JAKARTA, KOMPAS — Harga garam di tingkat petambak terus merosot. Di sisi lain, permintaan impor garam menguat. Persoalan ini mendesak untuk dibahas.
Memasuki musim produksi Juni-November 2019, harga garam anjlok dari Rp 1.850 per kilogram (kg) pada musim produksi tahun 2018 menjadi Rp 800-Rp 900 per kg pada musim produksi 2019 (Kompas, 14/6/2019).
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengemukakan, pihaknya segera melayangkan surat kepada Kementerian Koordinator Perekonomian untuk mengusulkan rapat koordinasi antarkementerian/lembaga. Rapat koordinasi ini untuk mengklarifikasi neraca kebutuhan dan ketersediaan riil garam.
Rapat koordinasi yang melibatkan Kementerian Koordinator Perekonomian, KKP, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Badan Pusat Statistik itu diperlukan untuk menyinkronkan data stok garam, kualitas garam rakyat, realisasi garam yang terserap, dan ekspektasi harga garam di tingkat petambak.
Brahmantya menambahkan, permintaan impor garam di tengah musim produksi garam rakyat perlu dikaji agar tidak memukul produksi. ”Di musim produksi, seharusnya impor garam tidak dilakukan. Industri diharapkan menyerap garam rakyat yang memenuhi standar industri,” katanya di Jakarta, Jumat (14/6/2019).
Dalam rapat koordinasi lintas kementerian pada 2 April 2019, total stok garam nasional sampai dengan 31 Maret 2019 sebanyak 1.339.377,6 ton. Stok itu terdiri dari garam lokal 827.338,19 ton dan garam impor 512.039,41 ton. Dari jumlah itu, stok garam di petambak, pedagang, dan koperasi per 31 Maret 2019 sebanyak 417.835,48 ton. Sementara stok garam di industri pengolah dan pengguna 683.312,73 ton dengan rincian garam lokal 173.009 ton dan garam impor 510.303,56 ton.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Garam (Persero) Budi Sasongko mengatakan, saat ini gudang-gudang milik PT Garam dengan kapasitas total 500.000 ton sudah penuh terisi. PT Garam sudah menyerap 120.000 ton garam rakyat yang disimpan di luar gudang.
”Gudang terisi penuh karena banyak juga pembeli yang belum mengambil garam dan menitipkannya,” kata Budi.