PT Hotel Fitra Internasional Tbk tercatat menjadi perusahaan ke-13 yang melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2019. Melalui sumber pendanaan dari pasar modal, hotel ini berencana membangun gedung pertemuan di Majalengka, Jawa Barat.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Hotel Fitra International Tbk tercatat menjadi perusahaan ke-13 yang melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2019. Melalui sumber pendanaan dari pasar modal, hotel ini berencana membangun gedung pertemuan di Majalengka, Jawa Barat.
Pencatatan saham perdana emiten bersandi FITT ini secara resmi dilakukan saat pembukaan perdagangan pada Selasa (11/6/2019) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Pencatatan ini sekaligus menambah daftar emiten BEI menjadi 631 perusahaan.
FITT menetapkan harga penawaran senilai Rp 102 per saham dengan melepas 220 juta saham. Dengan demikian, total dana yang dihimpun mencapai Rp 22,4 miliar.
Direktur Keuangan Hotel Fitra International Sukino mengatakan, perusahaan berencana mengalokasikan sekitar 79 persen dari total dana yang dihimpun dari pasar modal untuk pembangunan gedung pertemuan.
Rinciannya, sekitar 49 persen dari dana IPO atau sekitar sebesar Rp 10,97 miliar akan digunakan untuk mengakuisisi tanah seluas 2.320 meter persegi di Majalengka. Adapun 30 persen atau sekitar Rp 6,72 miliar akan digunakan sebagai biaya pembangunan.
”Rencananya, pembangunan itu akan dimulai pada Juli 2019. Saat ini, kami memasuki tahap finalisasi desain dan menunjuk kontraktor. Proyeksinya bisa beroperasi Oktober 2019,” ujarnya.
Pada 2019, perusahaan masih mengandalkan kinerja unit hotel. Sepanjang tahun lalu, tingkat rata-rata okupansi hotel tersebut sebesar 53,85 persen. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan tahun 2017 dengan rata-rata okupansi Fitra Hotel hanya sebesar 47,77 persen.
”Tahun ini kami menargetkan rata-rata tingkat okupansi hotel menjadi 70 persen. Libur Lebaran lalu, okupansi kami mencapai 100 persen. Jadi, kami optimistis kinerja kami akan baik pada tahun ini,” tutur Sukino.
Selain itu, kehadiran Bandara Kertajati di Majalengka juga ia nilai bisa menjadi katalis positif bagi bisnis Hotel Fitra International. Menurut rencana, bandara akan digunakan oleh pemerintah untuk memberangkatkan jemaah haji ke Tanah Suci.
”Kami akan menangkap segmentasi wisatawan umrah maupun jemaah haji dari Jawa Barat yang melakukan penerbangan langsung dari Bandara Kertajati menuju Jeddah dan rute sebaliknya,” kata Sukino.
Antrean emiten
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyatakan, keberadaan Hotel Fitra International di papan bursa semakin menambah pilihan investasi kepada investor. Dia berharap, sebagai emiten pasar modal, Hotel Fitra International dapat menjalankan tata kelola perusahaan yang baik.
Saat ini, lanjut Nyoman, BEI mengatakan sudah mengantongi 25 calon emiten baru (pipeline) yang siap melantai di pasar modal. Itu artinya, sudah dapat dipastikan bahwa tahun ini ada 38 emiten baru yang melantai di bursa efek. Jumlah ini masih belum memenuhi target, yang dicanangkan BEI pada akhir 2018 ialah 75 emiten.
”Dokumen sudah masuk yang 25 calon emiten, yang kita yakin akan masuk semua. Kami akan dukung mereka untuk segera masuk karena kondisi pasar saat ini sudah favorable,” ujarnya.