Selamatkan Sumatera dan Kalimantan dari Perang Dagang
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang semakin panas akan terus menurunkan harga kelapa sawit dan batubara, komoditas ekspor andalan Indonesia. Hal itu bisa menyebabkan perlambatan konsumsi daerah penghasil komoditas tambang, yakni Sumatera dan Kalimantan, yang berujung pada terhambatnya laju pertumbuhan ekonomi nasional.
“Masih akan ada potensi penurunan harga batubara dan kelapa sawit jika perang dagang terus terjadi,” kata ekonom dari Universitas Indonesia, Muhamad Chatib Basri, pada Minggu (9/6/2019), saat dihubungi dari Jakarta.
Perang dagang AS-China memberikan dampak tidak langsung bagi Indonesia. Harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan batubara akan semakin tergerus karena melambatnya pertumbuhan ekonomi pasar utama yaitu China, yang berkontribusi hingga 40 persen pada ekspor komoditas Indonesia itu.
Penurunan harga CPO dan batubara merupakan akar masalah dari perlambatan ekonomi Indonesia. Dengan penurunan ekspor, daerah penghasil komoditas tambang, Sumatera dan Kalimantan, akan terdampak. Hasilnya, konsumsi rumah tangga dalam dua pulau terbesar di Indonesia itu akan melambat.
Situasi itu pernah dialami Indonesia pada 2015. Saat itu, harga batubara menyentuh sekitar 30 dollar AS per metrik ton. Sementara harga CPO juga anjlok hingga 443 dollar AS per ton. Akibatnya ekonomi di Sumatera hanya bertumbuh sekitar 3 persen dan Kalimantan hanya sekitar 1 persen.
“Akibat dari hal itu daya beli merosot. Turunnya konsumsi dan ekspor membuat investasi juga menurun, yang ujungnya berdampak pada penurunan penerimaan negara. Waktu itu ekonomi hanya tumbuh 4,7 persen,” kata Chatib yang pernah menjabat Menteri Keuangan RI pada 2013-2014.
Adapun saat ini harga batubara mengalami penurunan drastis sejak awal tahun. Untuk pertama kalinya dalam dua tahun, batubara mencapai harga terendah, 72 dollar AS per metrik ton. Sementara itu, harga CPO juga cenderung turun, berada di 487 dollar AS per ton.
Pacu pariwisata
Menurut Chatib, pemerintah perlu mengejar alternatif pendapatan di Kalimantan dan Sumatera. Salah satu yang paling efektif adalah menggencarkan pariwisata di dua pulau tersebut.
“Pariwisata mungkin yang bisa dimanfaatkan dalam waktu dekat karena efeknya langsung. Persoalan tiket pesawat yang sedang naik tidak menjadi masalah. Pemerintah harus menyasar turis,” tambah Chatib.
Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI itu juga menyarankan pemerintah menggenjot daya beli masyarakat. Caranya bisa dengan bantuan uang tunai atau pun segera menjalankan program pra-kerja. Uang yang beredar di masyarakat itu akan meningkatkan konsumsi yang akan meningkatkan produksi juga.
Sebelumnya, Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Handito Joewono, Jumat (7/6/2019), menyatakan saat kondisi ekonomi global menantang, sulit berharap ekspor meningkat karena permintaan dan volume perdagangan turun. Oleh karena itu, Indonesia dinilai lebih baik mengamankan defisit dengan mengerem impor.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika mengatakan, pemerintah akan memacu industri pariwisata di Kalimantan dan Sumatera. Sektor pariwisata menjadi cara ampuh ekonomi tidak bergantung sepenuhnya pada harga komoditas dan ekonomi global.
"Apalagi, berwisata sudah menjadi standar kebutuhan primer bagi negara-negara maju. Di Kalimantan, tujuan wisata yang sangat menarik adalah Borneo, sedangkan di Sumatera terkenal dengan Danau Toba," ucap Erani.
Dalam rangka memacu nilai tambah industri pariwisata, pemerintah telah membangun infrastruktur ke tujuan destinasi, baik jalan, bandara, hingga pelabuhan. Industri pariwisata ini memiliki efek pengganda yang besar ke banyak sektor lainnya, seperti kerajinan, hotel, industri kreatif, transportasi, dan keuangan.
Terkait dengan kenaikan harga tiket pesawat, Erani menjelaskan, pemerintah saat ini terus merundingkan soal tarif tersebut. Pemerintah berharap harga tiket kembali normal seperti sedia kala.
Di sisi lain, pemerintah juga terus membangun dan mengembangkan kawasan ekonomi khusus (KEK). KEK berperan dalam mengurangi pengaruh penurunan harga komoditas lewat hilirisasi bahan-bahan dan pembangunan aneka industri.
KEK berperan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di wilayah operasi. Misalnya KEK di Kalimantan yang dibangun adalah Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK). Hal itu menjadikan industri sawit sebagai bisnis utama serta bisnis pendukung berupa logistik dan aneka industri.
Di Sumatera, terdapat KEK Sei Mangkei berlokasi di Sumatera Utara. Bisnis utamanya adalah industri kelapa sawit dan karet. Ditargetkan KEK Sei Mangkei menjadi pusat pengembangan industri kelapa sawit dan karet hilir berskala besar dan berkualitas internasional.