Menginjak usia ke-24 tahun, para aktivis organisasi Indonesia untuk Kemanusiaan atau Indonesia for Humanity bertekad untuk terus memperluas dan memperkuat jaringan dengan berbagai organisasi/lembaga. Selain itu, akan tetap berjuang dan mengelola memobilisasi sumberdaya publik melalui dana hibah kecil, jaringan, dan kerelawanan.
“Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) akan tetap berjuang dan mengelola Pundi Insani untuk Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat, Pundi Perempuan untuk Perempuan Korban Kekerasan, Pundi Budaya untuk Pluralisme Budaya, dan Pundi Hijau untuk Perjuangan Ekologi,” ujar Maria Anik Tunjung Wusari, Direktur Eksekutif IKa saat membuka acara Halal Bi Halal dan Perayaan 24 Tahun Perjalanan IKa, Jumat (14/6/2019) petang, di Jakarta.
Hadir dalam acara tersebut sejumlah pendiri IKa dan aktivis dari berbagai organisasi/lembaga perempuan dan hak asasi manusia (HAM). Pendiri IKa, Wilarsa Budiharga dan Zoemrotin K Susilo, juga berbagi cerita tentang sejarah perjalanan IKa, dilanjutkan cerita tentang pengalaman bekerja bersama IKa dari Magdalena Sitorus, komisioner Komisi Nasional Antikekeraan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). Acara ditutup dengan ceramah halal bi halal dari Ustad Gaes.
Diminta berbagai cerita, Wilarsa dan Zumrortin pun memaparkan suka duka perjalanan IKa yang lahir di tahun 1995, di tengah situasi politik orde baru. Ketika itu, IKa merupakan “silent fondation” sebagai organisasi yang bergerak diam-diam, yang memberikan dukungan pada individu dan organisasi yang berjuang di masa orde baru.
Mereka menceritakan bagaimana IKa lahir yang awalnya bernama Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan atau YSIK. Kelahirannya tidak bisa dipisahkan dari kawan seperjuangan kala itu, yaitu dari Resource Management and Development Consultant (Remdec) dan Praxis, yang kemudian Remdec, Praxis, dan IKa membentuk Komunitas Salemba Tengah.
Para pendiri mengungkapkan bahwa IKa lahir ketika ada masalah kemanusiaan yang mendasar yaitu kejahatan kemanusiaan, peminggiran sosial, korban pelanggaran HAM yang kehilangan martabat dan hak sipil, politik, ekonomi dan sosial budaya. Pada saat itu, lembaga yang memberi dukungan dana bagi gerakan sosial juga belum bertumbuh.
IKa lahir ketika ada masalah kemanusiaan yang mendasar yaitu kejahatan kemanusiaan, peminggiran sosial, korban pelanggaran HAM yang kehilangan martabat dan hak sipil, politik, ekonomi dan sosial budaya.
Karena itulah, IKa hadir membantu dan mendukung gerakan penyadaran kritis yang melakukan perlawanan terhadap tirani dalam bentuk dana, kerelawanan, pengetahuan, dan jejaring. Hingga kini terus berkembang, dan dilanjutkan dari generasi ke generasi.
Zumrortin memberikan apresiasi karena perjalanan IKa saat ini diwarnai oleh anak anak muda. Hal itu sekaligus membuktikan ada tongkat estafet yang diberikan untuk memperjuangkan gerakan sosial dari masa dulu hingga masa kini.
Makin banyak perempuan aktivis
Zumrotin saat didaulat berbicara mengatakan terharu melihat pada acara HUT ke-24 IKa hadir aktivis-aktivis muda terutama perempuan. Ia pun memberikan apresiasi karena perjalanan IKa saat ini diwarnai oleh anak anak muda. Hal itu sekaligus membuktikan ada tongkat estafet yang diberikan untuk memperjuangkan gerakan sosial dari masa dulu hingga masa kini.
“Waktu IKa lahir, perempuan aktivis tidak banyak pada waktu itu,” ujar Zumrotin yang secara khusus mengucapkan terima kasih pada para aktivis perempuan. Ia berharap penguatan jaringan organisasi IKa akan terus berlanjut.
Zumrotin yang kini memimpin Yayasan Kesehatan Perempuan menyebut, dulu diawal IKa bergerak lebih dikenal dengan Komunitas Salemba.
Di ujung acara, Magdalena memaparkan kerja sama IKa dan Komnas Perempuan telah berlangsung sejak tahun 2003. Banyak pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik maupun praktik-praktik terbaik yang dilakukan.
“Selalu bergerak maju. IKa mencoba melihat kelompok atau organisasi yang tidak tersentuh oleh dukungan dana, bekerja dengan luar biasa di wilayah yang secara demokrasi sulit terjangkau,” kata Magdalene seraya mencontohkan kolaborasi Komnas Perempuan dan IKa bersama operator transportasi daring Grab untuk mengalang dana bagi perempuan-perempuan korban kekerasan.
Saat ini IKa juga bergerak secara terbuka, seiring perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih. Karena itu, ke depan IKa harus memperkuat jaringan dengan berbagai lembaga/organisasi termasuk individu, agar organisasi kemanusiaan ini tetap berada di garis yang perjuangan kemanusiaan, termasuk antikekerasan terhadap perempuan.