Warga Lereng Merapi di Boyolali Mulai Kesulitan Air Bersih
Warga di lereng Gunung Merapi di wilayah Boyolali, Jawa Tengah, mulai kesulitan air bersih karena kemarau. Warga harus membeli air bersih untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Warga di lereng Gunung Merapi di wilayah Boyolali, Jawa Tengah, mulai kesulitan akses air bersih karena kemarau. Warga harus membeli air bersih untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari.
Hadi Sutarno, Ketua RW 004, Dusun Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, mengatakan, persediaan air bersih dari hasil menadah air hujan telah habis. Demi memenuhi kebutuhan air bersih, seperti memasak, mencuci, serta minum ternak sapi dan kambing, warga membeli air bersih Rp 110.000 per tangki dengan volume sekitar 5.000 liter.
”Setiap musim kemarau di sini selalu kekurangan air bersih karena tidak ada sumber air. Dulu pernah mendapatkan bantuan Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) untuk membuat sumur bor, tetapi setelah dilakukan pengeboran di empat titik ternyata tidak membuahkan hasil,” katanya di Mlambong, Sruni, Rabu (12/6/2019).
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, setiap keluarga telah memiliki bak penampungan air hujan ketika musim hujan. Jika musim kemarau, bak itu untuk menyimpan air bersih yang dibeli warga. Air bersih yang dibeli itu dikirim menggunakan truk-truk tangki air. ”Kalau punya ternak sapi banyak, 5-10 ekor, satu tangki air itu paling hanya cukup untuk satu minggu,” katanya.
Darmaji (40), warga Desa Sruni, mengatakan, dirinya telah kehabisan persediaan air tadah hujan sejak akhir Mei 2019. Ia sudah membeli tiga tangki air bersih untuk mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
”Setiap musim kemarau harus membeli air karena membuat sumur bor juga tidak keluar air. Beberapa warga sudah mencoba membuat sumur bor, tetapi tidak berhasil karena di bawah tanah itu batu dan pasir,” katanya.
Di tempat terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali Bambang Sinungharjo mengatakan, ada 35 desa di tujuh kecamatan di Boyolali rawan kekeringan saat kemarau. Tujuh kecamatan itu ialah Musuk, Juwangi, Kemusu, Wonosegoro, Karanggede, Klego, dan Selo.
Pemerintah Kabupaten Boyolali akan menggelar koordinasi untuk penanganan dampak kekeringan di wilayah itu. ”Penyaluran bantuan air bersih kepada warga rencananya dilakukan sekitar bulan Juli,” ujarnya.