Rancangan Dokumen Tol Bawen-Yogyakarta Segera Rampung
Pemerintah pusat mematangkan rencana pembangunan Jalan Tol Bawen-Yogyakarta sepanjang 71 kilometer sebelum penetapan lokasi dilakukan Gubernur Jawa Tengah dan Gubernur DI Yogyakarta. Peletakan batu pertama diharapkan terlaksana pada akhir 2019.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah pusat mematangkan rencana pembangunan Jalan Tol Bawen-Yogyakarta sepanjang 71 kilometer sebelum penetapan lokasi dilakukan Gubernur Jawa Tengah dan Gubernur DI Yogyakarta. Peletakan batu pertama diharapkan terlaksana pada akhir 2019.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Semarang Akhmad Cahyadi, dihubungi di Semarang, Selasa (11/6/2019), mengatakan, secara umum, trase Tol Bawen-Yogyakarta telah disepakati pihak Jateng dan DIY. Adapun jalurnya yaitu Bawen, Secang, Borobudur, hingga DIY (di atas Selokan Mataram).
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR tengah menuntaskan rencana Daerah Milik Jalan (ROW) dan dokumen perencanaan pengadaan tanah (DPPT). ”Sudah tahap akhir dan sekitar sebulan lagi selesai. Baru setelah itu diserahkan kepada gubernur (Jateng dan DIY) untuk penetapan lokasi (penlok),” ujar Akhmad.
Akhmad menuturkan, finalisasi penyusunan dokumen tersebut untuk menjelaskan detail, seperti luas tanah yang masuk bagian proyek serta pihak-pihak terdampak. Nantinya, setelah ada investor pemenang lelang dan penuntasan penlok, baru dilakukan pengadaan lahan.
Jalan Tol Bawen-Yogyakarta sepanjang 71 kilometer masuk proyek strategis nasional (PSN) yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Perubahan atas Perpres No 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Trase Jalan Tol Bawen-Yogyakarta mayoritas, menurut Akhmad, merupakan perbukitan sehingga memakan biaya cukup besar. Namun, ia meyakini lahan dapat dibebaskan karena umumnya area perkebunan. Sementara di wilayah DIY, tol akan dibuat melayang (elevated) di atas Selokan Mataram.
Menurut Akhmad, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Gubernur DIY telah menyepakati pembebasan lahan baru di wilayah DIY seminimal mungkin. ”Sebab, wilayah DIY tidak luas. Apabila dibebaskan, seperti perumahan, irigasi, dan lainnya, akan semakin sempit. Jadi, di atas Selokan Mataram akan difungsikan tol elevated,” katanya.
Akhmad merinci, sekitar 11 kilometer pembangunan tol di atas Selokan Mataram membutuhkan biaya sekitar Rp 3,3 triliun. Adapun sisanya, sekitar 59 kilometer, akan memakan biaya sekitar Rp 5,6 triliun. Dengan demikian, total investasi proyek diperkirakan mencapai sekitar Rp 9,2 triliun.
Wilayah DIY tidak luas. Apabila dibebaskan, seperti perumahan, irigasi, dan lainnya, akan semakin sempit. Jadi, di atas Selokan Mataram akan difungsikan tol elevated. (Akhmad Cahyadi, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Semarang)
Pengembangan Joglosemar
Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menjelaskan, pelaksanaan proyek Tol Bawen-Yogyakarta berjalan secara paralel, termasuk pada penlok dan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Pihaknya siap terus mendukung proses yang berjalan, termasuk perizinan, hingga nanti penlok.
Ganjar berharap peletakan batu pertama dapat dilakukan pada tahun ini. ”Agar bisa cepat. (Soal) penlok bisa cepat. Yang penting, jalur ini semuanya aman, termasuk jauh dari potensi bencana. Saya pikir, tol ini agak harus, karena kami ingin mengembangkan Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang),” katanya.
Konsep Joglosemar, kata Akhmad, digunakan pada pembangunan tol yang menghubungkan Jateng dan DIY. Selain Tol Bawen-Yogyakarta, tengah disiapkan juga proyek Tol Solo-Yogya yang akan melalui Kartasura-Prambanan-hingga Ring Road di Yogyakarta. Namun, penentuan trase masih dilakukan pada proyek itu.
Sebelumnya, terkait Tol Solo-Yogyakarta, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, di Semarang, akhir pekan lalu, mengungkapkan, pihaknya meminta agar jangan terlalu banyak membebaskan lahan di DIY. ”Pembebasan lahan seminimal mungkin. Akan elevated, tetapi tidak semua. Masih dalam pembahasan,” ujarnya.