Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri telah dimulai pada Senin (10/6/2019). Pendaftaran akan berakhir pada 24 Juni, atau berlangsung dua pekan. Dengan demikian, calon mahasiswa memiliki waktu memadai untuk berpikir masak-masak mengenai program studi yang dipilih. Fenomena mahasiswa salah pilih jurusan pun diharapkan tak terjadi lagi.
Namun, tantangan perkembangan zaman kian kompleks. Hanya fokus pada disiplin ilmu yang diambil dinilai tak lagi cukup karena zaman sekarang membutuhkan individu yang tak hanya pandai secara akademis, tetapi juga inovatif serta terampil. Kemampuan ini tidak akan tercapai tanpa mental gigih dan mau terus belajar.
Prinsip tersebut mematahkan anggapan bahwa hal terpenting dari lulusan SMA dan sederajat adalah nilai rapor serta skor pada Ujian Tulis Berbasis Komputer untuk masuk perguruan tinggi. ”Tujuan pendidikan nasional jelas, yaitu generasi unggul dan nasionalis. Unggul tak hanya bermakna pandai teori dan praktik ilmu yang dipelajari, tetapi juga berwawasan luas,” kata Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ismunandar seusai halal bihalal kementerian di Jakarta, Senin.
Lembaga penyelenggara pendidikan tinggi hendaknya mengembangkan karakter mahasiswa yang mau untuk terus belajar. Dengan demikian, mahasiswa dituntut mengetahui wawasan di luar bidang yang dipelajari.
Ismunandar menjelaskan, kebutuhan zaman sekarang dan masa depan adalah pemelajaran multidisipliner. Meski demikian, dalam jejaring profesional, tetap dibutuhkan kepakaran pada bidang spesifik. ”Skemanya bisa seperti huruf T, yaitu individu mendalami bidangnya hingga mencapai kemampuan pakar sekaligus memiliki wawasan pada bidang-bidang lainnya,” ujarnya.
Adapun skema yang lebih kompleks, menurut Ismunandar, adalah menyerupai huruf M. Seorang individu memiliki keahlian pada beberapa bidang pada saat bersamaan.
Ia menambahkan, pengembangan wawasan umum berskala lokal, nasional, dan global selalu diperlukan. Tanpa hal ini, orang akan sukar mencari celah untuk menerapkan secara nyata ilmu yang dipelajarinya. Pengembangan inovasi, menurut dia, berlandaskan pada kesadaran tentang masalah di sekitar.
Berkembang
Pentingnya pengembangan diri secara terus-menerus dikemukakan pula oleh Direktur Politeknik Negeri Jakarta Abdillah. Menurut dia, meskipun mengajar ilmu terapan sesuai spesifikasi industri, politeknik tetap membutuhkan mahasiswa berkarakter pemelajar.
”Faktor penting dalam pendidikan vokasi adalah mengambil sertifikasi kompetensi. Lulusan D-4 Teknik Sipil, misalnya, selain memahami teori seperti layaknya sarjana, ia juga harus memiliki keterampilan praktis mencampur bahan bangunan, menggambar cetak biru, dan mengawasi proyek,” ucap Abdillah.
Namun, kompetensi pada dunia industri, menurut dia, terus berkembang. Oleh sebab itu, sarjana vokasi apabila ingin terus terpakai oleh dunia kerja, secara berkala harus memutakhirkan ilmunya dengan mengambil ujian sertifikasi.
Sarjana vokasi apabila ingin terus terpakai oleh dunia kerja, secara berkala harus memutakhirkan ilmunya dengan mengambil ujian sertifikasi.
Ismunandar menambahkan, karakteristik pemelajar seumur hidup hendaknya ditanamkan sejak usia dini. Kemampuan membaca materi di luar silabus, menganalisis masalah, menyimpulkan, merumuskan, dan mengambil keputusan harus dibiasakan sejak pendidikan dasar dan di rumah.
”Jangan mengharapkan hal tersebut bisa dipelajari dari nol di perguruan tinggi. Justru, masa kuliah menuntut kemampuan mahasiswa mempraktikkan keterampilan tersebut,” ujarnya.