Harga Minyak Sentuh Level Terendah dalam Lima Bulan
Bursa saham Asia bergerak variatif dengan kecenderungan tertekan pada awal perdagangan, Kamis (13/6/2019), akibat bayang-bayang ketidakpastian masalah sengketa perdagangan Amerika Serikat-China. Di pasar komoditas, harga minyak tertekan menuju level harga terendah dalam lima bulan terakhir.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Bursa saham Asia bergerak variatif dengan kecenderungan tertekan pada awal perdagangan, Kamis (13/6/2019), akibat bayang-bayang ketidakpastian masalah sengketa perdagangan Amerika Serikat-China. Di pasar komoditas, harga minyak tertekan menuju level harga terendah dalam lima bulan terakhir karena meningkatnya persediaan minyak mentah AS dan prospek permintaan yang lebih rendah.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang melemah 0,1 persen, tergelincir dari level tertinggi satu bulan yang digapai pada awal pekan ini. Pada waktu yang sama, indeks Nikkei Jepang kehilangan 0,3 persen. Di bursa Wall Street, indeks S&P 500 kehilangan 0,20 persen pada akhir perdagangan hari Rabu.
Sentimen penggerak paling besar dalam perdagangan semalam adalah minyak, yang jatuh 4 persen ke level terendah dalam kurun waktu hampir lima bulan. Minyak tertekan oleh kenaikan tak terduga lain dalam stok minyak mentah AS dan oleh prospek turunnya permintaan minyak global.
Harga minyak mentah berjangka Brent hampir tidak bergerak, berada di level 60,01 dollar AS per barel pada awal perdagangan. Hal itu terjadi setelah terjadi penurunan harga sebesar 3,7 persen pada hari Rabu menjadi di level 59,97 dollar AS per barel. Level itu adalah level penutupan terendah merujuk pada harga minyak dengan patokan internasional sejak 28 Januari 2019.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS menguat sedikit menjadi di level 51,29 dollar AS per barel. Harga itu, dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya di level 50,72 dollar AS per barel, merupakan level harga terlemah sejak 14 Januari 2019.
”Ini sedikit misterius bahwa harga minyak sangat rendah ketika harga saham global tetap relatif didukung. Tetapi, ada satu hal yang pasti. Harga minyak yang lebih lemah akan mengekang inflasi dan mendorong ekspektasi penurunan suku bunga,” kata Hirokazu Kabeya, kepala strategi global di Daiwa Securities .
Ini sedikit misterius bahwa harga minyak sangat rendah ketika harga saham global tetap relatif didukung.
Data Pemerintah AS menunjukkan pada hari Rabu bahwa harga konsumen AS hampir tidak naik pada bulan Mei dengan inflasi tahunan inti melambat menjadi 2,0 persen dibandingkan dengan puncak di level 2,4 persen pada Juli lalu. Kondisi ini menambah ekspektasi terjadinya penurunan suku bunga Federal Reserve dalam beberapa bulan mendatang.
Investor akan mencari apa yang akan dikatakan oleh pembuat kebijakan Fed setelah pertemuan kebijakan berikutnya pada 18-19 Juni ini. Ada kemungkinan pemotongan Fed Rate sebesar 25 basis poin pada tinjauan kebijakan berikutnya pada 30-31 Juli.
Ekspektasi atas suku bunga itu turut membuat imbal hasil Treasury AS 10-tahun turun menjadi 2,122 persen, sedikit di atas 2,053 persen pada hari Jumat. Itu adalah level terendah sejak September 2017, sedangkan imbal hasil surat utang dua tahun turun menjadi 1,887 persen.
Imbal hasil obligasi telah jatuh di seluruh dunia dalam beberapa minggu terakhir karena investor bertaruh The Fed, dan mungkin bank sentral utama lainnya, akan memangkas suku bunga untuk meredam potensi kerusakan ekonomi dari kebuntuan perdagangan AS-China.
Perang dagang
Para pelaku pasar berharap para pemimpin AS-China akan mencapai kesepakatan di sela-sela pertemuan puncak G-20 di Osaka, Jepang, pada 28-29 Juni. Namun, harapan itu tampaknya telah memudar karena tidak ada pihak yang menunjukkan keinginan untuk berkompromi.
Mata uang utama pun mengalami pergerakan terbatas. Para pelaku pasar mengatakan, hanya sedikit dari mereka yang menempatkan dana besar menjelang peristiwa penting akhir bulan ini, termasuk tinjauan kebijakan The Fed dan pertemuan G-20.
”Tampaknya seolah-olah sudah ada konsensus yang jelas di pasar. The Fed akan memangkas suku bunga pada Juli. Sementara G-20 akan diawasi dengan ketat, tetapi hanya sedikit yang mengharapkan terobosan besar di sana,” kata Kyosuke Suzuki, direktur valas di Societe Generale. (REUTERS)