MADIUN, KOMPAS — Anjloknya jalur kereta di Kilometer 192-193 Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, saat masa mudik Lebaran beberapa hari lalu diantisipasi agar tidak terjadi lagi. Ini karena kejadian tersebut berdampak pada keterlambatan sejumlah rute kereta ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi (Daop) VII Madiun Ixfan Hendriwintoko mengatakan, anjloknya jalur kereta pada H-7 atau 29 Mei 2019 berdampak pada keterlambatan empat kereta yang menuju Malang, Blitar, dan Surabaya. Adapun sejumlah kereta ini mengalami keterlambatan satu hingga empat jam karena perpindahan jalur.
”Pada H-7 Lebaran, jalur kereta memang sempat anjlok. Hal itu kemudian diantisipasi dengan perpindahan jalur kereta menuju Purwakarta-Cikampek-Cirebon-Purwokerto-Kroya, baru ke arah timur,” ucap Ixfan saat dihubungi di Madiun, Sabtu sore.
Direktur Keuangan PT Kereta Api Indonesia Didiek Hartantyo, sebagai ketua posko piket Lebaran hari itu, mengatakan, anjloknya jalur kereta disebabkan kondisi pergerakan tanah di sejumlah wilayah, terutama di Jawa Barat. Ia memastikan bahwa itu bukan karena meningkatnya frekuensi perjalanan kereta selama Lebaran.
”Kami bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah memperbaiki bantalan rel di Lebakjero sejak Kamis (30/5/2019). Setelah ditelusuri, penyebabnya adalah pergerakan tanah di bawah jalur, terutama di sekitar Jawa Barat,” jelas Didiek.
Ia mengatakan, PT KAI bersama Dirjen Perkeretaapian telah menyiagakan petugas di sejumlah lokasi yang dipetakan rawan. Apabila sewaktu-waktu terjadi anjlok, sudah ada posko-posko yang siap untuk melakukan penambalan.
Selain itu, Didiek menyampaikan bahwa ada pembatasan kecepatan kereta yang dilakukan selama arus balik. Kecepatan ini dibatasi sekitar 20 kilometer per jam hingga kondisi benar-benar dipastikan aman. Pembatasan kecepatan ini secara praktis akan berpengaruh pada jadwal tiba kereta.
Ixfan mengatakan, hingga Sabtu sore ia memastikan tidak ada kereta yang mengalami keterlambatan secara ekstrem. Apabila terjadi, hal itu tidak akan sampai berjam-jam hingga menambah jumlah perjalanan kereta.
Kepadatan arus balik
Hingga Sabtu sore, jumlah pemudik kereta dari Stasiun Madiun ke Jakarta meningkat cukup signifikan. Didiek mengatakan, pada H+1 Lebaran atau Jumat (7/6/2019), jumlah penumpang harian mencapai 21.000 orang. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya yang berkisar 10.000 hingga 12.000 penumpang.
”Mulai H2 Lebaran, sudah terjadi peningkatan jumlah hingga 18.568 penumpang. Jumlah itu berangsur-angsur meningkat hingga H+1 dan hari ini. Prediksi puncak kepadatan di Madiun terjadi pada Minggu (9/6/2019) karena keesokan harinya banyak pegawai yang mulai bekerja di Jakarta,” kata Didiek.
Didiek mengatakan, kepadatan penumpang kereta diprediksi terjadi hingga sepekan setelah Lebaran. ”Sudah ada peningkatan jumlah pesanan di pekan depan. Asumsi saya, ada sebagian warga yang baru kembali ke Jakarta dari Madiun di pekan itu,” ungkapnya.