Indonesia kembali memamerkan batik Nusantara di Afrika Selatan. Mengingat potensi penjualan batik di sana sangat besar, Indonesia berupaya agar batik menjadi penggerak ekspor bagi usaha kecil dan menengah ke pasar Afrika.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia kembali memamerkan batik Nusantara di Afrika Selatan. Mengingat potensi penjualan batik di sana sangat besar, Indonesia berupaya agar batik menjadi penggerak ekspor bagi usaha kecil dan menengah ke pasar Afrika.
Indonesia memamerkan koleksi batik dalam pameran Apparel, Textile, and Footwear (ATF) Trade Exhibition 2019 di Cape Town, Afrika Selatan, 12-14 Juni 2019. ATF merupakan pameran tahunan tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki terbesar di Afrika. Lebih kurang 2.000 pengunjung mendatangi pameran tersebut.
”Kehadiran Indonesia (di Afrika Selatan) masih terbatas. Namun, produk kain dan batik kita yang berkualitas tinggi mempunyai potensi besar untuk dipasarkan. Apalagi, batik telah lama diakrabi masyarakat Afrika Selatan,” kata Konsul Jenderal RI di Cape Town Krishna Adi Poetranto melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (15/6/2019).
Dalam ATF, Indonesia memamerkan koleksi batik dalam sequence Wastra Nusantara di sesi pergelaran busana hari kedua. Koleksi batik yang dipamerkan berasal dari desainer dan pengusaha batik asal Lampung, Pekalongan, Bandung, dan Cape Town.
Salah satu yang memamerkan koleksinya adalah usaha Batik Siger yang menghadirkan koleksi busana pria dan wanita dengan corak siger khas Lampung. Sementara perusahaan lain, Lovely Zia, menampilkan busana batik kontemporer untuk wanita dan pria, seperti rok tambal sulam, kemeja, dan gaun.
Pergelaran busana batik Indonesia penuh warna kontras, tetapi tetap selaras. Batik Indonesia menonjolkan harmoni kekayaan pola dan tekstur khas Nusantara. Keindahan batik dilengkapi dengan beragam perhiasan buatan perajin Indonesia.
Melalui pameran tersebut, Indonesia berharap batik dapat menggerakkan ekspor industri kecil dan menengah ke pasar Afrika. Indonesia juga memperkenalkan pengusaha tekstil asal Indonesia kepada kelompok usaha Afrika Selatan untuk membuka peluang bisnis.
Krishna melanjutkan, sinergi yang baik antara Kedutaan Besar RI Pretoria, Konsulat Jenderal RI Cape Town, dan Indonesian Trade Promotion Center Johannesburg diperlukan untuk memopulerkan batik di Afrika.
Data Kementerian Perindustrian mencatat, nilai ekspor komoditas tenun dan batik mencapai 53,5 juta dollar AS pada 2018. Negara tujuan utama ekspor adalah Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat.
Cukup terkenal
Kain batik cukup dikenal di Afrika Selatan. Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela kerap memakai baju batik dalam acara kenegaraan.
Duta Besar Luar Biasa RI untuk Afrika Selatan, Botswana, Swasiland, dan Lesotho Salman Al Farisi mengatakan, kecintaan Presiden Mandela terhadap batik Indonesia membuatnya identik dengan baju batik lengan panjang. Rakyat Afrika Selatan kerap menyebut baju batik dengan madiba shirt.
”Sayangnya, mayoritas masyarakat Afrika sering kali tidak mengetahui latar belakang batik yang berasal dari Indonesia,” ujarnya. Batik Indonesia resmi diakui sebagai warisan dunia versi UNESCO sejak 2009.