WASHINGTON, SELASA - Kim Jong Nam, kakak tiri Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, diduga bekerja sebagai informan Badan Pusat Intelijen (CIA) Amerika Serikat. Tidak hanya itu, Jong Nam dinyatakan memiliki hubungan dengan badan intelijen negara lainnya.
The Wall Street Journal dalam artikel yang dipublikasi pada Senin (10/6/2019), melaporkan, jurnalisnya memeroleh kesempatan untuk mewawancarai seorang mantan pejabat penting yang memiliki cukup pengetahuan mengenai Jong Nam. Menurut pejabat itu, Jong Nam memiliki hubungan dengan CIA sebagai seorang informan.
Pejabat tersebut mengatakan, Jong Nam berada di Malaysia pada Februari 2017 untuk bertemu dengan salah satu kontak CIA. Namun, ia memperkirakan, Jong Nam juga memiliki agenda lain di Malaysia.
Jong Nam meninggal dunia karena terkena racun saraf VX di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, 13 Februari 2017. Doan Thi Huong, perempuan asal Vietnam, dan Siti Aisyah, perempuan asal Indonesia, ditahan atas tuduhan pembunuhan Jong Nam. Mereka kemudian dibebaskan pada 2019. Pengacara Doan dan Siti mengatakan, mereka hanya dimanfaatkan dalam pembunuhan tersebut.
Pejabat Korea Selatan dan Amerika Serikat mengatakan, Jong Nam mati dibunuh atas perintah otoritas Korea Utara. Tuduhan itu dibantah oleh Pyongyang.
Jong Nam merupakan putra tertua dari keluarga yang memerintah Korut. Ia dilihat sebagai ancaman bagi kekuasaan dari saudaranya, Jong Un. Ia menghabiskan hidupnya di luar negeri setelah tidak lagi populer di keluarganya.
Semasa hidupnya, Jong Nam selalu merasa diawasi dan terancam oleh keluarganya ketika hidup di luar negeri. Namun, ia juga cukup kritis terhadap kepemimpinan keluarganya. Kini, beredar berita bahwa ia merupakan informan bagi CIA.
Melalui The Wall Street Journal, pejabat tersebut mengakui, detail hubungan antara Jong Nam dan CIA tidak begitu jelas. Tidak hanya itu, Jong Nam juga hampir pasti berhubungan dengan agen keamanan negara lain, khususnya China.
“Sejumlah mantan pejabat AS mengatakan Kim telah lama hidup di luar Korut selama bertahun-tahun dan tidak memiliki basis pendukung di Pyongyang sehingga kecil kemungkinan mampu menyediakan informasi detail mengenai cara kerja rahasia negara,” tuturnya.
Sejauh ini, CIA menolak untuk berkomentar mengenai pemberitaan The Wall Street Journal.
Peran Kim sebagai informan CIA juga disebutkan dalam buku "The Great Successor" yang ditulis oleh jurnalis The Washington Post, Anna Fifield yang memeroleh informasi bahwa Jong Nam biasanya bertemu dengan sejumlah agen di Singapura dan Malaysia.
Fifield juga menyebutkan, kamera keamanan merekam Kim bersama seorang laki-laki berwajah Asia di dalam lift hotel di Malaysia pada 2017. Laki-laki itu dilaporkan adalah agen intelijen AS. Dalam tas Jong Nam ditemukan uang tunai sebesar 120.000 dollar AS yang diduga sebagai pembayaran aktivitas intelijen atau pendapatan dari bisnis kasinonya.
Konfirmasi Korsel
Kementerian Penyatuan dan Layanan Intelijen Nasional Korea Selatan mengatakan, tidak dapat mengkonfirmasi kebenaran pemberitaan tersebut. Mereka tidak dapat memeroleh konfirmasi bahwa Kim merupakan informan CIA dan berangkat ke Malaysia untuk bertemu agen CIA disana.
Selama ini, negara lain dan media massa sulit untuk mengkonfirmasi berita mengenai Korut. Pyongyang secara ketat mengawasi pengunjung dan menyaring informasi yang beredar di masyarakat. Media massa kerap melaporkan informasi rahasia mengenai Korut yang kemudian terbukti salah atau tidak lengkap. (REUTERS/AP)