JAMBI, KOMPAS Titik-titik baru pembukaan lahan di habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) kian meluas. Aktivitas itu mempersempit ruang jelajah gajah. Akibatnya, konflik dengan manusia terus berulang dan semakin parah.
Di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, konflik manusia dan gajah terjadi di dua lokasi dalam empat hari terakhir, yakni di Kelurahan Sungai Bengkal dan Desa Lingkaran Nago, Kecamatan Tebo Ilir. Pemilik kebun sawit di Sungai Bengkal, Maulana, mengeluhkan kawanan gajah dua kali masuk ke kebun sawitnya, Senin dan Rabu lalu. ”Sudah hampir 50 batang tanaman sawit saya rusak. Ada yang tercabut, ada yang terinjak-injak,” katanya, Kamis (13/6/2019).
Rabu (12/6) dini hari, petani menyalakan petasan di kebun untuk mengusir gajah. Warga terus berjaga untuk mencegah kawanan gajah kembali masuk kebun. Maulana mengakui, gajah masuk ke kebun baru dua tahun terakhir, tak lama setelah areal itu dibuka menjadi kebun sawit.
Kepala Seksi II Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi Wawan Gunawan mengatakan berupaya mengatasi konflik dengan melakukan translokasi gajah. Oktober 2018, satu dari empat gajah yang menjelajah di sana dipindahkan ke kawasan restorasi ekosistem Hutan Harapan. Jika pembukaan kebun baru terus meluas, dia memastikan konflik serupa bakal terus terjadi.
Tutupan hutan di ekosistem Bukit Tigapuluh menyusut drastis. Dari analisis citra satelit pada 1985, ekosistem seluas 651.232 hektar itu masih bertutupan hutan 95 persen. Namun, pada 2010, tutupan hutan tinggal 49 persen, mencakup taman nasional, hutan produksi, dan sebagian kecil area penggunaan lain. Populasi gajah yang pada 1980-an terdata lebih dari 400 gajah, kini tersisa sekitar 140 gajah.
Tersebar
Di Riau, populasi gajah lebih dari 200 ekor, tersebar di beberapa kantong. Habitat terbesar di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hulu, dan Kuantan Singingi. Di hutan konservasi seluas 83.000 hektar itu terdapat tiga-empat kawanan gajah, berjumlah sekitar 150 ekor.
Kini sebagian besar areal TNTN rusak akibat perambahan. Hanya tersisa sekitar 15.000 hektar. Belasan ribu orang hidup di zona inti TNTN yang berubah menjadi kebun kelapa sawit dan permukiman.
Kantong kedua di Suaka Margasatwa (SM) Giam Siak Kecil (GSK), Kabupaten Bengkalis, yakni 50-60 ekor. Awalnya gajah di GSK hanya 40 ekor, tetapi terjadi migrasi 19 gajah dari SM Balai Raja, Kecamatan Mandau, Bengkalis, akhir 2016.
SM Balai Raja yang semula luasnya 18.000 hektar, kini tinggal 250 hektar akibat dirambah jadi kebun kelapa sawit dan permukiman warga. Di situ tersisa enam gajah.
Daerah jelajah gajah makin terjepit karena pembangunan Jalan Tol Pekanbaru–Dumai. Untuk itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sepakat membangun underpass di bawah jalan tol untuk jalur gajah.
Yang belum ada solusi adalah pembangunan jalan lingkar di Kecamatan Mandau oleh Pemkab Bengkalis yang memotong jalur jelajah gajah Balai Raja. Kepala BBKSDA Riau Suharyono menyatakan menolak rencana pembangunan jalan itu.
Kantong gajah ketiga di Riau adalah Minas di perbatasan tiga wilayah, yakni Kabupaten Siak, Kota Pekanbaru, dan Kampar. Hutan primer yang tersisa hanya Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Kasim II di perbatasan Pekanbaru-Siak. Tahura yang semula 6.000 hektar, kini tinggal 1.500 hektar. Hampir seluruh wilayah jelajah gajah menjadi kebun kelapa sawit, ladang, dan permukiman. Akibatnya, dari 25 gajah pada 2004, kini tinggal 11 gajah.
”Kami tidak memiliki sumber daya cukup. Kami terpaksa memprioritaskan konservasi gajah di kantong yang lebih besar (TNTN),” kata Febri A Widodo dari WWF Riau.
Korbankan gajah
Sepanjang 2019, di Sumatera Selatan setidaknya terjadi 10 konflik warga dengan gajah. Paling banyak terjadi di Gunung Raya, Ogan Komering Ulu Selatan.
Konflik yang mengorbankan gajah terjadi di Pusat Latihan Gajah dan Hutan Suaka Alam Isau-Isau di Kawasan Bukit Serelo, Lahat. Akibat klaim lahan oleh warga Dusun Padang Baru, 8 dari 10 gajah terusir dari habitatnya. Empat gajah sakit, diduga akibat keracunan.
Kepala BKSDA Sumsel Genman Suhefti Hasibuan, Kamis, menuturkan, populasi gajah di Sumsel 178 ekor. Sebanyak 40 gajah di antaranya gajah jinak yang tersebar di perbatasan Banyuasin-Ogan Komering Ilir dan Lahat. Sisanya gajah liar yang tersebar di sejumlah wilayah. (ITA/SAH/RAM)