Bocah-bocah asyik bermain kejar-kejaran ke sana kemari. Mereka berlarian di gang-gang sempit yang menjadi akses jalan di kawasan permukiman padat penduduk Muara Baru. Mereka bagian dari penghuni di kawasan yang sering menjadi incaran pendatang ke Jakarta.
Oleh
Stefanus Ato/Fransiskus Wisnu Whardana Dhany
·4 menit baca
Bocah-bocah asyik bermain kejar-kejaran ke sana kemari. Mereka berlarian di gang-gang sempit yang menjadi akses jalan di kawasan permukiman padat penduduk Muara Baru. Mereka bagian dari penghuni di kawasan yang sering menjadi incaran pendatang ke Jakarta.
Aroma sampah menguar dari kali kecil yang nyaris tak terlihat karena tertutup padatnya permukiman. Kondisi semakin parah karena sinar mentari tak dapat menembus padatnya permukiman. Sistem sanitasi, air bersih, ruang bermain, dan lingkungan sehat pun nyaris tak berlaku di sana. Ironisnya, kawasan ini menjadi salah satu tujuan favorit pendatang ke Ibu Kota.
Rabu (12/6/2019) siang, Kompas menelusuri permukiman kumuh dan padat penduduk di Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Sebanyak 22.878 jiwa mendiami lahan seluas 170,68 meter persegi di permukiman yang masuk wilayah RW 017 itu.
Rumah di bangun tak beraturan. Akses masuk ke permukiman berupa gang sempit yang cukup dilalui sepeda motor. Limbah rumah tangga mengaliri saluran-saluran air dengan lebar tak sampai 20 sentimeter dengan warna hitam pekat. Tikus, nyamuk, dan kecoak jamak ditemukan di saluran-saluran kecil itu.
Warga RT 001, Sugiarti (38), telah bermukim 20 tahun di tempat itu. Menurut dia, rumahnya sering terendam air ketika musim hujan karena buruknya sistem drainase. Meski demikian, kawasan ini masih ”menarik” menjadi pilihan karena harga sewa rumah masih terjangkau, di bawah Rp 1.000.000 per bulan.
”Suami saya kerja di dalam (pabrik pengolahan ikan) Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman. Makanya, tempat ini paling dekat,” kata perempuan asal Cilacap, Jawa Tengah, itu.
Area perumahan lain di sana hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki. Area ini terletak di tepian Waduk Pluit. Gang sempit berpadu dengan pencahayaan yang minim karena keterbatasan sinar dapat menyebabkan orang kesulitan mencari jalan keluar. Bahkan, sebagian perumahan dibangun di atas Kali Gendong. Sungai selebar 3 meter itu nyaris tak terlihat. Airnya berwarna hitam pekat dan dipenuhi berbagai jenis sampah. Kali ini bermuara di Waduk Pluit.
Menurut Kepala Seksi Humas RW 017 Arifin Maka, Muara Baru mulai berkembang dan kian padat penduduk pada tahun 1980-an. Pendatang dari seantero Nusantara, khususnya yang bekerja di pesisir Jakarta Utara, menjadikan kawasan itu sebagai tempat tinggal.
”Pendatang paling banyak dari Makassar, Sulawesi Selatan, dan Serang, Banten. Dari 23.000 penduduk di sini, 40 persen bekerja sebagai karyawan di kawasan industri Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman,” kata Arifin yang sudah 40 tahun hidup di sana.
Fenomena perpindahan penduduk di Muara Baru dan sekitarnya sebenarnya sudah terjadi pascakemerdekaan, yaitu ditandai dengan datangnya orang-orang dari Sulawesi. Mereka tinggal untuk pertama kalinya di Luar Batang yang berbatasan dengan Muara Baru (Kompas, 16 Juli 2018).
Bangunan liar
Berdasarkan penuturan Kepala UPK Badan Air Jakarta Utara Lambas Sigalingging, sebagian rumah warga yang dibangun di atas Kali Gendong merupakan permukiman liar. Hal itu menyulitkan petugas saat akan membersihkan Kali Gendong karena terbentur rumah warga yang dibangun di atas kali.
”Setahu saya, itu semua permukiman liar. Bangunan (rumah) ada di atas sampah. Jadi, kalau sampah saya tarik, itu bangunan roboh, siapa yang tanggung jawab? Jadi, ini bukan hanya masalah sampah, melainkan juga penertiban bangunan di atas kali,” ujar Lambas.
Menurut dia, rumah-rumah di pinggiran Kali Gendong itu seharusnya masuk kawasan Waduk Pluit. Namun, dia tak pernah tahu mengapa bangunan diperbolehkan dibangun di sana sehingga malah menimbulkan masalah baru.
Sementara Lurah Penjaringan Depika Romadi mengatakan, kepemilikan lahan di Muara Baru beragam. Selain milik pemerintah daerah, juga ada lahan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Keuangan, Indonesia Port Corporation, dan perusahaan swasta. ”Macam-macam kepemilikan lahan,” ujarnya.
Kawasan ini juga termasuk daerah rawan. Kasus kriminal sering terjadi, seperti pencurian kendaraan bermotor, pencurian di rumah, tawuran, serta penggunaan dan peredaran narkoba.
Menanggapi hal itu, Kepala Seksi Humas Polsek Metro Penjaringan, Jakarta Utara, Inspektur Dua R Widi Sudiyatno mengatakan, pihaknya akan meningkatkan patroli pada malam hari, khususnya di wilayah rawan kriminalitas seperti Muara Baru.
Pihaknya juga kini gencar membangun komunikasi dengan masyarakat setempat agar aktif melapor jika menjadi korban atau mengetahui suatu tindakan kriminal.