Ditangkap, Prada DP Mengaku Kalut Saat Membunuh Fera
Setelah buron selama lebih dari satu bulan, Prajurit Dua DP (22), oknum anggota TNI yang membunuh pacarnya, Fera Oktaria (20), ditangkap.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS - Setelah buron selama lebih dari satu bulan, Prajurit Dua DP (22), oknum anggota TNI yang membunuh pacarnya, Fera Oktaria (20), ditangkap. DP membunuh Fera karena kalut lantaran korban mendesak untuk segera dinikahi karena hamil.
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer II/Sriwijaya Kolonel (Inf) Djohan Darmawan, Jumat (14/6/2019), di Palembang, mengungkapkan, DP ditangkap di sebuah padepokan di Serang, Banten, pada Kamis (13/6). Keberadaannya dapat dilacak setelah DP berkomunikasi dengan bibinya yang tinggal di daerah Betung, Kabupaten Banyuasin, Sumsel.
DP melarikan diri setelah diduga melakukan pembunuhan terhadap pacarnya, Fera Oktaria, di penginapan Sahabat Mulya, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin, Jumat (10/5) lalu. Jenazah korban saat itu ditemukan dalam kondisi tangan hampir putus.
Djohan mengatakan, latar belakang DP membunuh Fera adalah karena DP kalut lantaran Fera mendesaknya untuk menikah. Desakan itu bukan tanpa alasan, Fera mengaku bahwa dirinya sedang hamil.
Namun, desakan tersebut tidak bisa dipenuhi DP karena dia masih menjalani pendidikan. Akhirnya, terjadilah cekcok di penginapan. DP tidak siap akan permintaan tersebut sehingga kalut dan akhirnya membekap korban hingga tewas.
Setelah itu, DP berupaya menghilangkan jejak. DP menemukan sebuah gergaji dan berupaya memotong tangan korban. Bahkan, dirinya sempat membeli sebuah koper untuk menyembunyikan jenazah korban. Namun, saat kembali ke hotel, gelagat DP dilihat oleh petugas hotel. Karena kalut, akhirnya DP memutuskan melarikan diri dan meninggalkan jenazah korban begitu saja di penginapan tersebut.
Dalam pelariannya, ungkap Djohan, DP berupaya menuju Lampung menggunakan bus. Dalam perjalanan, dia sempat berkomunikasi dengan seorang penumpang lain yang duduk di sebelahnya dan menanyakan soal tempat belajar agama.
Orang tersebut kemudian mengarahkan DP untuk belajar di sebuah padepokan di Serang. “Di sana, DP mempelajari agama sampai akhirnya ditangkap kemarin,” kata Djohan.
Bahkan, DP sempat mengubah namanya menjadi Oji Bin Samsuri. Pihak pengurus maupun pimpinan padepokan tersebut tidak tahu bahwa DP sedang dicari karena kasus pembunuhan.
Djohan mengatakan, penyelidikan masih terus berlangsung untuk menguak fakta lain dalam kasus ini. Terkait adanya pengakuan bahwa korban sudah berbadan dua, ungkap Djohan, sampai saat ini belum ada bukti yang mengarah ke sana. Djohan pun memastikan DP akan dipecat dari satuannya.
Komandan Polisi Militer Kodam II/Sriwijaya Kolonel (Cpm) Donald Siagian mengatakan, dari penyelidikan awal, DP benar-benar menyesali perbuatannya dan mengaku dirinya masih menyayangi korban. Alasan dia kalut karena ada pengakuan dari korban bahwa korban telah hamil 2 bulan. Sementara, DP baru masuk pendidikan kejuruan selama satu bulan setelah lulus menjalani pendidikan menjadi tentara lima bulan sebelumnya.
DP merupakan siswa Pendidikan Kejuruan Infanteri di Dodikjur Rindam II/Sriwijaya Baturaja. Namun, ujar Donald, DP diketahui sudah tidak masuk sejak 3 Mei 2019, beberapa hari sebelum pembunuhan terjadi.
Sejak diketahui tidak masuk dan diduga menjadi pelaku pembunuhan, pihak keluarga juga turut mencari DP. "Keluarga DP sangat kooperatif ketika proses pencarian dilakukan," katanya.
Donald menerangkan, sebenarnya, DP dan Fera sudah merencanakan pernikahan. Namun, karena DP lolos pendidikan menjadi seorang tentara, pernikahan itu pun ditunda. “DP diketahui sudah tiga kali mencoba masuk tentara dan pada tes ketiga dirinya dinyatakan lulus,” katanya.
Hingga saat ini, penyelidikan masih berlangsung. Data awal penyelidikan yang dimiliki Polda Sumsel akan diserahkan ke Pomdam II/Sriwijaya pada Jumat siang ini. “Pihak keluarga pun sudah membuat laporan di sini,” ungkapnya.
Donald menerangkan, sanksi yang diberikan kepada pelaku bergantung pada hasil pemeriksaan dan keputusan hakim. Dari penyelidikan sementara, kasus ini bisa mengarah ke pembunuhan berencana atau penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal.
Namun, dalam penyelidikan awal, belum ada hal yang mengarah ke pembunuhan berencana. “DP mengaku membunuh korban karena kalut, berarti semua kejadian berlangsung spontan,” ungkap Donald.
DP mengaku, gergaji yang digunakan untuk memotong korban ditemukan di gudang penginapan setelah korban diketahui meninggal. Demikian juga dengan koper yang baru dibeli untuk menyembunyikan jenazah korban.