Bank Dunia merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi dunia 2019, dari 2,9 persen menjadi 2,6 persen. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih melambat dan diharapkan bisa naik bertahap menjadi 2,7 persen pada 2020 dan 2,8 persen pada 2021.
Ketidakpastian dan tekanan ekonomi global memang memengaruhi hampir semua negara di dunia. Perang dagang antara dua negara ekonomi besar dunia, yakni Amerika Serikat dan China menjadi faktor yang dominan.
Perang tarif bea masuk antar kedua negara itu bisa mempengaruhi perdagangan dunia. Pada akhirnya, pelambatan pertumbuhan ekonomi kedua negara juga secara tidak langsung berpengaruh terhadap ekonomi negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Namun, di tengah ketidakpastian ekonomi dunia, kepercayaan investor terhadap Indonesia diharapkan semakin tumbuh. Mengapa? Sebab, fundamen ekonomi Indonesia dinilai masih cukup baik. Setidaknya, lembaga pemeringkat Standard and Poor\'s, misalnya, menaikkan peringkat utang Indonesia. Lembaga dunia menilai pengelolaan utang dan fiskal Indonesia cukup barhati-hati dan positif.
Selain itu, pesta demokrasi yang aman dan berjalan baik semakin menunjukkan kematangan Indonesia sebagai negara demokrasi. Proses pemilu diharapkan mampu menumbuhkan kepercayaan investor yang lebih besar dan mampu menghasilkan pemerintahan yang kuat untuk menjalankan roda pemerintahan dan mengelola ekonomi negara.
Oleh karena itu, banyak pelaku usaha Indonesia optimistis terhadap ekonomi Indonesia. Investor, baik investor penanaman modal langsung atau investor portofolio akan masuk ke Indonesia. Namun, pemangku kepentingan, baik pemerintah termasuk pemerintah daerah dan pelaku usaha, tak bisa berpuas diri atau bekerja seperti biasa. Kerja keras mesti dilakukan terus-menerus dengan berbagai terobosan, strategi, dan langkah yang lebih konkret di bidang investasi, perdagangan, pariwisata, pengembangan industri, dan pengelolaan APBN.
Presiden Joko Widodo sudah menekankan, harus ada lompatan dan terobosan, serta tidak bisa bekerja dengan cara-cara yang biasa-biasa saja. Tanpa kerja keras dan terobosan, tak mudah memacu pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, perekonomian Indonesia pada triwulan I-2019 tumbuh 5,07 persen secara tahunan. Namun, terkait perdagangan, ekspor pada April 2019 sebesar 12,60 miliar dollar AS atau turun 10,8 persen dibandingkan Maret 2019 dan dibandingkan April 2018 turun 13,1 persen.
Komite Ekonomi dan Industri Indonesia mengusulkan pemerintah dan pelaku usaha fokus mengembangkan 4 sektor industri. Alasannya, keempat sektor itu berdampak langsung bagi masyarakat. Keempat sektor industri itu adalah industri agro, industri maritim, industri ekonomi kreatif, dan industri pariwisata.
Tanpa kerja keras dan terobosan, tak mudah memacu pertumbuhan ekonomi.
Pengembangan industri agro yang berbasis pertanian memang tak mudah dilakukan pada saat tekanan harga komoditas rendah dan produktivitas rendah. Untuk itu, sumber daya manusia perlu disiapkan dan ditingkatkan, khususnya dari kalangan anak muda yang didukung dengan teknologi.
Perlu dipikirkan cara memacu pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dengan fokus pada sektor-sektor yang masih bisa jadi unggulan. Hal ini menjadi tantangan bagi semua pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, maupun seluruh masyarakat. (Ferry Santoso)