JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendorong pengelola gedung komersial dan restoran untuk mengurangi sampah lewat kompetisi dalam peluncuran Jakarta Less Waste Initiative for Building and Restaurant. Program JLWI diluncurkan Kamis (13/6/2019), di Jakarta Selatan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, solusi untuk mengurangi volume sampah yang masuk tempat penampungan sementara (TPS) sampah dan tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) tidak bisa tunggal. Solusi lain juga harus dikerjakan. Karena itu, DKI Jakarta membuat kompetisi Jakarta Less Waste Initiative (JLWI) itu.
”Tujuannya agar dunia usaha dapat menerapkan upaya pengurangan dan penanganan sampah yang bertanggung jawab di Jakarta serta berkontribusi mengurangi sampah sebesar 10 persen di lokasi usahanya,” kata Andono.
Sampah dari kawasan komersial dan dunia usaha menyumbang 28,7 persen total volume sampah DKI Jakarta, tertinggi kedua setelah sampah dari kawasan permukiman. Namun, belum ada program yang spesifik merangkul pelaku usaha.
Program JLWI berlangsung Juni-November 2019. Selama itu, peserta dari restoran dan pengelola gedung akan mendapat pelatihan persampahan, konsultasi, serta monitoring dan evaluasi. Peserta dengan praktik terbaik akan menerima penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta.
Andono menjadi pembicara dalam peluncuran JLWI itu bersama dengan Kepala Seksi Bina Peritel Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Supriyanto dan Managing Director Waste4Change Bijaksana Junerosano.
Junerosano menuturkan, publik mesti berhati-hati dengan doktrin ”sampah adalah uang”. Jika doktrin itu benar berjalan, volume sampah DKI Jakarta tidak akan mencapai 7.500 ton per hari karena sebelum sampai Bantargebang orang-orang sudah berebut sampah. ”Yang benar adalah sampahmu, tanggung jawabmu. Kalau kamu menghasilkan sampah, kamu harus bayar,” ujarnya.