China Catat Surplus, Perang Dagang Bisa Tereskalasi
Ekspor China secara tak terduga kembali tumbuh positif pada bulan Mei meskipun Amerika Serikat telah memberlakukan penambahan tarif. Pada periode yang sama, impor China turun, menandakan pelemahan permintaan domestik lebih lanjut.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·3 menit baca
BEIJING, SENIN — Ekspor China secara tak terduga kembali tumbuh positif pada bulan Mei meskipun Amerika Serikat telah memberlakukan penambahan tarif. Pada periode yang sama impor China turun, menandakan pelemahan permintaan domestik lebih lanjut yang dapat mendorong Beijing meningkatkan langkah-langkah stimulusnya.
Beberapa analis menduga, eksportir China mungkin telah bergegas melakukan pengiriman barang-barang mereka ke pasar AS untuk menghindari tarif baru 300 miliar dollar AS. Hal ini seiring dengan langkah Presiden AS Donald Trump yang mengancam untuk memaksakan penerapan tarif lebih lanjut dalam sengketa perdagangan yang meningkat dengan cepat.
Meskipun lebih baik dari yang diharapkan, data ekspor yang dirilis pada Senin (10/6/2019) tidak mungkin untuk meredakan kekhawatiran semua pihak. Perang perdagangan AS-China yang lebih panjang dan lebih besar mungkin tidak lagi dapat dihindari, mendorong ekonomi global ke arah resesi.
Data Bea dan Cukai China menunjukkan ekspor China bulan Mei naik 1,1 persen dari tahun sebelumnya, melampaui ekspektasi analis sebelumnya. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pengiriman Mei dari eksportir terbesar di dunia itu telah turun 3,8 persen dari tahun sebelumnya, setelah mengalami kontraksi 2,7 persen pada bulan April.
Tetap memengaruhi
Meskipun China tidak terlalu bergantung pada ekspor seperti di masa lalu, data ekspor masih menyumbang hampir seperlima dari produk domestik bruto. Ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing meningkat tajam bulan lalu setelah pemerintahan Trump menuduh China ”mengingkari” janji untuk membuat perubahan struktural dalam praktik ekonominya.
Trump pada 10 Mei memberlakukan tarif yang lebih tinggi hingga 25 persen terhadap 200 miliar dollar AS barang-barang asal China. Washington lalu mengambil langkah untuk memungut bea atas semua sisa senilai 300 miliar dollar AS atas impor China. Beijing membalas dengan kenaikan tarif pada barang-barang AS.
Trump mengatakan, dirinya berharap untuk mengadakan pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping pada pertemuan puncak para pemimpin G-20 akhir bulan ini. Namun, analis Capital Economics percaya kemungkinan kesepakatan perdagangan yang langgeng semakin surut setelah kedua belah pihak memperkuat retorika mereka.
Ekonom di lembaga ING memperkirakan, kerusakan akibat perang dagang bersamaan dengan pelemahan permintaan global yang lebih luas akan menjadikan 2019 tahun terburuk bagi perdagangan sejak krisis keuangan satu dekade lalu, dengan pertumbuhan hanya 0,2 persen. Impor China turun 8,5 persen pada bulan Mei. Data itu menjadikan China mencatat surplus perdagangan senilai 41,65 miliar dollar AS pada bulan Mei.
Analis memperkirakan, impor akan turun 3,8 persen dari tahun sebelumnya, membalikkan ekspansi sebesar 4 persen pada bulan April. Kondisi itu diduga beberapa orang terkait dengan perubahan pola pembelian perusahaan menjelang pemotongan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Tren impor yang goyah tidak menunjukkan harapan yang baik bagi perekonomian mengingat hal itu menunjukkan konsumsi domestik tidak mampu mengatasi kelesuan yang disebabkan oleh lemahnya permintaan eksternal. (REUTERS)