MATARAM, KOMPAS, Pendakian Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, mulai dibuka, Jumat 14 Juni, melalui empat jalur pendakian. Namun pendakian itu tidak sampai ke puncak, melainkan hanya di Pelawangan atau pintu masuk empat jalur pendakian ke Danau Segara Anak–kaldera Gunung Rinjani- dan puncak Rinjani.
“Pendakian Rinjani mulai dibuka besok, dan acara pembukaan di Kantor Taman Nasional Gunung Rinjani/TNGR di Desa Sembalun, Lombok Timur,” kata Kepala TNGR Sudiyono Hardjo, di Mataram, Kamis (13/6/2019), sebelum berangkat Desa Sembalun guna menyiapkan acara pembukaan.
Pembukaan pendakian Rinjani dilakukan berdasarkan hasil evaluasi bersama instansi terkait. Evaluasi itu meliputi kondisi jalur pendakian yang mengalami pembenahan dan pembuatan jalur baru pendakian.
Hal ini dilakukan karena jalur lama rusak tertutup tanah longsor akibat beberapa kali gempa Juli-Agustus 2018. Beberapa jalur rawan longsor dilengkapi papan nama agar pendaki, pemandu, porter dan tour operator lebih waspada melewati jalur itu.
“Karena pertimbangan keamanan dan kenyamanan, pendakian dibatasi sampai Pelawangan dan ditentukan kuotanya setiap hari,” tutur Sudiono.
Jalur pendakiam yang dibuka adalah Desa Sembalun, Lombok Timur (dengan kuota 150 orang), Jalur Desa Senaru, Lombok Utara (150), Jalur Desa Timbanuh, Lombok Timur (100) dan Jalur Desa Aik Berik, Lombok Tengah (100).
Pendaki hanya diperbolehkan sampai Pelawangan Sembalun, Senaru, Timbanuh dan Pelawangan Aik Berik. TNGR tahun ini membuka registrasi bagi calon pengunjung melalui online. Pendaftaran dan pemesanan tiket dibuka 13 Juni 2019 lewat aplikasi eRinjani (Playstore) dan website www.rinjani.id.
Ketua Asosiasi Trek Organizer Desa Senaru/ATOS, Sumatim, mengaku senang karena Pemerintah –Direktorat Konsorvasi dan Sumber Daya Alam, telah membuka kembali jalur tersebut. Mengingat hampir setahun pendakian Rinjani ditutup karena banyaknya jalur yang rusak dan harus dibenahi pascagempa Lombok.
Pembukaan itu telah menuai harapan bagi pelaku wisata seperti Trek Operator/TO, Pemandu dan Porter yang selama ini kehilangan pekerjaan menyusul sepinya pengunjung.
Sebenarnya selama hampir setahun banyak tamu yang ingin mendaki, tetapi karena alasan keamanan kami bilang tunggu dulu kebijakan pemerintah.
"Padahal kami butuh sumber penghasilan saat itu. Sekarang pendakian sudah dibuka gemboknya, kami tidak lagi jadi pengangguran,” ujar Sumatim. Di Desa Senaru ada 70 TO, dan 1.000 pemandu/porter.
Untuk sementara anggota ATOS tetap menjalankan kebijakan yang digariskan Pemerintah. Kebijakan itu antara lain pendakian hanya sampai Pelawangan Senaru, tidak berkemah di Pelawangan (bibir kaldera Rinjani), melainkan di lokasi Cemara Lima.
“Itu mengacu rumusan hasil survei yang menyebutkan jalur pendakian Senaru layak didaki sampai Pelawangan,” ujar Sumatim.
Hal senada dikatakan Hijazi Nuh, Satuan Tugas Rinjani Bersih di Mataram. Adanya kuota dan batas pendakian menjadi informasi awal yang disampaikan ke calon pengunjung karena menyangkut keamanan dan kenyamanan. Untuk itu para pelaku menyesuaikan paket tour yang dijual, juga petugas TNGR juga sedang melakukan perbaikan jalur yang rusak.
“Karena pendakian sampe Pelawangan Sembalun, mungkin paket tournya lebih singkat dua hari tiga malam. Setelah itu kami ajak tour ke lokasi lain seperti sejumlah air terjun di kawasan Rinjani," tutur Hijazi Nuh.
Dengan demikian, tambah Hijazim, aktivitas pendakiannya tetap jalan, sembari memperbaiki jalur pendakian. Hal itu dimaksudkan agar nantinya pendakian bisa sampai Danau Segara dan Puncak Rinjani.