Hingga Senin (10/6/2019), banjir di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, meluas di enam kecamatan. Pengungsi pun bertambah dari 4.085 jiwa menjadi 4.585 jiwa.
Oleh
RENY SRI AYU
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS - Hingga Senin (10/6/2019), banjir di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, meluas di enam kecamatan. Pengungsi pun bertambah dari 4.085 jiwa menjadi 4.585 jiwa. Ini belum termasuk di Kabupaten Konawe dan Kolaka Timur. Banjir juga masih merendam sejumlah kecamatan di sepuluh kabupaten di Sulawesi Selatan.
Informasi yang diperoleh di Konawe dan Konawe Utara menyebut, walau hujan sepanjang Senin mulai reda, air belum surut. Ketinggiannya masih berkisar 0,5 meter hingga tiga meter. Banyak warga yang masih mengungsi di posko pengungsian dan rumah kerabat. Sejumlah akses jalan penghubung antarkabupaten juga masih putus, termasuk akses jalan Trans-Sulawesi penghubung Sultra dan Sulawesi Tengah.
“Untuk sementara, saya dan anak-anak menumpang di rumah kakak di Kendari. Rumah di Konawe memang tidak terendam parah, tapi untuk berjaga-jaga kami (mengungsi) di Kendari dulu. Hanya suami yang berjaga di sana,” kata Dewi Yulianti (45), warga Unaaha, ibu kota Kabupaten Konawe.
Andi Usman (47), warga lainnya, mengaku tetap bertahan di Unaaha. Hal itu karena akses jalan yang menghubungkan Unaaha dengan Kolaka maupun daerah lain putus.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sultra Boy Ihwansyah mengatakan, sepanjang Senin, pihak BPBD terus menyalurkan bantuan bahan makanan untuk pengungsi maupun warga yang terisolasi. Putusnya sejumlah jembatan dan jalan yang sulit diakses membuat sebagian bantuan harus diangkut menggunakan helikopter.
“Sejak pagi helikopter terus bolak-balik membawa bantuan. Saat ini, warga membutuhkan tambahan bahan makanan, terutama yang siap saji, air minum kemasan, air bersih, obat-obatan, pakaian, serta kebutuhan bayi,” kata Boy.
Di Konawe Utara, sebanyak 177 rumah hanyut dan ratusan lainnya rusak dengan kondisi rusak berat, ringan, maupun sedang. Ini belum termasuk fasilitas umum, termasuk jalan dan jembatan, yang ikut rusak. Konawe Utara adalah daerah yang terdampak parah banjir di Sultra.
Sementara, di Sulsel, banjir yang menerjang sejumlah kecamatan di 10 kabupaten belum juga surut. Sebagian warga masih mengungsi. Banjir di beberapa jalan poros yang jadi penghubung antarkabupaten juga mengganggu kelancaran arus lalu lintas. Sebagian warga yang sudah merencanakan balik dari libur Lebaran sejak Minggu (9/6) terpaksa menunda kepulangan.
“Hari ini, sebagian warga bersama tim BPBD, Tagana, dan aparat, berinisiatif memperbaiki tanggul sungai yang jebol. Mereka membuat penahan dari karung-karung berisi pasir,” kata Rahmawaty Nur, Operator Pusat Pengendalian Operasi BPBD Kabupaten Sidrap.
Sementara di Kabupaten Sinjai dan Bone, yang sebagian wilayahnya diterjang longsor, warga mulai membersihkan jalan dari sisa material longsor. Ini terutama di titik yang menjadi akses utama penghubung antarkecamatan maupun kabupaten.
Di Kabupaten Soppeng, tim SAR dari Pos Basarnas Bone mengevakuasi warga yang terperangkap banjir ke daerah yang lebih aman. Warga yang berada di perbatasan Soppeng-Bone dievakuasi ke tempat aman untuk berjaga-jaga akibat air yang terus naik.
“Ada sekitar 300 warga dari Kecamatan Liliriaja dan Lilirilau, Soppeng, yang kami evakuasi ke Bone untuk menghindari hal yang tidak diinginkan,” kata Humas Kantor SAR Makassar Ade Hamsidar.
Di Sulsel, banjir dan longsor terjadi di Kabupaten Sidrap, Wajo, Soppeng, Pinrang, Bone, Sinjai, Maros, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Tana Toraja. Di Sinjai, longsor bahkan memutus sejumlah akses antar desa dan kecamatan.