JAKARTA, KOMPAS – Serangan terhadap tanker Jepang dan Uni Emirat Arab di Teluk Oman menyebabkan harga minyak dunia melonjak. Namun, lonjakan harga minyak tersebut tidak terlalu memberi beban signifikan terhadap melorotnya indeks saham yang pada akhir pekan ini terkoreksi akibat rilis data cadangan devisa Mei 2019.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (14/6/2019) terkoreksi 22,81 poin atau 0,36 persen ke level 6.250,26. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang perdagangan investor asing mencatatkan aksi jual sebesar Rp 64,03 miliar. Namun sepanjang 2019 berjalan, investor luar negeri masih mencatatkan aksi beli sebesar Rp 57,61 triliun.
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai, anjloknya IHSG dalam dua hari terakhir merupakan koreksi alami setelah dalam rentang 20 Mei-13 Juni 2019 alami penguatan. Terlebih lagi, hari sebelumnya Bank Indonesia (BI) merilis posisi cadangan yang berkurang 3,947 miliar dollar AS dalam sebulan.
Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia, cadangan devisa yang pada 30 April 2019 sebesar 124,294 miliar dollar AS turun menjadi 120,347 miliar dollar AS pada 31 Mei 2019.
“Sentimen kenaikan harga minyak tidak secara langsung berdampak pada penurunan IHSG. Namun, memberi dampak kepada kondisi ekonomi global,” ujar Alfred.
Sentimen kenaikan harga minyak tidak secara langsung berdampak pada penurunan IHSG. Namun, memberi dampak kepada kondisi ekonomi global.
Pada perdagangan hari ini, harga minyak WTI kontrak Juli 2019 turun 0,41 poin atau 0,78 persen menjadi 51,87 dollar AS per barel. Adapun, minyak Brent turun 0,26 poin atau 0,42 persen menuju 61,05 dollar AS per barel.
Diberitakan sebelumnya, terdapat dua kapal yang menjadi korban serangan itu. Kapal pertama adalah MT Front Altair yang berbendera Kepulauan Marshall. Kapal yang dioperasikan International Tanker Management (ITM), perusahaan di Uni Emirat Arab (UEA).
Insiden kedua terjadi di tanker Kokuka Courageus berbendera Panama dan dioperasikan Kokuka Sangyo, perusahaan Jepang. Lambung kapal dilaporkan rusak dan 21 awaknya dievakuasi.
Alfred menilai menilai konflik di Timur Tengah tersebut berbeda dengan konflik perang dagang antara AS dan China yang berdampak secara langsung terhadap perekonomian global. Namun, ketegangan ini tetap berpotensi menghambat pemulihan perdagangan minyak global.
Konflik di Timur Tengah tersebut berbeda dengan konflik perang dagang antara AS dan China yang berdampak secara langsung terhadap perekonomian global. Namun, ketegangan ini tetap berpotensi menghambat pemulihan perdagangan minyak global.
Berdasarkan riset Valbury Asia Futures, serangan terhadap dua kapal tanker minyak tersebut dapat memicu kekhawatiran terganggunya rute utama pengiriman minyak di dunia. Akibat kejadian ini, banyak perusahaan operator kapal tanker menangguhkan pemesanan baru ke wilayah Teluk Timur Tengah.
Dalam riset tersebut diprediksi permintaan minyak global masih suram. Gejolak harga minyak dunia berpotensi berlanjut, didorong kemungkinan OPEC (organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi) melanjutkan pemangkasan produksi pada semester II-2019.
Dari sisi permintaan, OPEC memprediksi pertumbuhan permintaan minyak pada 2019 sejumlah 70.000 barel per hari, turun dari estimasi sebelumnya 1,14 juta barel per hari.