Ekonomi Global Lesu, Indonesia Sulit Dongkrak Ekspor
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lesunya perekonomian dunia yang salah satunya dipicu perang dagang antara Amerika Serikat dan China menjadi hambatan bagi Indonesia untuk mendorong ekspor dan memacu pertumbuhan ekonomi. Perlu sinergi lintas sektoral agar ekspor tetap bisa tumbuh.
Bank Dunia pada Juni 2019 memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sepanjang tahun ini menjadi 2,6 persen. Sebelumnya, pada Januari 2019, proyeksinya 2,9 persen.
Dengan kondisi perekonomian global yang suram, Kementerian Perdagangan hanya memasang target pertumbuhan ekspor sepanjang 2019 sebesar 8 persen. ”Untuk apa bilang target sekian, tetapi tidak achievable (bisa dicapai),” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat menanggapi dampak pemangkasan pertumbuhan ekonomi global oleh Bank Dunia terhadap target ekspor nasional, Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Enggartiasto mengkhawatirkan penurunan proyeksi pertumbuhan perdagangan global yang dirilis Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) akibat perang dagang antara China dan AS. Dalam siaran persnya, WTO menyebutkan proyeksi pertumbuhan perdagangan dunia pada 2019 mencapai 2,6 persen, sedangkan angka realisasi tahun 2018 sebesar 3 persen.
Penurunan itu, menurut Enggartiasto, menunjukkan melemahnya daya beli semua negara. Imbasnya, tidak ada satu pun negara yang ekspornya dapat melonjak.
Meskipun demikian, pemerintah tetap mengupayakan penetrasi ekspor Indonesia ke pasar-pasar baru. Enggartiasto mengatakan, pembukaan akses pasar ini bertujuan agar Indonesia tidak tertinggal, terutama dari Vietnam.
Senada dengan Enggartiasto, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo berpendapat, tidak ada negara yang mengalami lonjakan ekspor akibat perang dagang pada tahun ini. Perang dagang telah menekan rantai pasok global.
Terganggunya rantai pasok global berdampak terhadap penurunan kemampuan ekonomi rata-rata dunia dalam mengimpor barang dari Indonesia. ”Meskipun kita mengusahakan membuka akses pasar, rata-rata kemampuan mengimpor dunia sedang terganggu,” ujar Iman saat ditemui secara terpisah.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, ekspor nasional sepanjang Januari-April 2019 turun 7,24 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama menjadi 55,77 miliar dollar AS. Adapun sepanjang 2018, ekspor Indonesia tercatat tumbuh 6,65 persen secara tahunan.
Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fithra Faisal, target ekspor dari Kementerian Perdagangan sulit dicapai karena pemerintah secara keseluruhan tidak berorientasi pada perdagangan internasional. ”Solusinya, strategi dan target ekspor mesti disusun secara lintas sektoral antara tiap kementerian/lembaga. Target ekspor harus memperhatikan kesiapan industri, sistem logistik, dan infrastruktur yang berorientasi industri, serta kualitas sumber daya manusia yang menggerakkan industri,” tuturnya.
Target ekspor Kementerian Perdagangan sulit dicapai karena kebijakan pemerintah secara keseluruhan tidak berorientasi pada perdagangan internasional.
Sementara itu, Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono mengusulkan, pemerintah seharusnya menugasi badan usaha milik negara untuk mendongkrak ekspor Indonesia di tengah situasi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Realisasinya dapat berwujud kolaborasi antar-BUMN. BUMN yang telah memiliki sistem logistik merata dan kuat secara nasional dapat menjadi tumpuannya.