Tak ingin menjadi juara Perancis Terbuka hanya karena faktor kebetulan karena tak ada petenis kuat di tunggal putri, Ashleigh Barty bertekad menambah gelar Grand Slam-nya.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
PARIS, MINGGU — Tak ingin menjadi juara Perancis Terbuka hanya karena faktor kebetulan karena tak ada petenis kuat di tunggal putri, Ashleigh Barty bertekad menambah gelar Grand Slam-nya. Meski tak ingin terburu-buru menargetkan juara Wimbledon, Barty tak sabar menanti persaingan di lapangan rumput yang merupakan jenis lapangan favoritnya itu.
”Saya tak pernah berpikir Perancis Terbuka akan menjadi gelar pertama Grand Slam bagi saya. Namun, gelar ini membuat saya menetapkan target juara pada Grand Slam lainnya. Berikutnya, saya ingin menjadi petenis nomor satu dunia,” kata Barty.
Kemenangan atas petenis Ceko berusia 19 tahun, Marketa Vondrousova, 6-1, 6-3, pada final, Sabtu (8/6/2019), mengantarkan petenis Australia itu pada gelar pertama di ajang Grand Slam. Sebelumnya, perempat final Australia Terbuka 2019 menjadi hasil terbaik petenis berusia 23 tahun itu pada turnamen tenis berlevel tertinggi tersebut.
Barty muncul sebagai juara Grand Slam di saat tak ada dominasi dari petenis mana pun di tunggal putri. Sejak Flavia Pennetta menjuarai AS Terbuka 2015, juara setiap Grand Slam selalu berganti.
Di antara daftar nama juara, hanya Serena Williams yang merupakan wajah lama. Di luar Serena, juara baru pun bermunculan. Angelique Kerber, Garbine Muguruza, dan Naomi Osaka menjuarai lebih dari satu Grand Slam, tetapi penampilan mereka naik-turun pada setiap musim.
Pennetta, Jelena Ostapenko, Sloane Stephens, Caroline Wozniacki, dan Simona Halep masih bertahan pada satu gelar mereka. Ostapenko bahkan kesulitan bersaing di papan atas setelah menjuarai Perancis Terbuka 2017 pada usia 20 tahun. Petenis berperingkat ke-39 dunia itu tersingkir pada babak pertama Perancis Terbuka 2019.
Barty tak ingin seperti itu. Tantangan pertama adalah ketika dia akan tampil di Wimbledon, 1-14 Juli, turnamen yang pernah dijuarainya pada kategori yunior 2011. Dalam kejuaraan klasik ini, Barty akan mendapat dukungan langsung dari orangtuanya yang terbang dari Queensland, Australia. Saat Barty tampil dalam final Perancis Terbuka, mereka berada di London, Inggris.
Menyamai Goolagong Cawley
Jika menjadi petenis tak terkalahkan di Wimbledon, dia akan menyamai prestasi seniornya, Evonne Goolagong Cawley, yang menjuarai Perancis Terbuka dan Wimbledon pada musim yang sama, yaitu 1971, pada debutnya sebagai juara Grand Slam.
Goolagong menjadi salah satu dari sekian banyak orang Australia yang menyampaikan kebanggaannya atas prestasi Barty. Apalagi, mereka memiliki kesamaan sebagai keturunan penduduk asli Australia.
”Hasil yang luar biasa bagi Australia. Saya pun senang bisa melihat orang asli Australia lain juara di Perancis. Saya sebenarnya takut mengatakan ini, tetapi ini telah 48 tahun berlalu sejak saya pertama kalinya juara Grand Slam yang juga didapat di Perancis Terbuka,” tutur Goolagong yang tujuh kali menjuarai Grand Slam sebelum pensiun pada 1983.
Barty berketurunan Australia asli dari buyut ayahnya. Dia adalah keturunan Ngarigo yang tinggal di perbatasan Negara Bagian Victoria dan New South Wales. Barty pun selalu bangga dengan asal-usulnya itu. ”Apa yang saya warisi sangat penting bagi saya,” katanya.
Selain Goolagong, legenda tenis Australia, Rod Laver, juga memberi selamat kepada Barty. Begitu pula Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan komunitas kriket di Australia. Meski menjadi petenis profesional sejak 2010, Barty pernah menjadi atlet kriket profesional pada 2015 hingga pertengahan 2016 ketika menjauh dari dunia tenis.
Dia beristirahat dari tenis setelah tujuh kali tersingkir pada babak pertama Grand Slam dari sembilan keikutsertaannya. Tak tahan dengan tekanan besar sebagai petenis profesional, Barty beralih profesi menjadi atlet kriket dan bermain untuk klub Brisbane Heat.
Namun, kecintaan pada tenis membuatnya kembali pada 2016. Dia memulai kembali dengan mengikuti turnamen ITF yang berkelas di bawah turnamen WTA. Baru pada 2017, dia bisa mengikuti kembali Grand Slam.
Kembali ke arena tenis pada peringkat ke-623 dunia, kini dia akan berada pada posisi kedua dunia. Barty pun menjadi tunggal putri Australia Terbaik setelah Goolagong menjadi petenis nomor satu dunia pada 1 April 1976. (AFP/REUTERS)