Kemenangan Akademi di Lisbon
Portugal mampu merajai Eropa dalam tiga tahun terakhir ini berkat kemampuan mereka melahirkan bintang-bintang baru. Mereka tidak perlu terlalu cemas ketika Cristiano Ronaldo pensiun.
PORTO, SENIN - Portugal bukan negara besar di Eropa tetapi mampu mendominasi kekuatan sepakbola Benua Biru. Setelah menjuarai Piala Eropa 2016 di Perancis, mereka menjadi tim pertama yang menjuarai Liga Nasional Eropa dengan mengalahkan Belanda 1-0 di Stadion Dragao, Porto, Senin (10/6/2019) dini hari WIB.
Dua trofi kompetisi mayor itu sukses diraih Portugal hanya dalam tiga tahun. Hasil yang mengejutkan mengingat ada kekuatan besar di Eropa seperti Perancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Italia, dan Belanda. Sukses ini dicapai setelah Portugal bekerja keras menggembleng talenta-talenta baru di sejumlah akademi sepak bola.
Setidaknya ada dua kawah candradimuka bagi talenta di Portugal yang produktif mencetak para bintang, yaitu akademi sepak bola yang dimiliki dua klub besar Lisabon, Sporting dan Benfica. Dari Sporting muncul nama-nama seperti Luis Figo, Nani, Adrien Silva, hingga Cristiano Ronaldo. Adapun Benfica melahirkan pemain muda yang kini bersinar seperti Joao Felix, Goncalo Guedes, Ruben Dias, dan Bernardo Silva.
Hasilnya, Portugal yang tampil di Stadion Dragao bermain sebagai satu tim yang solid. Mereka tidak lagi bertumpu pada kemampuan sang mega bintang Ronaldo. Pemain lain juga tampil menonjol dan Portugal menjadi tim dengan kemampuan pemain merata di segala lini.
Bahkan, bukan Ronaldo yang mendapat gelar pemain terbaik di Liga Nasional Eropa edisi perdana kali ini, tetapi Silva. Pemain Manchester City ini tidak hanya menjadi arsitek serangan Portugal, juga jenderal yang menghancurkan permainan Belanda di lini tengah. Pada menit ke-60, Silva memberikan asis kepada Guedes untuk mencetak gol tunggal.
Ronaldo harus rela melihat Silva mendapat penghargaan itu, karena Silva berkontribusi sejak awal hingga meraih trofi. Ronaldo tidak tampil saat Portugal menjalani empat laga fase grup karena sedang beradaptasi di Juventus. Tanpa Ronaldo, Portugal tak terkalahkan menghadapi Italia dan Polandia.
”Melihat kualitasnya menghasilkan gol, penampilan Silva secara keseluruhan luar biasa. Dia juga punya pengaruh positif untuk tim,” ujar Pengamat Teknis UEFA Packie Bonner pada laman UEFA. Pada lima laga di Liga Nasional, Silva mencetak satu gol, dua asis, dan akurasi operan mencapai 84 persen.
Program Terstruktur
Silva menjadi cermin keberhasilan program terstruktur di akademi Benfica. Ia bergabung tahun 2002 saat berumur 9 tahun hingga tampil di tim senior pada 2013. ”Pembinaan di Benfica sangat mendasar. Kami tidak hanya melatih tetapi juga mendidik,” ujar pelatih tim muda Benfica, Luis Nascimento, seperti dikutip The Guardian.
Para pemain usia 13 tahun misalnya, menghabiskan tujuh jam di lapangan setiap hari. Selama 90 atau 120 menit di antaranya dihabiskan di laboratorium untuk belajar psikologi, fisiologi, nutrisi, menganalisa laga, dan berlatih di alat simulasi canggih bernama 360S Simulator untuk mengasah naluri dan akurasi tendangan. Tidak heran, Silva kini tidak hanya akurat menendang tetapi mampu berpikir.
Para pemain muda itu terus dipantau perkembangannya melalui jenjang bertahap untuk mencapai level senior. Dari pembinaan anak-anak, mereka terseleksi masuk ke tim B yang berlaga di LigaPro, liga kasta kedua Portugal. Pemain yang benar-benar berbakat baru bisa masuk ke jenjang senior.
Namun, Liga Portugal tidak segemerlap liga Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, atau Perancis. Karena itu, Benfica, Sporting, atau Porto, cenderung mencetak pemain dan menjual mereka ke klub besar di lima liga top Eropa itu. Joao Felix, pemain Benfica berusia 19 misalnya, sudah dilirik Real Madrid, Manchester United, Manchester City, dan Juventus.
Dengan stok talenta yang sudah ada, pelatih Portugal Fernando Santos lantas berproses untuk memadukannya menjadi sebuah tim sejak tahun 2014. “Dalam lima tahun terakhir, sekarang kami hampir menjadi sebuah keluarga yang sulit dihancurkan,” ujar Santos.
Santos dan Portugal pun tidak perlu lagi khawatir jika Ronaldo harus pensiun. Pemain berjuluk CR7 itu kini berusia 34 tahun, dan saat Piala Dunia Qatar 2022 berlangsung, akan berumur 37 tahun. Piala Eropa 2020 menjadi kesempatan terbaik Ronaldo dan Portugal untuk meraih hattrick gelar Eropa.
Mempertahankan dominasi hingga meraih trofi Piala Eropa 2020 tidak lagi mustahil bagi Portugal. “Butuh dedikasi tinggi dan kemauan besar. Selama saya masih kuat dan termotivasi, saya akan tetap menjaga nama Portugal,” ujar Ronaldo.
Sama seperti Portugal, Belanda juga merupakan negara penghasil pemain bintang dan memiliki ambisi besar. Namun, penampilan garang Belanda di Liga Nasional menjadi antiklimaks di final. “Saya tidak tahu apakah kami lelah, tetapi penampilan kami kurang bagus,” ujar pelatih Belanda Ronald Koeman. (AFP/REUTERS)