Peluang dengan Tempat dan Lawan yang Sama
PARIS, SABTU - Petenis Austria, Dominic Thiem, mendapat kesempatan kedua untuk meraih gelar Grand Slam pertamanya. Kesempatan tersebut didapat pada kejuaraan, tempat, dan dengan lawan yang sama seperti peluang yang pertama kali didapatnya pada 2018.
Thiem (25) akan tampil pada final Perancis Terbuka di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Minggu (9/6/2019). Tahun lalu, dia memperoleh pengalaman pertama bermain dalam final Grand Slam, tetapi kalah dari Rafael Nadal yang mendapat Coupe de Mousquetaires, trofi juara tunggal putra, untuk ke-11 kalinya.
Kali ini, Thiem kembali ke momen yang sama setelah melalui laga berat pada semifinal. Berhadapan dengan petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, kemenangan 6-2, 3-6, 7-5, 5-7, 7-5 didapat dalam laga 4 jam 13 menit. Kedua petenis harus menyelesaikan pertandingan dalam dua hari karena terganggu hujan.
Pertandingan yang dimulai Jumat, setelah Nadal mengalahkan Roger Federer, 6-3, 6-4, 6-2, pada semifinal lainnya, dihentikan pada set ketiga karena hujan dan angin kencang. Pertandingan berhenti saat Thiem unggul, 6-2, 3-6, 3-1.
Kembali ke lapangan dalam kondisi bugar dan dengan cuaca yang tak menyulitkan, Djokovic pun membuat pertandingan berjalan hingga set kelima. Penampilan naik-turun dialami Djokovic dan Thiem hingga mereka bisa saling mematahkan peluang.
Pada set kelima misalnya, Thiem langsung unggul hingga 4-1 dan mendapat double match points pada skor 5-4 (40-15). Namun, empat kesalahan beruntun dilakukannya membuat Thiem kehilangan gim tersebut, hingga Djokovic menyamakan skor pada gim ke-10. Thiem akhirnya menang saat mendapat match point keempat melalui winner dari forehand.
“Ini adalah pertandingan yang tak mudah, kami harus beberapa kali masuk dan keluar lapangan. Saya senang bisa menang dan kembali ke final. Saya mendapat pengalaman luar biasa tahun lalu dan akan berusaha lebih baik pada tahun ini,” katanya.
Dengan cara main yang diperagakannya saat melawan Djokovic, Thiem memang harus meningkatkan kualitas permainannya pada final. Perjalanan Nadal menuju Roland Garros terganggu penampilan yang tak maksimal—kalah pada tiga semifinal turnamen tanah liat—namun, Thiem akan kesulitan mengimbangi “Raja Lapangan Tanah Liat” itu jika banyak kehilangan poin pada momen penting, seperti saat melawan Djokovic.
Petenis Spanyol yang pernah berperingkat ke-12 pada 2015, Feliciano Lopez, berpendapat, akan sulit mengalahkan Nadal di tanah liat jika tak tampil konsisten sepanjang pertandingan. “Tanah liat adalah dunia yang berbeda dibandingkan dengan lapangan keras. Untuk melawan Nadal, Anda harus agresif. Jika bertahan di baseline dan mengikuti irama permainan relinya, sudah pasti Anda akan kalah,” kata, Lopez dalam laman resmi ATP, yang sembilan kali dikalahkan Nadal dari 13 pertemuan pada 2003 hingga 2015.
Pertemuan Nadal dan Thiem akan menjadi pertemuan ke-13. Nadal unggul 8-4, tetapi kalah pada pertemuan terakhir yaitu di semifinal ATP Barcelona, April.
Bagi Nadal, final Minggu ini menjadi final ke-12 dari 15 kali partisipasinya pada Perancis Terbuka. Petenis berusia 33 tahun itu selalu memenangi 11 final sebelumnya, termasuk pada 2005 yang merupakan debutnya di Roland Garros.
“Bisa tampil lagi di final Roland Garros sangat berarti bagi saya, terutama karena saya mengalami situasi yang tak mudah karena cedera,”katanya.
Nadal mengalami cedera lutut yang membuatnya tak tampil melawan Federer pada semifinal Indian Wells Masters, Maret. Akibat cedera itu pula, dia batal tampil pada Miami Masters pada bulan yang sama.
Menuju Roland Garros, hasil yang diperolehnya juga tak begitu bagus. Nadal hanya juara di Roma Masters, lebih sedikit dari tiga gelar pada 2018. Namun di Perancis Terbuka, yang disebutnya sebagai turnamen terpenting dalam kariernya, Nadal kembali membuka peluang menambah gelarnya.
Kritik untuk Panitia
Semifinal Djokovic melawan Thiem menjadi lanjutan pertandingan Jumat yang terhenti karena hujan. Hujan juga menghentikan laga Sabtu, selama 1 jam 8 menit, pada set kelima ketika Djokovic tertinggal, 1-4. Akibatnya, final tunggal putri, Ashleigh Barty melawan Marketa Vondrousova, yang seharusnya dimulai pukul 15.00 waktu setempat (pukul 20.00 WIB) pun mundur sekitar 1,5 jam.
Penghentian beberapa pertandingan, yang berakibat mundurnya jadwal pada Perancis Terbuka kali ini, dikritik mantan petenis, jurnalis dan Asosiasi Tenis Putri (WTA). WTA mengkritik dilangsungkannya semifinal tunggal putri, Jumat, dari Philippe Chatrier, lapangan utama di Roland Garros, ke lapangan lain. Padahal, semua pertandingan semifinal dan final seharusnya berlangsung di lapangan utama.
Semifinal Barty melawan Anisimova dilangsungkan di Lapangan Suzanne Lenglen (lapangan kedua) dan Vondrousova melawan Johanna Konta di lapangan ketiga, Simonne-Mathieu. Ini terjadi karena semua pertandingan Rabu batal digelar dan mundur menjadi Kamis. Jadwal yang harus dimainkan di lapangan utama pun pun bertumpuk pada hari-hari selanjutnya. Kondisi ini sama seperti yang terjadi pada 2016 ketika hujan deras menunda semua pertandingan pada hari tertentu.
Presiden WTA Steve Simon menyebut keputusan panitia, dalam hal ini Federasi Tenis Perancis, tersebut tak adil. Sementara, mantan petenis Perancis, Amelie Mauresmo, menyebutnya “memalukan”.
Mantan petenis dan jurnalis juga mengkritik penghentian semifinal Djokovic melawan Thiem pada set ketiga, Jumat. Menurut mereka, pertandingan seharusnya bisa dilanjutkan ketika cuaca kembali cerah dan waktu belum begitu malam.
Namun, panitia tetap pada keputusannya dengan alasan angin kencang membahayakan untuk pertandingan dan melanjutkan pertandingan pada Sabtu. Mereka percaya diri pertandingan bisa selesai karena dimulai tiga jam sebelum final, meski pada akhirnya fakta berkata lain.
Penghentian pertandingan karena hujan terjadi karena Roland Garros menjadi satu-satunya arena Grand Slam yang belum memiliki stadion beratap seperti Australia Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka. Panitia sebenarnya mengumumkan akan memberi atap sejak 2009, namun kemajuannya berjalan pelan, bahkan, tertunda. Atap di Philippe Chatrier pun direncanakan baru selesai dibuat pada 2020. (AFP)