Satu Arah Diperpanjang
Sejumlah langkah diambil untuk mengatasi kepadatan arus balik yang diprediksi berlanjut pada hari ini. Sistem satu arah di Jalan Tol Trans-Jawa diperpanjang hingga 410 kilometer.
CIKAMPEK, KOMPAS Memasuki hari kedua seusai Lebaran, kemacetan akibat arus balik terjadi di Jalan Tol Trans-Jawa, Sabtu (8/6/2019), dari siang hingga malam. Kepadatan arus balik diperkirakan masih akan terjadi hari ini. Pasalnya, lebih dari 70 persen pemudik ditengarai belum kembali ke Jakarta dan sekitarnya.
Kemacetan di Jalan Tol Trans-Jawa, kemarin, terpantau di sejumlah titik, seperti di Kilometer (km) 62 hingga Km 75, Gerbang Tol (GT) Palimanan, dan ruas Solo hingga Semarang. Salah satu pemicu kemacetan adalah antrean menuju tempat istirahat.
Hingga semalam pukul 22.00, kepadatan arus lalu lintas masih terjadi di Cikampek, meski berangsur mulai berkurang. Edi Suprapto (48), pemudik asal Purwokerto, Jawa Tengah, mengaku, butuh waktu tiga jam untuk menempuh jarak dari Km 75 hingga masuk ke tempat istirahat di Km 62 B. ”Padahal, saya sudah berangkat pagi untuk menghindari macet,” ujarnya.
Untuk mengatasi kemacetan, Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri memperpanjang rute pemberlakuan sistem satu arah menuju Jakarta, yaitu dari Km 439 di Semarang hingga Km 29 di Cikarang Utama atau sepanjang 410 kilometer, kemarin pukul 20.30. Sebelumnya, sistem satu arah yang diberlakukan sejak kemarin siang, mulai dari Km 414 (GT Kalikangkung, Semarang) hingga Km 70 Cikampek.
”Contraflow (sistem lawan arus) tidak cukup untuk mengurai kemacetan. Selain rutenya diperpanjang, waktu pelaksanaan (satu arah) bisa diperpanjang,” kata Kepala Korlantas Polri Inspektur Jenderal Refdi Andri, di tempat istirahat Km 166, Majalengka, Jabar.
Selain itu, sistem buka-tutup tempat istirahat dan mengoptimalkan pengoperasian gardu transaksi juga dilakukan. Bahkan, transaksi di GT Palimanan juga akan dihilangkan jika antrean di lokasi itu mencapai 3 kilometer.
Waspadai macet
Potensi kemacetan masih perlu diwaspadai pada hari Minggu ini. Pasalnya, berdasarkan data yang dihimpun dari PT Jasa Marga dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah kendaraan yang keluar Jakarta melalui GT Cikampek Utama saat arus mudik mulai H-7 hingga Lebaran mencapai 551.110 kendaraan.
Sementara itu, jumlah kendaraan yang kembali memasuki Jakarta melalui GT Cikampek Utama saat arus balik mulai dari Lebaran hingga kemarin atau H+2 pada pukul 14.00 sebanyak 137.472 kendaraan atau baru mencapai 24,9 persen dari total kendaraan yang mudik lewat Jalan Tol Trans-Jawa.
Pada Sabtu mulai pukul 06.00 hingga pukul 14.00, jumlah kendaraan yang melintasi Jalan Tol Trans-Jawa menuju Jakarta melintasi GT Cikampek Utama sebanyak 27.855 unit.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengungkapkan, sekitar 450.000 kendaraan diperkirakan masih akan memadati Jalan Tol Trans-Jawa pada Sabtu malam hingga Senin (10/6). Namun, ia optimistis rekayasa lalu lintas seperti sistem satu arah dan lawan arus dapat mengurai kemacetan.
”Jalan tol cukup untuk menampung volume kendaraan itu karena ada sistem satu arah dan contraflow. Pengendara juga masih bisa menggunakan jalur arteri pantura,” ujar Budi.
Kemacetan saat arus balik ini juga banyak diperbincangkan di media sosial. Dengan bantuan situs layanan analisis media sosial Netlytic.org, Kompas melakukan analisis di Twitter, Sabtu. Analisis itu mencakup 1.000 kicauan yang memakai kata kunci ”arus balik”.
Hasil analisis menunjukkan, kata ”macet” disebut 93 kali oleh 84 akun. Sementara kata ”lancar” disebut 52 kali oleh 49 akun. ”Arus balik Lebaran macet, Salatiga menuju semarang, jalur tol maupun non-tol macet.” tulis akun @AnisBudiDarma pada Sabtu malam.
Di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Sabtu, kendaraan dari Sumatera yang hendak menyeberang ke Pelabuhan Merak, Banten, juga melonjak. Puncak arus balik diperkirakan berlangsung hingga Minggu. Sejak Jumat (7/6) pukul 08.00 hingga Sabtu pukul 08.00, jumlah penumpang yang menyeberang ke Merak sebanyak 96.800 orang, sedangkan sehari sebelumnya 57.017 orang.
Pesawat
Pada masa libur Idul Fitri 2019 ini, jumlah penumpang pesawat merosot 30 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Selain karena tingginya harga tiket pesawat, infrastruktur jalan yang membaik menjadi pemicu. ”Bandara di Solo dan Semarang yang (penumpangnya) turun signifikan,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B Pramesti.
Polana menyebutkan, harga tiket bukan jadi pemicu utama jumlah penumpang pesawat turun. ”Tarif batas atas tiket pesawat lebih rendah daripada tahun lalu, seharusnya harga tiket tidak jadi alasan,” ujarnya.
Di Kalimantan Timur, penurunan penumpang pesawat juga terjadi. Jumlah penumpang di Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, pada 29 Mei-7 Juni 2019, rata-rata 15.319 orang per hari, turun 32,38 persen ketimbang Lebaran tahun lalu.(FRD/SKA/TAM/DIV/HRS/IKI/DIT/RWN/MEL/DVD/RAM/CIP/AIN)