Areal terdampak banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, yang terus meluas menyebabkan distribusi makanan dan bantuan tersendat. Tim gabungan tanggap darurat banjir setempat kekurangan personel dan peralatan untuk mengevakuasi warga.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
SAMARINDA, KOMPAS — Areal terdampak banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, yang terus meluas menyebabkan distribusi makanan dan bantuan tersendat. Tim gabungan tanggap darurat banjir setempat kekurangan personel dan peralatan untuk mengevakuasi warga.
Banjir mulai menggenangi Samarinda sejak 5 Juni. Hujan yang turun dalam waktu bersamaan di wilayah hulu Sungai Mahakam membuat debit air naik. Hal itu membuat banjir meluas ke empat kecamatan, yakni Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda Ilir, Samarinda Ulu, dan Sungai Pinang.
Meski hujan tidak turun sejak Senin, air masih menggenang di sebagian besar dari empat kecamatan tersebut. Lebih dari 15.000 jiwa terdampak dan terpencar ke banyak tempat pengungsian. Jarak tempat kumpul pengungsi yang berjauhan menyulitkan tim gabungan mendistribusikan makan dan evakuasi.
”Personel gabungan terdiri dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, sukarelawan, dan berbagai instansi pemerintahan. Wilayah yang luas membuat evakuasi korban sulit. Kami juga kekurangan perahu untuk menjemput warga yang masih berada di rumah,” ujar operator Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, Aditya, Selasa (11/6/2019).
Di Kelurahan Temindung Permai, Samarinda Utara, ketinggian air mencapai 1 meter. Sejak Minggu malam, ratusan warga berinisiatif mengungsi ke kantor Sekretariat Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Samarinda. Mereka membawa pakaian dan peralatan elektronik yang bisa diselamatkan. Mereka tidur di lantai beralaskan tikar atau selimut. Terdapat pula di antara pengungsi itu sejumlah anak balita.
Warga mengisi perut dengan sisa makanan yang masih bisa diselamatkan dari rumah. Beberapa di antara mereka menyeduh mi instan dengan menggunakan penanak nasi elektronik. Mereka baru dapat bantuan makanan pada Senin malam.
”Sebelum dapat makan, kami beli dengan sisa uang yang ada. Sisa makanan juga kami kumpulkan untuk dimakan bersama,” ujar Mahyudin (59), warga RT 030 Kelurahan Temindung Permai.
Beberapa di antara mereka menyeduh mi instan dengan menggunakan penanak nasi elektronik. Mereka baru dapat bantuan makanan pada Senin malam.
Warga lain, Imah (45), mengatakan, pakaian bersih dan selimut dibutuhkan para pengungsi. Mereka hanya membawa pakaian beberapa setel. Sisanya terendam banjir di rumah mereka yang terletak di sekitar bantaran Sungai Karang Mumus.
Kepala BPBD Kota Samarinda Sulaiman Sade mengatakan, bantuan makanan, air bersih, dan pakaian dibutuhkan korban banjir. Tim gabungan juga masih membutuhkan tambahan mobil truk untuk memindahkan korban ke tempat yang lebih aman.
Ia menambahkan, dapur umum sudah dibangun berbagai instansi pemerintah, tetapi belum bisa menjangkau semua pengungsi. ”Kemarin, kami baru bisa mengantarkan sekitar 6.000 nasi bungkus. Semoga hari ini bisa mendistribusikan lebih dari itu karena sudah banyak dapur umum didirikan,” ujar Sulaiman.
Selain dapur umum yang didirikan pemerintah, warga yang tidak terdampak banjir juga mendirikan dapur umum secara swadaya, seperti di Kelurahan Sempaja Timur. Mereka menampung bantuan bahan makanan dari masyarakat dan memasaknya secara bergantian.
Masyarakat yang tidak terdampak banjir juga mendirikan dapur umum secara swadaya, seperti di Kelurahan Sempaja Timur. Mereka menampung bantuan bahan makanan dari masyarakat dan memasaknya secara bergantian.
Akses terputus
Dampak banjir juga merendam sejumlah akses jalan di Samarinda. Hal itu mengakibatkan aktivitas di sekitar jalanan tersebut terhenti karena tak bisa dilalui kendaraan. Ketinggian air mencapai 50 sentimeter. Beberapa toko milik warga tutup karena air tak kunjung surut.
Hal itu terlihat di Jalan Ahmad Yani, Jalan DI Panjaitan, Jalan Dr Soetomo, Jalan Muhammad Yamin, dan Jalan S Parman. Wahyu (34), pekerja di gudang bahan pokok di Jalan S Parman, tidak bekerja karena kantornya tidak bisa dilalui kendaraan.
Sebelumnya, Wali Kota Samarinda mengeluarkan surat keputusan tentang kondisi tanggap darurat banjir yang berlangsung selama tujuh hari sejak 8 Juni. Pemerintah menyediakan dana tanggap darurat sebesar Rp 3 miliar.
”Dana itu digunakan untuk paket makanan dan perlengkapan kebersihan masyarakat,” ujar Sekretaris Daerah Kota Samarinda Sugeng Chairuddin.