Tahun ini, Kabupaten Temanggung dan Wonosobo di Jawa Tengah, bersama-sama menyelenggarakan acara kebudayaan bertajuk, Festival Sindoro Sumbing (FSS)
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Tahun ini, Kabupaten Temanggung dan Wonosobo di Jawa Tengah bersama-sama menyelenggarakan acara kebudayaan bertajuk Festival Sindoro Sumbing. Melibatkan ribuan seniman tari dan musik, FSS akan menampilkan 14 acara kesenian dan kebudayaan khas dari dua kabupaten.
Direktur Festival Sindoro Sumbing (FSS) di Kabupaten Temanggung Imam Abdul Rofiq mengatakan, digelar untuk pertama kali, FSS ditargetkan mampu menyedot 33.000 pengunjung. Menurut dia, pihaknya memang tidak ingin menargetkan terlalu banyak pengunjung karena tingkat kunjungan tidak menjadi tujuan utama penyelenggaraan acara.
”Pada pertama kali penyelenggaraan FSS ini kami lebih memfokuskan diri dalam penguatan kemampuan, peran, dan relasi antar-komunitas kesenian di Kabupaten Temanggung terlebih dahulu,” ujarnya, Kamis (13/6/2019).
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Temanggung Wara Andijani mengatakan, penyelenggaraan FSS di Kabupaten Temanggung menghabiskan dana lebih dari Rp 1,5 miliar yang merupakan gabungan pembiayaan dari APBN dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Dana itu juga didapatkan dari APBD Kabupaten Temanggung serta donasi dari pihak swasta.
Ke depan, menurut Wara, FSS diharapkan dapat menjadi acara rutin tahunan. ”FSS diharapkan dapat mengisi kekosongan di Kabupaten Temanggung yang selama ini belum pernah memiliki atau menggelar pentas kesenian tahunan,” ujarnya.
FSS diharapkan dapat mengisi kekosongan di Kabupaten Temanggung yang selama ini belum pernah memiliki atau menggelar pentas kesenian tahunan.
Kepala Bidang Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo Khristiana Dhewi mengatakan, FSS di Kabupaten Wonosobo ditargetkan mampu menyedot sedikitnya 20.000 wisatawan.
Dalam ajang FSS ini, Dewi mengatakan, pihaknya menampilkan kesenian lokal yang memang khas dan sudah hidup mengakar di masyarakat.
”Semua yang ditampilkan dalam acara ini murni seni tradisi, bukan ciptaan atau karya seni kreasi baru,” ujarnya.
FSS berlangsung Juni-Juli ini. FSS sudah dimulai dengan Panggung Jaranan atau lomba jaran kepang di Alun-alun Temanggung, Minggu (9/6/2019). Acara berlanjut dengan Java Balloon Attraction atau lomba balon hias udara di Lapangan Pagerejo di Kabupaten Wonosobo, Sabtu (15/6/2019).
Minggu (16/6/2019), acara akan berlanjut dengan acara minum kopi bersama bertajuk Ngopi di Papringan di Pasar Pangringan di Desa Ngadiprono. Juga akan digelar Sarasehan Budaya yang membahas tentang jaran kepang dan workshop kostum jarang kepang.
FSS berlanjut dengan pertunjukan folklor internasional bertajuk JiFolk. Acara terakhir yang diselenggarakan di Kabupaten Temanggung adalah acara Sendratari Sindoro Sumbing yang akan digelar pada 26-27 Juni 2019. Dalam acara yang menjadi kolaborasi dari dua kabupaten tersebut, dua bupati dari Kabupaten Temanggung dan Wonosobo akan tampil, ikut menari dalam sendratari ini.
Setelah itu, mulai Selasa (23/7/2019) hingga Sabtu (27/7/2019), FSS akan berlanjut di Kabupaten Wonosobo. Dalam jangka waktu itu nantinya akan diselenggarakan tujuh acara kesenian yang terdiri dari Bedol Kedathaton, Birat Sengkala dan Parade Tapa Bisu, Pisowanan Agung, serta Kenduri 1.000 Tumpeng, ruwat cukur rambut gembel, dan pentas kolosal topeng lengger. Topeng lengger ini akan ditampilkan meriah oleh sedikitnya 2.000 penari.