Pembangunan permukiman penduduk di dekat tebing, perbukitan, jalur hijau, serta titik rawan longsor di Kota Ambon, Maluku, tak terkendali.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
AMBON, KOMPAS - Pembangunan permukiman penduduk di dekat tebing, perbukitan, jalur hijau, serta titik rawan longsor di Kota Ambon, Maluku, tak terkendali. Pergerakan tanah di kompleks Institut Agama Islam Negeri Ambon, yang juga berada di perbukitan, sudah seharusnya menjadi peringatan keras bagi masyarakat dan pemerintah akan bahaya longsor yang mengintai.
Pantauan pada Senin (10/6/2019), permukiman padat rawan longsor kebanyakan berada di Kecamatan Sirimau dan Kecamatan Nusaniwe. Secara khusus, wilayah yang termasuk di dalamnya adalah Soya, Kayuputih, Batugajah, Batumerah, Batugantung, dan Benteng. Rumah yang berdiri kebanyakan berstruktur permanen.
"Kami tidak punya lahan lagi, jadi terpaksa harus bangun (rumah) di sini. Sekarang cari lahan susah sekali. Kalau pemerintah larang, maka tolong cari lahan yang aman untuk kami. Kami bangun di sini, dan kami tahu risikonya apa," kata Katje Salamor, warga di kawasan Kayuputih.
Kota Ambon dengan luas wilayah 298,6 kilometer itu didominasi perbukitan dengan rata-rata sudut kemiringan 45 derajat. Tumbuh dari tepi pantai, permukiman berjejer kurang dari satu kilometer ke darat, kemudian mulai bersusun dari kaki bukit. Penduduk Kota Ambon, yang menurut Sensus Penduduk 2010 atau sembilan tahun silam itu berjumlah 331.254 jiwa, terus bertambah.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kota Ambon Joy R Ardiaanzs mengatakan, kondisi permukiman yang tumbuh di daerah rawan longsor itu diketahui pemerintah kota. Saat berhadapan dengan alasan kekurangan lahan, pemerintah tak bisa berbuat banyak. Pemerintah hanya bisa mengingatkan akan bahaya longsor.
Joy mengatakan, longsor yang terjadi di kompleks Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon menjadi perhatian pemerintah kota. Sebanyak tiga bangunan rusak parah akibat pergerakan tanah pada pekan lalu. Pergerakan itu disebabkan hujan deras yang terjadi selama beberapa hari. Hingga Senin, hujan masih terjadi.
Fondasi bangunan terbenam mengikuti garis retakan yang semakin melebar. Kompleks itu berada di perbukitan dengan kondisi tanah yang labil. Kondisi ini sama persis dengan beberapa permukiman warga di Ambon. "Ini jadi catatan penting bagi pembangunan di Kota Ambon ke depannya," ujar Joy.
Gubernur Maluku Murad Ismail mengatakan, pemerintah provinsi mendukung pembangunan kembali gedung IAIN Ambon yang rusak akibat bencana. Berdasarkan perhitungan sementara, kerugian akibat bencana ini mencapai Rp 15 miliar.
Sebelumnya, Rektor IAIN Ambon Hasbollah Toisuta mewacanakan pembangunan kampus baru di Liang, Kabupaten Maluku Tengah, yang berjarak sekitar 39 kilometer arah timur Kota Ambon. Nantinya akan ada dua kampus, kampus sekarang sebagai kampus utama (Kompas, 10/6/2019).