Tim nasional Spanyol tak terkalahkan pada kualifikasi Piala Eropa 2020. Mereka juga menjaga identitas sebagai tim ofensif dengan penguasaan bola yang tinggi.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
Tim nasional Spanyol tak terkalahkan pada kualifikasi Piala Eropa 2020. Mereka juga menjaga identitas sebagai tim ofensif dengan penguasaan bola yang tinggi.
MADRID, SELASA — Tim nasional sepak bola Spanyol meraih empat kemenangan beruntun pada kualifikasi Piala Eropa 2020 setelah membekap Swedia, 3-0, di Madrid, Selasa (11/6/2019) dini hari WIB. Pencapaian ini cukup istimewa karena Spanyol bermain tanpa Pelatih Luis Enrique dan skuad yang tetap.
Berkat kemenangan itu, Spanyol mengemas poin sempurna, 12, dari empat laga kualifikasi Grup F. Mereka kokoh di puncak grup dengan keunggulan lima poin dari Swedia di peringkat kedua. Kemenangan itu membawa tren positif bagi Spanyol yang gagal di Piala Dunia Rusia 2018 dan Liga Nasional Eropa 2018-2019.
”La Furia Roja”, julukan timnas Spanyol, tidak hanya menjaga identitas khasnya, yakni sepak bola ofensif dengan penguasaan bola tinggi atau tiki-taka. Mereka juga mampu membongkar pertahanan Swedia, tim dengan pertahanan solid yang sempat membuat frustrasi tim raksasa, seperti Italia dan Jerman. La Roja membombardir gawang Swedia lewat 23 kali serangan sistemis.
Gempuran itu memaksa Swedia terpojok di pertahanan sendiri dan hanya mampu membuat satu tembakan tepat ke gawang lawan. Kesetiaan La Roja akan pakem menyerang berbuah tiga gol, dua di antaranya melalui titik putih yang dieksekusi bek Sergio Ramos dan striker Alvaro Morata. Satu gol lain dicetak pemain muda Mikel Oyarzabal yang tampil dari bangku cadangan.
Namun, Spanyol belum puas dengan kemenangan telak itu. Juara dunia 2010 itu tak mampu memaksimalkan peluang, yaitu tujuh tembakan ke gawang yang mereka ciptakan. ”Tim ini masih dapat berkembang dalam banyak cara. Kami mencari kesempurnaan,” ujar Roberto Moreno, Asisten Pelatih Timnas Spanyol, seusai laga itu.
Spanyol masih terus mencari susunan pemain yang tepat bersama pelatih barunya, Luis Enrique, yang kembali absen memimpin tim. Untuk ketiga kalinya beruntun di kualifikasi Piala Eropa 2020, mantan Pelatih Barcelona itu menyaksikan anak-anak asuhnya dari jarak jauh. Enrique berhalangan hadir karena urusan keluarga yang ia rahasiakan dari pers.
Ketidakhadiran Enrique di lapangan nyatanya tidak menjadi masalah bagi Spanyol, yang memiliki sistem mapan dan kultur permainan tegas seperti Barcelona. Siapa pun pemain atau pelatih yang memberikan instruksi, tim itu konsisten menyerang dan mengejar hasil positif. Tak heran, rotasi pemain yang dilakukan Moreno tetap menghasilkan kemenangan untuk Spanyol.
Kemarin, Moreno menurunkan delapan pemain berbeda dari laga terakhir lawan Kepulauan Faroe. Iago Aspas, Santi Cazorla, dan Jose Gaya, yang membawa Spanyol memukul Faroe, 4-1, tidak dimainkan di Madrid. Posisi mereka ditempati Jordi Alba, Rodrigo, dan Marco Asensio.
Kebijakan rotasi pemain oleh Enrique itu berlawanan dengan tim lain, seperti Inggris, Belanda, dan Perancis, yang mencoba menemukan skuad baku lebih cepat jelang Piala Eropa 2020. ”Tentu kami juga mencari skuad baku. Namun, tidak bagus hanya memiliki satu skuad mula. Anda butuh lebih dari 11 pemain dengan kemampuan setara untuk mengatasi potensi cedera dan menciptakan persaingan kondusif di tim,” tutur Moreno, dikutip Goal.com.
Rekor Passarella
Terlepas siapa pun penyerang yang dipasang di Enrique, gol kerap datang dari baris belakang, termasuk kapten tim Sergio Ramos. Penaltinya ke gawang Swedia menjadi gol ke-20 Ramos bagi La Roja. Tujuh gol dicetak Ramos pada delapan laga terakhirnya bersama Spanyol. Menurut Marca, koleksi gol itu membuat Ramos menyejajarkan namanya dengan Telmo Zarra, mantan striker La Roja yang aktif pada 1945-1951.
Ramos sebetulnya berpeluang menambah gol dan mendekati rekor Daniel Passarella, bek paling subur dalam sejarah sepak bola dunia. Bek legendaris Argentina itu mengemas 22 gol untuk timnas. Namun, dengan besar hati, Ramos menyerahkan tugas eksekusi penalti kedua kepada Morata. Padahal, tugas penalti itu dipercayakan Enrique kepada Ramos.
Morata, yang tengah mengalami krisis gol dan kepercayaan diri sebagai striker, terenyuh atas sikap Ramos itu. ”Saya bahkan tidak meminta (eksekusi penalti) karena ia selalu berusaha memaksimalkan peluang gol. Namun, ia tiba-tiba membuat tindakan luar biasa, meminta saya mengambil penalti. Saya berterima kasih untuknya. Ia tahu apa yang saya pikirkan untuknya,” kata Morata. (AFP)