Penghijauan di Perkampungan Padat
Warga RW 001 Kelurahan Walitelon Selatan, Kecamatan Temanggung, Jawa Tengah, menolak lingkungannya hanya dipenuhi bangunan. Sebaliknya, warga di permukiman padat itu getol ”menjejali” tiap sudut jalan dengan aneka tanaman yang menyejukkan.
Semangat warga RW 001 Lingkungan Tepungsari untuk menghijaukan lingkungannya mendorong mereka memanfaatkan benda apa saja menjadi pot tanaman. Di rumah Nur Sofan (50), misalnya, puluhan tanaman tumbuh segar di pot yang terbuat dari sepatu-sepatu bot yang dicat dan dihias dengan aneka warna cerah.
”Ide memakai barang-barang itu dari saya, dan selanjutnya, remaja, anak-anak muda di sini membantu mengecat dan menghias,” ujar Sofan, yang berprofesi sebagai polisi hutan.
Sejumlah benda lainnya yang kemudian dimanfaatkan sebagai pot tanaman unik tersebut antara lain kloset bekas dan celana jins bekas. Khusus untuk celana, Sofan berkreasi dengan menambahkan kawat kasa dan semen untuk dibuat patung kaki bercat warna-warni.
Semangat menanam dan memanfaatkan barang-barang bekas untuk dijadikan pot itu pada akhirnya membuat volume sampah yang dihasilkan di setiap rumah berkurang. Pengurangan sampah terutama terjadi pada sampah plastik yang biasanya disetorkan warga ke bank sampah.
”Terkadang, karena kehabisan pot untuk tanaman, sampah yang sebelumnya sudah disetorkan lama di bank sampah pun akhirnya kami ambil kembali,” ujarnya sambil terkekeh. Warga RW 001 memang biasa menyetorkan sampah plastik dan kertas ke bank sampah.
Dengan luas wilayah hanya sekitar 5 hektar, RW 001 Lingkungan Tepungsari dipadati oleh 206 rumah warga dengan luas tanah pekarangan hanya berkisar 4-5 meter persegi per rumah. Kendati demikian, di lahan yang terbatas itu, tiap keluarga seolah berlomba menghias rumahnya dengan aneka tanaman.
Titik Siami (43), warga yang hanya memiliki sisa tanah kosong sekitar 3 meter persegi, pun tidak kurang akal. Menyiasati keterbatasan lahan, sebagian pot dan polybag pun diletakkan di atas sepeda serta sepeda motor tua di teras. Sepeda dan sepeda motor tua tersebut sudah tidak digunakan, tetapi enggan dijual oleh suami Titik, Jumanto (43).
”Daripada tak digunakan, lebih baik sepeda dan sepeda motor itu dipakai sebagai etalase tanaman,” ujarnya tertawa.
Sebagian warga juga mengembangkan tanaman dengan sistem hidroponik. Mereka memanfaatkan air dari tampungan air hujan atau sumur.
Warga RW 001 Lingkungan Tepungsari pun serius dalam merawat tanaman-tanaman itu. Hal ini terlihat dari adanya galon-galon kecil untuk tampungan air, selang, dan sprayer atau alat penyemprot tanaman. Sprayer khusus digunakan untuk menyemprot tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak air. Untuk menjamin kepastian penyiraman, salah seorang warga memasang timer atau penanda waktu agar tanaman di rumahnya rutin tersiram dua kali dalam sehari.
Khusus untuk tanaman yang berada di luar rumah, tiap-tiap RT pun telah menyusun daftar tugas menyiram tanaman. Warga bergiliran menyiram setiap hari. Ada 4-5 orang yang bertugas tiap hari. Khusus pada musim hujan, jadwal tersebut berlaku untuk tugas lainnya, seperti mencabut rumput liar.
Keteraturan itu berbuah tanaman yang tumbuh subur di halaman rumah ataupun tepi jalan. Semua tanaman terlihat segar dengan aneka warna yang menghadirkan pemandangan asri di setiap sudut kampung.
Memulai menanam
Pada masa lalu, RW 001 Lingkungan Tepungsari adalah perkampungan yang kering, gersang, dan kotor. Jarang terlihat ada pot tanaman di tiap rumah. Sampah banyak berceceran dan air dibiarkan menggenang menjadi sarang nyamuk.
Ketua RW 001 Anis Yudianto mengatakan, ketika itu banyak warga tidak peduli dengan kondisi lingkungan tersebut. Namun, perilaku itu mulai berubah tahun 2017. Ketika itu, warga berangsur panik karena pada musim hujan terjadi bencana longsor di dua lokasi di RW 001. Sekalipun tidak menimbulkan korban jiwa, longsor itu mengancam keberadaan sejumlah rumah warga.
Saat itulah warga mulai menyadari bahwa untuk menghindari erosi perlu dilakukan penghijauan. Pada tahap awal, upaya itu dilakukan dengan ”menghijaukan” teras di tiap rumah.
Kelompok wanita tani (KWT) pun dibentuk di tiap RT dengan tugas mengembangkan bibit tanaman. Dari pengembangan tersebut, masing-masing warga mendapatkan bantuan 10-15 bibit bunga dan sayuran per rumah.
Pada saat yang sama, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Temanggung menerapkan Program Kampung Iklim (Proklim) di RW 001 Lingkungan Tepungsari. Ketika itu, pihak dinas meminta agar gerakan menanam dilanjutkan ke luar rumah sehingga tidak ada lagi tanah yang dibiarkan kosong di kawasan perkampungan.
Warga pun antusias menanam di tanah-tanah kosong, dan menanam tanaman dengan pot di sepanjang jalan kampung. Sebagai kampung yang berstatus sebagai Kampung Proklim, RW 001 mendapatkan pendampingan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung. Warga dilatih mengembangkan dan merawat tanaman dengan baik dan benar. Untuk mendukung pertumbuhan tanaman, KWT pun membuat pupuk organik yang dibuat dari sampah rumah tangga.
Dampak ekonomi
Bermula dari sekadar ingin mencegah erosi, gerakan menanam itu akhirnya berdampak luas, termasuk di sektor ekonomi. Tanaman sayuran yang ditanam memberikan hasil berlimpah sehingga warga akhirnya bisa berhemat karena tidak perlu belanja ke pasar.
Tidak hanya mencukupi kebutuhan rumah tangga, sayuran tersebut juga bisa mencukupi kebutuhan untuk aktivitas perdagangan warga yang menjual martabak dan membuka warung makan. Sebagian sayuran pun dijual ke desa lain.
Dari gerakan menanam dan menjaga kebersihan tersebut, RW 001 bisa menjalankan usaha. Dari kegiatan KWT yang intens membuat dan menjual pupuk organik dari sampah rumah tangga, bibit tanaman, serta menjual sayuran, diperoleh pemasukan Rp 2 juta-Rp 3 juta per bulan. Semua produk buatan KWT itu dijual juga ke kecamatan lain di Kabupaten Temanggung, serta di Kabupaten Semarang. Adapun dari aktivitas bank sampah yang menjual sampah kertas, kardus, dan plastik diperoleh pendapatan lebih dari Rp 5 juta per bulan.
Warga pun berkeinginan menambah penghasilan dengan membuat obyek wisata edukasi. Lebih dari itu, Anis mengatakan, nantinya semua penghasilan tersebut bakal dimanfaatkan untuk membayar iuran program Jaminan Kesehatan Nasional di tiap rumah.
Dari kesehatan lingkungan, warga RW 001 pun berupaya menjaga kesehatan warga. Mereka ingin mewujudkan sehat lingkungan, sehat jiwa raga.