JAKARTA, KOMPAS — Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia bisa menjadi stimulus bagi perbankan dan sektor riil untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Situasi internal perekonomian Indonesia dinilai lebih besar pengaruhnya terhadap upaya penurunan suku bunga ketimbang faktor eksternal atau global.
”Alasan utama penurunan suku bunga bukan karena latah mengikuti bank sentral negara lain, tetapi karena kondisi ekonomi makro domestik mendukung untuk itu,” ujar Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ryan Kiryanto di Jakarta, Kamis (13/6/2019).
Kondisi internal itu antara lain inflasi yang terkendali rendah dan perbaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard and Poor’s. Kekhawatiran aliran modal keluar dari Indonesia akibat penurunan suku bunga acuan bisa dihindari.
Suku bunga acuan BI sejak Rapat Dewan Gubernur BI pada 15 November 2018 sebesar 6 persen.
Ryan menilai, suku bunga acuan BI perlu dipangkas. Sebab, perbankan dan sektor riil membutuhkan stimulus untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
”Bank Indonesia telah membentengi dampak negatif penurunan suku bunga melalui bauran kebijakan makroprudensial,” kata Ryan.
Menurut dia, BI sebenarnya bisa memanfaatkan ruang untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan ini menjadi 5,75 persen. Rapat Dewan Gubernur BI dijadwalkan 19-20 Juni.
Rapat Dewan Gubernur BI pada 16 Mei antara lain menyebutkan, BI mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal perekonomian Indonesia dalam mempertimbangkan terbukanya ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya inflasi.
Per Mei 2019, inflasi tahunan 3,2 persen. Adapun BI menargetkan inflasi tahun ini berkisar 2,5-4,5 persen.
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani berpendapat, tren pelonggaran kebijakan moneter di sejumlah negara tak bisa dielakkan.
”Pada saat arah kebijakan moneter sejumlah negara berubah dan tanda-tanda pelambatan pertumbuhan ekonomi terlihat, BI dapat menyesuaikan suku bunga acuan,” katanya.
Tekanan berkurang
Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja berharap BI menurunkan suku bunga acuan sejalan dengan sinyal penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Fed. Jika suku bunga acuan diturunkan, tekanan terhadap industri perbankan akan berkurang.
Menurut Jahja, suku bunga acuan BI sudah ada di puncak sehingga diharapkan mulai menurun. Dalam setahun, Mei 2018-Mei 2019, suku bunga acuan BI naik 1,5 persen.
Meski demikian, BCA kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga simpanan dan pinjaman. Kebijakan suku bunga BCA, kata Jahja, cenderung stabil karena pada 2018 sudah menaikkan suku bunga deposito 1,5 persen dan suku bunga kredit 0,5 persen.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Maryono menyebutkan, BTN berencana menaikkan suku bunga deposito seiring likuiditas perbankan yang mengetat. Namun, langkah itu juga mempertimbangkan tren suku bunga acuan BI. (DIM)