Balapan di seri Kanada, Senin (10/6/2019) dini hari WIB semestinya menjadi momentum mengembalikan gairah serta persaingan sengit antarpebalap yang belakangan menghilang di Formula Satu. Realitanya justru terbalik. Seri Kanada dianggap sebagai malaikat maut yang mencabut nyawa F1 sebagai pertunjukkan balap mobil kompetitif dan menghibur.
”Secara keseluruhan, ini bukan lagi olahraga yang telah membuat saya jatuh cinta saat menyaksikannya,” ungkap Sebastian Vettel, pebalap Ferrari yang merasa kemenangannya di Kanada dirampas putusan pengawas balapan yang menghukumnya penalti selama lima detik. ”Mereka buta,” tambah Vettel kemudian.
Kontroversi penalti di Kanada bukan hanya membuat Vettel frustasi. Para pecinta F1, khususnya fans Ferrari, juga ikut marah. Mereka bahkan menyoraki Lewis Hamilton, pebalap Mercedes yang disahkan sebagai pemenang seri Kanada, saat naik ke podium di Sirkuit Gilles Villeneuve, Montreal. Tidak ketinggalan, sejumlah legenda F1 seperti Nigel Mansell, Martin Brundle, dan Jenson Button, ikut mempertanyakan penalti itu.
Button, mantan pebalap F1 yang menjadi juara dunia 2009 bersama tim Brawn GP, berkata, pengawas balapan di Kanada telah ”mencuri” dari seluruh penonton F1, bukan hanya kemenangan Vettel.
”Sungguh disesalkan. Di saat dua pebalap hebat, juara dunia berkali-kali tengah bersaing sengit dengan pantas, pengawas balapan datang dan merenggut pertunjukkan dari kita semua,” ungkapnya kepada Sky Sports.
Menurutnya, Vettel tidak semestinya dihukum penalti. ”Ya, dia memang melakukan kesalahan (tergelincir keluar trek di putaran ke-48). Namun, dari sudut pandang saya sebagai mantan pebalap, saat itu dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti arah mobilnya kembali ke lintasan dan memotong jalur Hamilton. Dia tidak punya kontrol atas mobilnya. Jadi, itu bukan salahnya,” ujar Button.
Vettel, yang konsisten memimpin lomba hingga garis finis, dianggap oleh pengawas melakukan tindakan berbahaya dengan menyetir mobilnya kembali ke racing line (garis balap) seusai melintir keluar di antara tikungan keempat dan kelima.
Namun, menurut Nigel Mansell, legenda F1 lainnya, itu bukanlah tindakannya yang disengaja. ”Penalti lima detik sungguh konyol. Dalam kondisi mobil yang tidak punya cengkeraman ketika melintasi rumput, sudah bagus dia menghindari kecelakaan. Apa lagi yang harus ia lakukan?” kicaunya lewat Twitter-nya.
Insiden itu juga menarik perhatian Alex Wurz, mantan pebalap F1 era 1990-an yang kerap ditunjuk sebagai pengawas balapan. Ia menganalisa rekaman di GP Kanada.
”Dari hasil oberservasi itu, saya melihat Vettel memang sempat menoleh ke kaca spion mobilnya (untuk melihat mobil Hamilton). Namun, itu dilakukannya setelah mengoreksi kendali mobilnya saat melintir. Itu semestinya bukan penalti,” ungkapnya.
Putusan terburuk
Pembahasan kontroversi di GP Kanada bahkan meluasdi luar insan F1. Legenda MotoGP, Casey Stoner, menilai, penalti Vettel adalah putusan terburuk yang pernah ia lihat di F1. ”Saya bersyukur tidak ada pengawas balapan di Nascar,” ujar Jimmie Johnson, pebalap Nascar, menegaskan pernyataan Stoner.
Lewis Larkam, analis balap F1 di Crash, berpendapat, putusan pengawas balapan di Kanada menjadi preseden buruk bagi balap mobil paling populer sejagat itu. ”Bukan hanya Vettel ataupun Ferrari, kekalahan terbesar diderita oleh F1 sendiri. Selama ini, pengawas memang kerap menjadi sasaran kemarahan lewat serangkaian putusannya. Seperti sepak bola, nyaris mustahil bagi mereka membuat keputusan yang benar dan cepat dalam setiap insiden,” tulisnya.
Laurence Edmondson, editor seksi olahraga balap di ESPN, berpendapat, regulasi di F1 memang harus ditegakkan. Namun, jangan sampai menghilangkan semangat pertunjukkan yang menjadi daya tarik dari olahraga balap selama ini. Ia khawatir, F1 yang setengah dekade terakhir ini terlihat kaku dan membosankan, akan semakin ditinggalkan semua pihak. Itu bisa dimulai dari Vettel yang digosipkan bakal pensiun dini pada akhir musim 2019 ini karena frustasi.