Ekosistem pariwisata yang didukung konektivitas yang baik dan kualitas sumber daya masyarakat lokal perlu terus dikembangkan.
Oleh
Ferry Santoso
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ekosistem pariwisata yang didukung konektivitas yang baik dan kualitas sumber daya masyarakat lokal perlu terus dikembangkan. Ekosistem pariwisata itu perlu dikembangkan karena sektor pariwisata mencakup banyak aspek, seperti infrastruktur kawasan, budaya, keindahan alam, serta kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Hal itu disampaikan Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan, dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah di Jakarta, Senin (10/6/2019). ”Pariwisata itu bukan hanya terkait promosi, melainkan juga banyak aspek, seperti konektivitas dan integrasi ekosistem pariwisata,” kata Edwin.
Edwin mencontohkan, bandara internasional Kulon Progo dapat menunjang pariwisata di kawasan wisata Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Namun, masih diperlukan atau dikembangkan akses yang lebih mudah dan cepat ke kawasan-kawasan wisata di sekitar Yogyakarta, Solo, dan Semarang, seperti Candi Borobudur, Prambanan, atau kawasan wisata Dieng.
Selain itu, lanjut Edwin, untuk menggenjot sektor pariwisata, ekosistem pariwisata harus terus-menerus dibangun. Dengan ekosistem yang dibangun, diharapkan wisatawan mancanegara yang datang bukan sekadar menikmati hotel dan alam yang bagus, melainkan juga dapat menikmati budaya dan kearifan lokal, kuliner, sentra-sentra bisnis, maupun produk-produk lokal.
Edwin mencontohkan, kawasan wisata Bali dan Lombok perlu diintegrasikan. Oleh karena itu, konektivitas atau akses transportasi, baik jalur laut maupun udara, perlu semakin dipermudah dan dikembangkan. Sarana pariwisata, seperti hotel berbintang, kapal-kapal, penataan kawasan, seperti di Labuan Bajo, juga perlu diperbanyak.
Edwin menambahkan, karena pariwisata terkait dengan ekosistem, pelibatan atau pemberdayaan masyarakat lokal sangat penting. Oleh karena itu, kualitas sumber saya manusia masyarakat lokal perlu ditingkatkan melalui pelatihan atau vokasi.
”Hal itu yang dilakukan perusahaan-perusahaan BUMN,” katanya.
Di Lombok, BUMN juga mengembangkan usaha kecil dan masyarakat dari masyarakat lokal atau pelatihan kepariwisataan untuk mengembagkan balai-balai ekonomi desa (balkondes) di kawasan Borobudur.
Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) Abdulbar Mansoer mengungkapkan, pihaknya berupaya membangun destinasi baru di Mandalika dengan Street Sirkuit MotoGP, Singhasari yaitu kawasan Bromo Tengger Semeru, dan Bali Utara.
”Diharapkan atraksi-atraksi di destinasi baru akan menarik wisatawan yang tetap membutuhkan tujuan wisata di tengah tantangan ekonomi dunia,” kata Abdulbar. Selain itu, ITDC meningkatkan daya tarik kawasan pariwisata The Nusa Dua yang sudah terbangun dan berfasilitas lengkap, yaitu 19 hotel dan vila bintang 5 dengan total 5.400 kamar, lapangan golf, retail center, convention center berkapasitas 17.000 orang, dan rumah sakit internasional.
Abdulbar menambahkan, The Nusa Dua akan menjadi lokasi theme park internasional pertama di Indonesia dengan kehadiran Cartoon Network di tahun 2020. Atraksi theme park ini diharapkan menambah jumlah wisatawan di Nusa Dua sebesar 500.000 saat beroperasi penuh.
Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT TWC) Edi Setijono mengatakan, pihaknya sedang mengkaji kemungkinan membuat kereta gantung yang menghubungkan kawasan Candi Prambanan dengan Candi Ratu Boko.
Melalui sarana itu, lanjut Edi, wisatawan di Candi Prambanan dapat lebih mudah mengakses kawasan wisata Candi Ratu Boko, apalagi arus lalu lintas semakin padat. Sarana yang ada saat ini berupa kendaraan antarjemput cukup memakan waktu. (FER)