Angkutan massal untuk mudik Lebaran mendesak dibenahi agar menarik minat masyarakat. Peminat angkutan umum tinggi asalkan fasilitasnya memadai.
JAKARTA, KOMPAS Hingga hari ketiga seusai Lebaran (H+3), jumlah pengguna angkutan umum menurun, tetapi di lain sisi mobil pribadi justru membeludak di Jalan Tol Trans-Jawa. Agar masyarakat mau beralih moda, pemerintah perlu membenahi transportasi publik untuk keperluan mudik Lebaran.
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah pengguna angkutan umum pada 2019 sejak 29 Mei (H-7) hingga 9 Juni (H+3) sebanyak 12,73 juta orang atau turun 8,5 persen dibandingkan dengan jumlah pengguna angkutan umum pada periode yang sama tahun 2018 sebanyak 13,9 juta penumpang.
Dari semua moda transportasi, jumlah pengguna pesawat dan angkutan jalan yang merosot tajam. Jumlah penumpang pesawat turun dari 3,5 juta penumpang pada 2018 menjadi 2,5 juta orang pada 2019. Adapun jumlah pengguna angkutan jalan, termasuk bus, turun 13,7 persen, dari 3 juta pengguna pada 2018 menjadi 2,63 juta orang pada 2019.
Kondisi ini terlihat di terminal bus. Di Terminal Kampung Rambutan, misalnya, jumlah penumpang bus yang berangkat mudik pada Lebaran 2019 dari H-7 hingga H-1 sebanyak 82.820 penumpang atau turun ketimbang tahun lalu yang sebanyak 93.400 orang.
Untuk itu, pemerintah didesak membenahi angkutan massal Lebaran. ”Penggunaan angkutan umum memang harus didorong karena kalau terus mengandalkan jalan tol dan kendaraan pribadi, kemacetan akan selalu terjadi,” kata pakar transportasi Institut Teknologi Bandung, Sony Sulaksono, Senin (10/6/2019).
Sony menilai, pemerintah perlu membenahi sejumlah hal untuk mendorong minat masyarakat menggunakan angkutan umum saat mudik. Di sektor angkutan bus, misalnya, pemerintah harus membenahi kondisi dan fasilitas di terminal agar lebih nyaman, termasuk menyediakan tempat parkir sepeda motor yang memadai di terminal.
Selain itu, terminal-terminal besar yang ada di sejumlah kota juga perlu diintegrasikan dengan akses keluar dan masuk jalan tol untuk mempercepat waktu tempuh. Selain bus, kapasitas kereta api juga dapat ditingkatkan dengan cara merampungkan pembangunan rel ganda di jalur selatan Jawa.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang mengingatkan, pemerintah seharusnya tidak hanya mengandalkan jalan tol untuk memperlancar arus mudik. Sebab, jalan tol tetap berpotensi macet karena tingginya pertumbuhan kendaraan pribadi.
Oleh karena itu, Deddy menyatakan, pemerintah semestinya memberikan fasilitas untuk menarik minat masyarakat menggunakan angkutan umum.
Kendaraan di jalan tol
Di sisi lain, volume kendaraan pribadi membeludak saat arus mudik dan balik Lebaran sehingga memicu kepadatan di Jalan Tol Trans-Jawa. Kemacetan terparah terjadi pada Minggu (9/6) siang hingga Senin dini hari yang kebanyakan dipicu akibat antrean kendaraan ke tempat istirahat.
Pada Minggu malam sekitar pukul 22.30, perjalanan dari Gerbang Tol (GT) Cikampek Utama menuju Semanggi, Jakarta, dengan jarak sekitar 80 kilometer, misalnya, ditempuh selama 4,5 jam, sedangkan pada hari biasa sekitar 2 jam.
Berdasarkan data PT Jasa Marga, jumlah kendaraan yang keluar Jakarta saat mudik dengan melintasi GT Cikampek Utama, GT Kalihurip Utama, GT Cikupa, dan GT Ciawi dari H-7 hingga H-1 mencapai 1,2 juta unit. Adapun jumlah kendaraan pada saat arus balik dari H+1 hingga H+3 mencapai 719.654 kendaraan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengakui, salah satu penyumbang kepadatan di jalur mudik adalah kendaraan pribadi. Untuk itu, tahun depan pihaknya akan memprioritaskan fasilitas angkutan massal.
”Mungkin yang dapat dilakukan dalam jangka setahun mendatang adalah perbaikan fasilitas di moda bus dan kereta api,” ujar Budi Karya, seraya menyebutkan, peminat angkutan umum tahun ini naik.
Pada Senin sore, lalu lintas arus balik sudah mulai lancar. Kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri Inspektur Jenderal Refdi Andri menyatakan, puncak arus balik terjadi pada H+4 atau hari Minggu kemarin. Untuk itu, rekayasa lalu lintas, termasuk sistem satu arah, tidak diberlakukan lagi.
”Kami perkirakan, pemudik masih akan kembali ke Jakarta dalam satu hari hingga lima hari ke depan,” kata Refdi Andri di Cikampek.
Secara terpisah, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto mengapresiasi keberlangsungan mudik Lebaran 2019. Sebab, mudik tahun ini lebih baik daripada tahun lalu dilihat dari jumlah kecelakaan yang berkurang.
Berdasarkan data Polri, jumlah kecelakaan dari H-7 hingga H+3 Lebaran 2019 sebanyak 529 kejadian, turun sebanyak 65 persen dibandingkan dengan tahun 2018 yang sebanyak 1.491 kejadian.
(DIV/HRS/FRD/DVD/SKA/AIN/TAM/EDN/NAD/ARN/RTG/DIT/DKA/NCA)