Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap empat terduga teroris di Jatibening, Bekasi, dalam dua hari hingga Selasa (11/6/2019). Mereka berperan menyembunyikan orang dalam daftar pencarian orang dan turut dalam pelatihan militer.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY/STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap empat terduga teroris di Jatibening, Bekasi, dalam dua hari hingga Selasa (11/6/2019). Terduga teroris ini berperan menyembunyikan orang yang masuk daftar pencarian orang dan turut dalam pelatihan militer.
Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap empat teroris ini pada waktu yang berbeda. Densus menangkap Harin alias Abu Zahra di Jatibening Baru, Pondok Gede, Kota Bekasi, Senin (10/6/2019) sekitar pukul 21.00.
Personel Densus lalu menangkap Ahmad Adhi Sudiro, Ikhsan, dan Khairul Amin alias Amin di kontrakan yang terletak di Jatibening Baru, Pondok Gede, Kota Bekasi, Selasa ini sekitar pukul 02.00.
”Saat ini petugas masih melakukan pendalaman terkait eksistensi dan jaringan mereka. Densus sedang menggeledah kediaman terduga teroris dan menginterogasi,” ucap Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Asep Adi Saputra di Jakarta.
Ketiga terduga teroris ini merupakan pengikut Abu Zahra dan peserta pelatihan militer di Gunung Salak, Aceh. Mereka juga terlibat dalam menyembunyikan Wahyudin Sarwani (KAP) dan Tengku Rendi Risuda Santun yang masuk daftar pencarian orang (DPO) oleh polisi.
Adapun dari dua penangkapan itu, polisi menyita satu sepeda motor, tiga gawai, dan kartu tanda penduduk atas nama Ahmad Adhi Sudiro.
Sebelumnya, polisi merilis tiga terduga teroris, SL (34), AN (20), dan MC (28), pada Sabtu lalu. AN ditangkap di Jalan Keramat Kedongdong, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, karena berperan menyembunyikan pelaku yang masuk DPO jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung.
Sementara itu, SL, yang ditangkap di Jalan Pondok Ungu Permai Sektor V, Babelan, Kabupaten Bekasi, dan MC, yang ditangkap di Tegal Timur, Jawa Tengah, merupakan DPO jaringan JAD Lampung.
Jauh sebelumnya, Kamis (9/5/2019) siang, tim Densus 88 Antiteror Polri menggeledah sebuah rumah kontrakan di Desa Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Rumah itu ditempati E alias Rafli (26), yang diduga merupakan pemilik dua bahan peledak yang ditemukan Densus 88 Antiteror Polri satu hari sebelumnya di sebuah gerai ponsel di Kelurahan Perwira, Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Transit
Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, perkembangan terorisme jaringan JAD di Jawa Barat kian masif. Hal itu terjadi setelah mereka kehilangan kekhilafahan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Suriah. Akibatnya, JAD kini berubah menjadi virtual.
Namun, mereka tetap gigih mempertahankan khilafah sehingga mereka bekerja all out dengan memperkuat konsolidasi antarjaringan yang menyebar di Indonesia.
”Motif terkuat pelaku teroris itu motif teologi karena mereka ingin mencapai spiritual tertinggi sehingga struktur mereka tetap dipertahankan meski pimpinannya sudah ditangkap,” ucap Chaidar.
Ia menambahkan, Bekasi menjadi pilihan terduga teroris untuk bersembunyi karena wilayah Bekasi merupakan tempat transit JAD dari Sumatera. Di Bekasi juga kini tumbuh JAD Bekasi sejak tahun 2017. Jaringan itu merupakan pengembangan dari JAD Solo, Jawa Tengah.
”Bekasi jadi tempat transit. Target mereka tetap di Ibu Kota (DKI Jakarta),” kata Chaidar.