Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjajaki kerja sama dengan Pegadaian untuk penanggulangan sampah plastik. Pihak Pemprov Jabar akan mendorong memperbanyak bank sampah, sedangkan pihak Pegadaian selain memberdayakan bank sampah, juga merangsang masyarakat supaya dapat mengonversi tabungannya dari sampah dengan emas.
Oleh
Samuel Oktora
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS - Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjajaki kerja sama dengan Perum Pegadaian untuk menanggulangi sampah plastik melalui optimalisasi bank sampah. Selain memperbanyak jumlah bank sampah, masyarakat didorong bisa mengonversi tabungannya dari sampah dengan emas.
Penjajakan kerja sama dilakukan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Pemimpin Wilayah PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X, Mufri Yandi di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (13/6/2019).
“Dari hasil penjualan sampah yang bisa dikonversi dengan emas ini menunjukkan sampah juga bernilai ekonomi. Diharapkan, selain dapat memotivasi masyarakat, juga memacu penanggulangan sampah plastik yang begitu besar pencemarannya ke Sungai Citarum,” kata Ridwan Kamil.
Kamil menyambut positif kerja sama ini dan dari pihak Pemprov Jabar akan memfasilitasi semakin banyak dibentuk bank sampah rintisan di tingkat RT/RW hingga seluruh 27 kabupaten/ kota.
Berdasarkan Data Dinas Lingkungan Hidup Jabar, ada 1.500 ton sampah tiap hari yang dihasilkan masyarakat di sekitar Sungai Citarum. Sebanyak 60-70 persen di antaranya plastik.
Ada 1.500 ton sampah tiap hari yang dihasilkan masyarakat di sekitar Sungai Citarum. Sebanyak 60-70 persen di antaranya plastik.
Namun, baru 1.200 ton yang bisa dibawa dan ditampung di tempat pembuangan. Sebanyak 300 ton sisanya masih berserak, kemungkinan besar masuk aliran Sungai Citarum. Adapun di Indonesia, konsumsi plastik per kapita mencapai lebih kurang 10 kilogram per tahun.
Di kawasan Bandung Raya, terdapat delapan anak sungai yang sebagian besar mengalir melewati permukiman padat dan berkontribusi 5-10 persen dari keseluruhan polutan domestik Citarum. Pencemar terbesar Citarum dari limbah rumah tangga, termasuk sampah plastik yang punya andil 60-70 persen dari beban pencemar.
Menurut Kamil, proses kemitraan Pegadaian dan bank sampah dapat bersinergi dengan investor asal Inggris, Plastic Energy, yang akan membantu pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar solar.
Perusahaan akan membangun pembangkit bahan bakar dari limbah plastik di kawasan Bandung Raya. Setiap pembangkit bahan bakar memiliki nilai investasi sekitar 40 juta dolar AS dan setiap pembangkit bahan bakar itu dapat mengolah sekitar 75 ton sampah plastik per hari.
Setiap satu ton sampah plastik dapat menghasilkan lebih kurang 860 liter produk yang terdiri dari 80 persen solar dan 20 persen nafta. Direncanakan pembangunan dimulai 2020. “Plastic Energy akan berperan sebagai pembeli sampah plastik masyarakat yang ditampung melalui bank sampah. Lalu uang hasil penjualan sampah dalam tabungan warga itu dapat dikonversi dengan emas. Solar yang dihasilkan oleh Plastic Energy akan dijual ke industri. Pasarnya sudah ada,” kata Kamil.
Sementara itu Mufri Yandi menuturkan, program ini ditunjang dengan anggaran dari dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Keterlibatan Pegadaian dalam pengelolaan sampah dengan bermitra dengan bank sampah sebagai bentuk perhatian dan kepedulian lingkungan.
“Kami memberikan bantuan modal awal dan sarana kepada bank sampah rintisan, maupun bank induk, juga memberikan kesempatan kepada nasabah bank sampah untuk mengonversi tabungan uangnya menjadi emas. Ini juga bagian dalam meningkatkan literasi masyarakat di bidang emas,” ujar Mufri.
Menurut Mufri, kemitraan dengan bank sampah baru terjalin dengan lima bank sampah induk di wilayah Bandung dan Cirebon. “Bulan Juli akan ditambah lagi kerja sama di Kabupaten Pangandaran, dan kami berharap dapat menjangkau ke semua 27 kabupaten/kota,” ucap Mufri.
Dalam kemitraan itu, pihak Pegadaian akan memberikan bantuan kepada bank sampah rintisan di tingkat RW di antaranya modal awal, alat timbangan, dan buku tabungan. Adapun untuk bank sampah induk yang membawahi sejumlah kelurahan di antaranya diberi bantuan mobil bak terbuka atau sepeda motor bak terbuka untuk mengangkut sampah dari bank sampah rintisan ke tempat pengepul.
“Dalam satu tahun, rata-rata nasabah bank sampah dapat meraup Rp 1,5 juta, dan biasanya diambil saat Lebaran. Padahal, nilai rupiah turun, sehingga mereka kini dapat mengonversi tabungannya dengan emas yang nilainya naik terus,” ucap Mufri.