Puluhan Ribu Pemudik Masih Memadati Terminal Pulo Gebang
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-- Hingga H+4 Lebaran, puluhan ribu pemudik masih memadati Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta. Sebagian besar penumpang yang memadati teriminal merupakan pemudik yang baru tiba hari ini, Senin (10/06/2019).
Hingga pukul 16.00, jumlah penumpang yang tiba di Terminal Terpadu Pulo Gebang sebanyak 10.411 penumpang. Kepala Satuan Pelayanan Terminal Terpadu Pulo Gebang, Emiral August menjelaskan, jumlah penumpang yang tiba pada H+4 tidak sebanyak pada H+3 Minggu (09/06/2019).
"Pada H+3 kemarin jumlahnya mencapai 14.612 penumpang, sebagian besar berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan paling banyak tiba ketika subuh," ujarnya di Terminal Terpadu Pulo Gebang, Senin (10/06/2019).
Emiral menjelaskan pada arus mudik hingga H+4, kondisi Terminal Pulo Gebang terpantau kondusif dan tidak ada penumpukan penumpang. Menurut ia, karena diberlakukan sistem satu arah di jalan tol dari Semarang-Jakarta, bus dari arah Jawa Tengah dan Jawa Timur jadi lebih cepat tiba.
"Namun, ketika Minggu malam, sejumlah bus banyak yang terlambat tiba karena terjebak macet di ruas tol Cikampek," ucapnya.
Sementara itu, Ratih (29) penumpang asal Solo, Jawa Tengah mengatakan, bus yang ia tumpangi sempat terjebak macet di ruas tol Cikampek pada Senin (10/06/2019). Menurut ia, kemacetan tersebut terjadi sekitar dua jam.
"Seharusnya sih bisa tiba pagi tadi sekitar pukul 09.00, tetapi jadi terlambat hingga pukul 11.00. Saya memaklumi karena memang banyak pemudik yang baru pulang hari Minggu kemarin," ucapnya.
Senada dengan Ratih, Wawan (35), pemudik asal Surabaya, mengatakan, bus yang ia tumpangi juga sempat terjebak macet di ruas Tol Cikampek. Meski demikian, ia mengatakan, kondisi kemacetan tersebut tidak separah pada tahun-tahun sebelumnya.
"Menurut saya, kondisi kemacetannya tidak separah dibandingkan beberapa tahun lalu, ketika bus-bus masih banyak yang terjebak macet di Jalur Pantura," katanya.
Wawan merupakan salah satu penumpang yang terbiasa naik bus ketika mudik. Menurut ia, bus menjadi pilihan karena tiketnya yang selalu tersedia, dibanding dengan kereta api dan pesawat.
"Karena kalau kereta api maupun pesawat kan harus pesan tiket dari jauh-jauh hari, sedangkan kalau jumlah tiket bus selalu tersedia dan saya tidak pernah kehabisan tiket jika naik bus. Selain itu, harganya relatif lebih murah dibanding naik kereta dan pesawat," ucapnya.
Pada arus balik kali ini, Wawan merogoh kocek sekitar Rp 500.000 rupiah untuk tiket bus eksekutif Surabaya-Jakarta. Sedangkan jika naik kereta, harganya bisa sekitar Rp 650.000-Rp 1.000.000 untuk kelas eksekutif. Kemudian, untuk harga tiket pesawat paling murah yaitu sekitar Rp 1.000.000 untuk tujuan yang sama.
Sementara itu, puncak arus balik juga terjadi pada Minggu (09/06/2019) di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta. Sebanyak 27.541 penumpang tiba di terminal tersebut pada puncak arus balik. Dihubungi terpisah, Kepala Satuan Pelayanan Terminal Kampung Rambutan, Thofik Winanto menjelaskan, sebagian besar penumpang yang tiba berasal dari Jawa Barat.
"Penumpang paling banyak tiba pada H+3 dan H+2 lalu. Sejak H+1 lalu, total penumpang pada arus balik ini telah mencapai sekitar 60.000 penumpang," ucapnya.
Keselamatan pengemudi
Sebelumnya, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengevaluasi, pada arus mudik dan arus balik kali ini jam kerja untuk para pengemudi bus mudik gratis dan bus eksekutif masih kurang diperhatikan. Menurut ia, jika jam kerja para pengemudi bus ini terlalu berlebihan, dapat menyebabkan kelelahan serta potensi kecelakaan.
"Waktu kerja mereka juga jadi bertambah akibat harus menempuh jalur non tol seperti Pantura dan Pansela, karena diberlakukan sistem satu arah di jalur tol. Memang selalu ada sisi positif dan negatif dari suatu kebijakan," ucapnya.
Ketua Umum PB Ikatan Pengusaha Muda Otobus Indonesia Kurnia Lesani Adnan mengatakan, para pengemudi bus juga harus menempuh perjalanan yang lebih jauh serta medan perjalanan yang lebih berat jika harus melintasi jalur non tol.
"Kalau di jalur tol, waktu tempuhnya bisa jadin lebih lama 3-5 jam, selain itu juga jadi berdampak pada keterlambatan jadwal keberangkatan maupun kedatangan bus," ucapnya.