Macet di Tol, Sistem Satu Arah Diberlakukan Sepanjang 410 Kilometer
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Korps Lalu Lintas atau Korlantas Polri memutuskan untuk memperpanjang rute satu arah di Tol Trans-Jawa hingga sepanjang 410 kilometer untuk mengatasi kemacetan panjang di sejumlah titik, pada Sabtu (8/6/2019) malam. Pemberlakuan sistem satu arah bersifat situasional tergantung kondisi lalu lintas di tol.
Pemberlakuan sistem satu arah hingga sepanjang 410 kilometer, yakni dari Kilometer 439 Bawen Semarang hingga Km 29 Cikarang, Bekasi. Sebelumnya, sistem satu arah diberlakukan dari Km 414 GT Kalikangkung Semarang hingga Km 70 Cikampek pada 7-10 Juni 2019 mulai pukul 12.00 hingga 24.00.
“Contra flow (sistem lawan arus) tidak cukup untuk mengurai kemacetan sedangkan kendaraan nyaris tidak bergerak. Selain rutenya diperpanjang, waktu pelaksanaan (satu arah) pun bisa diperpanjang,” ujar Kepala Korlantas Polri Inspektur Jenderal Refdi Andri, di tempat istirahat Km 166, Majalengka, Jawa Barat, Sabtu malam.
Refdi mengakui, keputusan untuk memperpanjang rute sistem satu arah diambil setelah mempertimbangkan kondisi lalu lintas di Tol Trans-Jawa dan saran petugas wilayah setempat. Menurut Refdi, sistem satu arah lebih efektif dibandingkan lawan arus karena lebih aman dan memiliki daya tampung lebih besar.
Sebelum memantau tempat istirahat km 166, Refdi sempat mengikuti Rapat Koordinasi dan Evaluasi Arus Balik hari pertama di pos Jasa Marga Gerbang Tol (GT) Cikampek, Sabtu (8/6/2019). Hadir pula dalam rapat tersebut antara lain Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desi Arryani, Direktur Operasi Jasa Marga Subakti Syukur, General Manager Jasa Marga Cabang Jakarta-Cikampek Raddy R Lukman, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi, dan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Danang Parikesit.
Menurut Refdi, kebijakan sistem satu arah bersifat situasional tergantung kondisi lalu lintas di tol. Pemerintah akan menyiapkan strategi lain untuk mengantisipasi kepadatan pada arus balik Lebaran ini yang diperkirakan lebih padat dibandingkan arus mudik karena mepetnya rentang waktu untuk berangkat. Puncak arus balik diprediksi berlangsung sejak Sabtu malam hingga hari ini, Minggu (9/6/2019).
Berdasarkan hasil evaluasi arus balik hari pertama, kepadatan lalu lintas meningkat pada Jumat magrib hingga pukul 22.00. Refdi mengatakan, kepadatan mulai terurai pada pukul 23.00-24.00. Kepadatan lalu lintas salah satunya dipicu oleh antrean kendaraan yang hendak memasuki tempat istirahat (rest area).
Desi Arryani mengatakan, ada lonjakan lalu lintas yang tinggi pada masa balik Lebaran. Jumlah kendaraan yang melintasi tol Jakarta-Cikampek sepanjang Jumat tercatat 125.000 kendaraan. Mengingat tingginya jumlah kendaraan, perlu ada langkah yang diambil untuk mengantisipasi kemacetan.
"Kami mengusulkan untuk membuka-tutup tempat istirahat sesudah GT Cikampek Utama arah Jakarta. Bisa saja langkah selanjutnya yang diambil adalah meneruskan satu arah. Tapi, semua itu adalah diskresi kepolisian. Kami hanya memberi masukan," kata Desi.
Salah satu penyebab kemacetan di ruas tol Jakarta-Cikampek (Japek) ialah antrean pengendara ke tempat istirahat yang sudah penuh. Sejumlah pengendara akhirnya berhenti di bahu jalan untuk beristirahat.
Untuk mengatasi hal itu, Desi mengatakan, pihaknya akan membuka dan menutup tempat istirahat secara situasional di ruas tol Japek. Tempat istirahat yang dibuka-tutup ada di Km 62, 52, 42, dan 32. Sejumlah petugas kepolisian dikerahkan untuk membantu kebijakan tersebut.
Nagreg macet
Jalur arteri di selatan bisa dimanfaatkan para pengemudi untuk balik, maupun mudik. Sejumlah titik terpantau macet, antara lain di Nagreg Bandung, Tasikmalaya, dan Majalengka, Jawa Barat.
Menurut Refdi, kemacetan terjadi karena ada pertemuan arus mudik dan balik di jalur selatan. Adapun sejumlah pasar tumpah di sana, yakni Pasar Limbangan, Lewo, dan Bandrek.
"Kepadatan lalu lintas juga disebabkan oleh dokar. Tapi, mereka sudah diberi kompensasi agar tidak beroperasi selama Operasi Ketupat dilaksanakan," kata Refdi.
Menurut pantauan, jalur selatan macet karena tingginya volume kendaraan campuran, baik mobil, bus, maupun sepeda motor. Selain itu, kendaraan hanya bisa melintasi satu jalur selebar lebih kurang tiga meter.
"Kepolisian setempat akan mengurai kemacetan dengan dua skenario, yakni pengalihan arus dan buka-tutup jalur. Sistem satu arah juga bisa diterapkan, tapi itu jadi pilihan terakhir," kata Refdi.