Empat Situ di Tangsel Diusulkan Ditata
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengusulkan penataan dan pemgerukan empat situ kepada pemerintah pusat. Pengerukan sudah-sedang berjalan di Situ Pamulang, Situ Tujuh Muara, dan Situ Pondok Jagung. Sementara penataan diusulkan untuk Situ Pondok Jagung.
”Kewenangan (pengelolaan situ) ada di pemerintah pusat. Sementara pencatatan aset (situ) ada di provinsi (Provinsi Banten),” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan Aries Kurniawan di Kota Tangerang, Rabu (12/6/2019).
Untuk penataan situ yang ada, kata Aries, pihaknya berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan Provinsi Banten.
Meskipun kewenangan pengelolaan berada di tangan pemerintah pusat, yakni Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, dan pencatatan aset di Provinsi Banten, kata Aries, pihaknya terus berkoordinasi dengan mereka agar situ-situ itu tetap terpelihara.
”Kami berkoordinasi ke PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) Provinsi Banten dengan usulan pemeliharan, pembersihan rumput gulma dan sampah,” kata Aries.
Dalam catatan Kompas, Tangerang Selatan seharusnya memiliki sembilan situ. Namun, kondisi situ sangat memprihatinkan karena banyak yang beralih fungsi.
Tahun 2014, Situ Rompong di Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, memiliki luas sekitar 2 hektar dengan kedalaman 3 meter.
Akan tetapi, sejak adanya pembangunan rumah-rumah liar di sekitar, kini luas situ berkurang menjadi sekitar 1,74 hektar dan terjadi pendangkalan hingga kedalaman 1,5 meter.
Situ itu berbatasan langsung dengan sejumlah kompleks perumahan, seperti
Permata Asri, Green Wood, dan permukiman warga.
Air situ dulunya berfungsi sebagai irigasi untuk sawah di sekitarnya, daerah resapan, dan sumber air bagi warga sekitar.
Ada juga Situ Kayu Antap di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur. Kondisi situ seluas 1,6 hektar ini nyaris hilang karena sebagian besar sudah diuruk dan menjadi bagian dari kompleks Perumahan Beranda Town House. Sementara sejumlah warga juga mengaku telah memiliki sertifikat atas lahan situ itu.
Situ Bungur, Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, memiliki luas 32,5 hektar. Situ ini sebagai tempat wisata dengan panorama alam yang bagus. Situ ini menjadi tempat penampungan limbah rumah tangga dari perumahan sekitarnya.
Selain itu, Situ Legoso di Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, sekitar kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Tidak ada data pasti mengenai luas situ itu.
Akan tetapi, luasan situ terus menyempit dan fungsinya pun telah berubah menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga.
Ada pula Situ Ciledug di Jalan Siliwangi, Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Luas sebenarnya situ ini 24 hektar. Akan tetapi, saat ini situ itu memiliki luas 19,394 hektar saja. Lokasi situ ini sangat berdekatan dengan pusat perbelanjaan Pamulang Square dan Perumahan Reni Jaya. Dulunya, situ ini merupakan situ terbesar di Kabupaten Tangerang. Warga sekitar menyebutnya Situ Tujuh Muara yang memiliki luas 32 hektar.
Ada pula Situ Pamulang di Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang. Lokasinya berada di sekitar Pacuan Kuda Pamulang. Situ ini memiliki luas sekitar 7,71 hektar dari awalnya seluas 31 hektar dan terus menyusut menjadi 24 hektar. Penyusutan terjadi karena penimbunan oleh masyarakat di bantaran situ.
Ada lagi Situ Gintung di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, tepatnya di belakang Kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Situ Gintung awalnya merupakan waduk yang berfungsi sebagai tempat penampungan air hujan dan pengairan untuk lahan pertanian di sekitar wilayah itu. Tanggal 27 Maret 2009, tanggul situ ini jebol. Setelah ditata kembali, situ ini menjadi tempat wisata.
Selain itu, terdapat Situ Pondok Jagung atau disebut Situ Rawa Kutup, di Pondok Jagung, Kecamatan Serpong Utara. Situ ini terdapat di sekitar kawasan Perumahan Alam Sutera, Perumahan Melati, dan Perumahan Graha Raya Bintaro.
Satu situ lagi adalah Situ Parigi di Parigi Lama, Pondok Aren. Kondisi situ ini memprihatinkan karena mengalami pendangkalan akibat lumpur dan sampah. Luasan situ ini juga terus menyempit. Akhir Maret, pencemaran air situ itu sudah memprihatinkan.
Selain sampah, lumpur tebal memenuhi sebagian situ. Sebagian air dari situ seluas 56.092,875 meter persegi itu berbuih tebal. Sampah rumah tangga, termasuk detergen dan lumpur dari permukiman dan perumahan di hulu, diduga memicu munculnya buih itu (Kompas, 21 Maret 2019).
Menurut Asman (32), warga sekitar, kalau air situ berbusa atau berbuih, berarti ada air limbah, seperti sabun dari atas. Kalau lagi angin kencang, busa beterbangan dan bisa sampai ke rumah dan jalan raya.
Abow (44), pelaksana lapangan lembaga swadaya masyarakat Situ Parigi Lestari, mengatakan, busa yang keluar dari buangan air situ sudah ada sejak lama. ”Sejak kami aktif peduli lingkungan sekitar situ ini, dua tahun lalu, busa itu sudah ada, tetapi tidak separah sekarang,” ujar Abow.
Di kawasan sekitar situ ada perumahan besar, sekolah internasional, dan pul taksi swasta. Air limbah diduga berasal dari sana dan dari hilir karena banyak perumahan sejak di hilir.
Sumi (26), warga sekitar, mengatakan, saat ini warga jarang ambil ikan dari situ itu karena kalau dikonsumsi bau dan berasa lumpur.
Situ di Kota Tangerang
Dinas PUPR Kota Tangerang mencatat ada enam situ atau rawa di Kota Tangerang. Keenam situ itu ialah Situ Cipondoh yang saat ini luasannya tinggal 126, 17 hektar dengan ketinggian air 3 meter.
Juga Situ Gede seluas 5,07 hektar dan tinggi 3 meter, Cangkring (5,17 hektar dengan tinggi 3 meter), Bojong (0,20 hektar dengan tinggi 3 meter), Kunciran (0,40 hektar dengan ketinggian air 2,5 meter), dan Bulakan ( 15 hektar dengan ketinggian 3 meter).