama masa libur Lebaran. Berdasar catatan Kompas tahun lalu, volume sampah cenderung menurun mulai H-6 hingga H+6 Lebaran.
Pada hari-hari biasa, setidaknya 6.500-7.000 ton sampah dikirim dari Jakarta ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi. Namun, pada periode Lebaran sampah yang dikirim ke TPST hanya berkisar 1.400-1.600 ton per hari. Volume sampah menurun hingga tiga perempat dari volume sampah di hari biasa.
Pada hari normal, 7.000 ton sampah dihasilkan oleh sedikitnya 10 juta penduduk Jakarta. Berdasar data tersebut dapat ditarik gambaran bahwa satu orang di Jakarta menghasilkan sampah 700 gram setiap hari.
Pencemaran udara, kemacetan jalan, dan timbulan sampah turun drastis saat sebagian besar warga Jakarta merayakan Lebaran di kampung halaman. Namun, di sisi lain, hal ini menimbulkan kerawanan di aspek keamanan lingkungan perumahan.
Kriminalitas hunian
Pencuri menyasar rumah-rumah kosong yang ditinggal pemiliknya. Tidak hanya rumah, perkantoran juga menjadi incaran para pencuri. Modus pencurian rata-rata sama di berbagai kasus. Para pelaku membobol rumah atau kantor yang kosong dengan mencongkel jendela dan pintu menggunakan linggis.
Aparat keamanan selalu mengantisipasi tindak kriminal pembobolan rumah kosong dengan membentuk satuan tugas patroli rumah kosong. Sebagai gambaran, tahun 2017-2018 tercatat kasus pencurian dengan pemberatan yang antara lain dilakukan dengan modus menyasar rumah kosong di Ibu Kota, tercatat masing-masing 2.043 kasus dan 1.584 kasus.
Tak mengherankan, selama Lebaran polisi melakukan patroli ke rumah kosong yang ditinggal mudik. Kapolres dan kapolsek membentuk satuan tugas rumah kosong. Pengamanan juga diberikan dalam wujud menyediakan tempat penitipan barang berharga dan kendaraan.
Kantor-kantor polisi, TNI, dan instansi pemerintah memberikan fasilitas penitipan kendaraan secara cuma-cuma bagi pemudik. Kendaraan yang dititipkan di fasilitas milik aparat keamanan dan pemerintah akan dijaga selama 24 jam dan dijamin keamanannya.
Lengang dan wisata
Jalan-jalan utama Jakarta lengang saat masa libur Lebaran. Tidak demikian dengan tempat-tempat wisata di Jakarta dan sekitarnya.
Sebagai gambaran, pada hari-H Lebaran 2018 jarak tempuh dari kawasan Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, menuju Gambir, Jakarta Pusat hanya memakan waktu 20 menit. Pada hari biasa, waktu tempuh di jalur tersebut bisa mencapai 1 jam.
Kontras dengan jalanan yang lengang, obyek-obyek wisata justru padat oleh pengunjung. Melihat kondisi tahun lalu, tempat-tempat wisata buka lebih awal untuk menyambut lonjakan jumlah wisatawan.
Kepadatan penduduk saat periode Lebaran hanya 6.000 penduduk per kilometer persegi.
Kebun Binatang Ragunan yang biasanya buka pukul 07.00 dimajukan satu jam pada 06.00. Jam tutup masih sama, yakni pukul 17.00. Hal yang sama dilakukan oleh Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang buka pukul 06.00 hingga 22.00 berbeda dengan jadwal normal yang buka pukul 08.30 dan tutup pada 17.00.
Libur Lebaran tahun 2019 sepanjang sembilan hari terdiri dari 3 hari cuti bersama, 2 hari Lebaran, dan 4 hari weekend. Durasi libur yang panjang dapat dimanfaatkan untuk berkumpul dengan keluarga dan berwisata.
Lebaran menjadi momen bagi warga Jakarta untuk melepaskan berbagai tegangan yang dialami dalam setahun belakangan. Kota Jakarta dapat sejenak meletakkan beban dan mengurangi polusi serta sampah yang dihasilkan. (LITBANG KOMPAS)