JAKARTA, KOMPAS - Kementerian Perhubungan mencatat penurunan pengguna angkutan udara hingga 27 persen pada Lebaran 2019 dibandingkan tahun lalu. Ada sejumlah penyebab yang melatarbelakangi turunnya penumpang pesawat tersebut.
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, Jumlah penumpang pesawat turun dari sebanyak 3,5 juta orang pada 2018 menjadi 2,5 juta penumpang di tahun 2019. "Penerbangan ekstra tetap ada, tetapi jumlahnya sedikit. Bukan karena tidak ada penumpang, tetapi karena ketersediaan pesawat yang berkurang," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, di Jakarta, Senin (10/6/2019).
Menurut Budi Karya, ketersediaan pesawat berkurang karena ada 11 unit Boeing MAX 8 yang tidak boleh dioperasikan serta 43 unit pesawat dari berbagai maskapai yang harus menjalani perawatan berat.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Polana B Pramesti menyebutkan, jumlah pengajuan penerbangan tambahan mencapai 434 penerbangan, tetapi yang terpakai 80 persen.
Menurut dia, maskapai berupaya melayani masyarakat sebaik mungkin. Hal itu terlihat dari tingkat ketepatan waktu yang relatif baik, yakni di atas 85 persen. Soal harga tiket sebenarnya sudah lebih murah dibandingkan tahun lalu karena tarif batas atasnya diturunkan pemerintah hingga 15 persen. “Namun, karena pesawatnya kurang, ada masyarakat yang tak kebagian tiket terutama tiket ekonomi,” ujarnya.
Menurut Budi Karya, pengaturan arus mudik dan arus balik Lebaran ke depan akan lebih mudah dan lebih besar kapasitasnya. “Jika jalur ganda (kereta api) di lintas selatan sudah selesai, tentu PT Kereta Api Indonesia bisa menambah rangkaian kereta hingga 20 persen,” kata Budi.
Selain itu, pemerintah sedang membenahi kondisi dan manajemen terminal bus. Saat ini terminal bus tipe A yang dinilai sudah baik adalah Solo, Cilacap, dan Klaten. Terminal di Cirebon sudah ada perbaikan.
“Jika semua terminal bus tipe A sudah baik, setara dengan moda angkutan lain, pengguna bus akan lebih nyaman. Apalagi sejak dua tahun lalu, operator bus terus meningkatkan kualitas armadanya. Semua diperbarui sehingga penumpang lebih nyaman. Ditambah dengan infrastruktur jalan yang bagus, maka moda bus akan menjadi pilihan masyarakat,” jelas dia.
Apabila pengguna angkutan umum ini bisa meningkat hingga 20 persen, maka setidaknya 5 juta pemudik terangkut sehingga mengurangi tekanan kepadatan di jalan raya.
Namun demikian, perbaikan pengelolaan arus mudik dan balik akan lebih terasa jika didukung pembangunan di kota-kota yang dilewati pemudik. Kota Cirebon, Indramayu, Brebes, Tegal, dan Pekalongan, misalnya, dibangun sebagai kota pariwisata. Lalu kota-kota lain yang dilalui jalan tol menuju pelabuhan atau bandara didukung jadi kota industri.