Beberapa bulan terakhir adalah periode paling sulit untuk Rafael Nadal. Rentetan cedera mengusik persiapannya menuju Perancis Terbuka 2019, baik secara fisik dan mental. Namun, semua terbayar ketika petenis asal Spanyol itu berhasil merebut gelar ke-12 di Roland-Garros.
Pelatih Nadal, Carlos Moya, menyebut Nadal (33) mempunyai ”mental jenius” terutama karena dia bisa melalui beberapa bulan terakhir, yang disebut Moya periode terberat bagi Nadal. ”Saya angkat topi untuk apa yang sudah Nadal lakukan,” kata Moya, dikutip dari laman Roland Garros.
Moya mengatakan, cedera membuat energi Nadal terkuras. ”Secara mental, juga fisik. Tetapi, sebagian besar secara mental sangat sulit. Dia harus mendorong dirinya sendiri hingga batas untuk kembali ke lapangan, berlatih, dan termotivasi” ujar juara Perancis Terbuka 1998 itu.
Tetapi, di saat-saat sulit itulah Nadal menunjukkan sikap luar biasa yang dipercaya sebagai kunci kemenangannya di Perancis Terbuka 2019. ”Sangat mudah bermain dengan baik ketika semua hal bekerja baik. Tetapi apa yang dia lalui selama beberapa bulan terakhir ini menunjukkan seberapa kompetitif Nadal, dan secara mental dia jenius,” ujarnya.
Nadal merebut gelar ke-12 Perancis Terbuka setelah mengalahkan Dominic Thiem, 6-3, 5-7, 6-1, 6-1 di Rolland Garos, Minggu (9/6/2019). Ini merupakan gelar ke-12 yang diraih Nadal di Roland Garros. Gelar itu diraih setelah Nadal melalui perjuangan panjang akibat berbagai cedera yang dialami selama 18 bulan terakhir.
Tahun lalu, cedera psoas (otot yang menghubungkan tulang belakang ke kaki), memaksa Nadal mundur sebelum perempat final Australia Terbuka. Cedera lutut juga membuat langkahnya terhenti di semifinal Amerika Serikat Terbuka. Nadal juga harus menjalani operasi engkel, November lalu.
Tahun ini, Nadal absen sebelum semifinal Indian Wells karena cedera lututnya kambuh. Dia juga melewatkan Miami Masters. Nadal kembali bermain di lapangan tanah liat mulai April. Itupun tak berjalan lancar. Dia menelan tiga kekalahan beruntun di semifinal Monte Carlo, Barcelona, dan Madrid. Nadal akhirnya bangkit dan menjadi juara di Roma dengan mengalahkan Novak Djokovic di final, tepat sebelum Perancis Terbuka. Kemenangan itu membangkitkan rasa percaya Nadal.
Terbaik
Moya mengatakan, setiap minggu adalah petarungan untuk Nadal. ”Tentu saja, kami prihatin. Dia memberi dirinya kesempatan untuk terus bersaing setiap minggu. Setiap minggu dia bermain lebih baik dari minggu sebelumnya, dan itu adalah tujuan kami, untuk sampai di sini dalam kondisi mental terbaik,” ujarnya.
Moya berasal dari Mallorca, daerah asal Nadal. Moya sudah mengenal Nadal sejak masih muda. Saat bersama Nadal, Moya harus melupakan perannya sebagai pelatih yang keras seperti dulu. Sebagai gantinya, Moya hadir bersama Nadal sebagai teman.
Kemenangan Nadal juga disaksikan oleh Toni, paman sekaligus mantan pelatihnya. Toni tak khawatir melihat persiapan Nadal menuju Roland-Garros. Kemenangan di Roma, menurut Toni, adalah suntikan semangat dan percaya diri untuk Nadal. ”Bagi Nadal, saat itu bukan waktu yang baik, tetapi saya meyakinkan, "Kamu harus menang di Roma dan kemudian kamu harus menang di Roland-Garros, maka kamu bisa mendapatkan musim panas yang sangat baik”. Sekarang dia telah mendapatkannya,” kata Toni.
Nadal adalah petenis pertama yang memenangkan gelar Grand Slam yang sama 12 kali. ”Saya rasa kita tidak akan melihatnya lagi. Berapa banyak petenis bekerja keras tetapi belum meraih gelar juara Grand Slam? Ini luar biasa,” kata Moya.
Thiem mengatakan, sangat sulit menerima kekalahan karena dia sudah memberikan yang terbaik. “Tentu saja saya sangat sedih kala, tetapi Nadal adalah juara yang luar biasa, legenda olahraga... saya pasti akan mencoba lagi tahun depan,” kata Thiem.
Nadal memuji permainan Thiem. “Hal pertama yang ingin saya katakan adalah selamat kepada Dominic," kata Nadal, seusai pertandingan. "Saya merasa menyesal karena dia pantas menerimanya. Saya sangat berharap dia memiliki kesempatan untuk menang di masa depan. Dia memiliki semangat dan intensitas yang luar biasa untuk olahraga ini. Saya tahu betapa sulitnya kalah di final. Tetapi, itulah olahraga,” katanya. (DNA)