Pelatih-pelatih Boros Haus Gelar
Besar kecilnya pengeluaran klub untuk membeli pemain menjadi nilai yang relatif apabila dibandingkan dengan jumlah pencapaian gelar yang didapat. Bersama dengan pelatih, sebuah tim meramu komposisi pemain yang diharapkan dapat memboyong gelar di akhir musim kompetisi.
Musim kompetisi 2018/19 menjadi milik Inggris karena menempatkan klub-klubnya di final kompetisi UEFA, baik Liga Champions maupun Liga Eropa. Sebagai pemenang Liga Champions, Liverpool di bawah Jurgen Klopp mendapatkan total hadiah sekitar 74,3 juta euro sejak awal pertandingan hingga meraih juara.
Sedangkan, Maurizio Sarri memberikan gelar Liga Eropa kepada Chelsea sehingga berhak membawa pulang total hadiah sekitar 25 juta euro. Di Inggris sendiri, ada Pep Guardiola yang kembali membawa Manchester City sebagai juara Liga Premier 2018/19 dengan hadiah juara sebesar 38,4 juta euro.
Jumlah hadiah tersebut didapatkan semata sebagai pemenang kompetisi (merit money), di luar tambahan pendapatan dari penjualan pemain, hak siar televisi, tiket pertandingan, maupun sponsor.
Gelar dan hadiah yang didapat ketiga klub di atas pada akhir musim tidak jatuh dari langit. Sejak awal musim, tiap klub sudah mempersiapkan diri dengan mendatangkan pemain-pemain dengan harga mahal. Diharapkan, kedatangan para pemain baru tersebut mampu memperkuat tim untuk mengakhiri musim dengan berbagai gelar juara.
Mengingat pembelian pemain sangat dipengaruhi oleh pelatih, riwayat pembelian pemain dari klub-klub yang pernah dilatih ketiga pelatih di atas perlu dirunut. Selanjutnya, karena besarnya yang dikeluarkan klub untuk membeli pemain, perlu dilihat juga jumlah gelar yang berhasil dipersembahkan para pelatih di atas bagi klubnya. Siapa pelatih paling boros dan haus gelar?
Manchester City
Josep “Pep” Guardiola bergabung dengan Manchester City pada musim 2016/17 sebagai pelatih. Sejak itu, Guardiola berhasil mempersembahkan enam gelar, semuanya di tingkat domestik. Dua gelar diperoleh dari Liga Premier, dua dari Piala Liga Inggris, satu piala FA, dan satu Piala Super Inggris.
Bersama City, Guardiola menghabiskan 608 juta euro untuk membeli pemain. Artinya, dalam satu musim, rata-rata Manchester City harus mengeluarkan uang senilai 200 juta euro untuk mendatangkan pemain pilihan. Bila nilai tersebut dikonversi menjadi gelar, berarti tiap gelar yang diraih Manchester City berharga 100 juta euro selama dipegang Guardiola.
Sebelumnya, Guardiola sempat melatih selama tiga tahun di Bayern Munchen pada musim 2013/14-2015/16. Saat itu, Munchen berhasil menyapu bersih kompetisi sepak bola liga utama Jerman selama tiga musim berturut-turut. Di tingkat regional dan internasional, Munchen berhasil menjuarai Piala Super UEFA dan Piala Dunia Antarklub FIFA. Total, terdapat tujuh gelar yang dipersembahkan Guardiola bersama Munchen.
Di Munchen, Guardiola menghabiskan 204,4 juta euro selama tiga musim. Artinya, dalam satu tahun, Munchen rata-rata mengeluarkan 68 juta euro untuk membeli pemain. Dengan tujuh gelar yang dicapai selama tiga musim tersebut, tiap gelar berharga 29 juta euro, lebih murah dari “harga” satu gelar selama Guardiola melatih Manchester City.
Baca juga: Bagaimana "Big Data" Mengubah Sepak Bola?
Berbagai gelar juga berhasil dipersembahkan Guardiola selama melatih FC Barcelona pada musim kompetisi 2008/09 hingga 2011/12. Selama empat tahun menjadi pelatih, Guardiola menambah 14 gelar bagi Barcelona baik dari liga domestik, regional, maupun tingkat dunia. Di Barcelona ini jugalah, Guardiola dua kali mendapat pengakuan sebagai pelatih terbaik dunia.
Barcelona menghabiskan 342 juta euro untuk membeli pemain di zaman Guardiola. Dengan kata lain, rata-rata 85,5 juta uero dihabiskan setiap tahun. Dengan 14 gelar selama empat tahun tersebut, berarti tiap pengeluaran pembelian pemain sejumlah 24,4 juta euro menyumbangkan satu gelar bagi Barcelona. “Harga” tersebut termasuk dua gelar Liga Champions yang berhasil diboyong Barcelona di bawah Guardiola.
Khusus untuk musim 2018/19, Manchester City "hanya" mengeluarkan 77 juta euro untuk belanja pemain. Di akhir musim, City berhasil meraih empat gelar. Artinya, bila dikonversi menjadi gelar, dibutuhkan 19,2 juta euro untuk mendapatkan tiap gelar, termasuk satu gelar Liga Premier.
Chelsea
Chelsea merampungkan musim 2018/19 dengan memperoleh gelar Liga Eropa mengalahkan Arsenal dengan skor 4-1. Pada musim ini, Chelsea dilatih oleh Maurizio Sarri dari Italia yang baru pertama kali menjajal kompetisi Liga Premier.
Selama dilatih Sarri, Chelsea mengeluarkan 210 juta euro untuk pos pembelian pemain 2018/2019. Mengingat Sarri baru melatih Chelsea di musim ini, harga piala Liga Eropa yang diperoleh Chelsea sama dengan total harga pembelian yang dikeluarkan Chelsea selama dipegang Sarri.
Sebelumnya, Sarri merupakan pelatih di klub Italia Serie A SSC Napoli selama tiga musim dengan total belanja pemain sebesar 203,9 juta euro. Artinya, selama satu tahun, rata-rata Napoli mengeluarkan 101,3 juta euro untuk membeli pemain di bawah asuhan Sarri.
Dibandingkan saat Sarri melatih di klub tier satu, FC Empoli, nilai di atas sangat tinggi. Empoli “hanya” membelanjakan 1,4 juta euro, atau rata-rata 350 ribu euro tiap musim selama empat tahun bersama Sarri.
Nilai pengeluaran pendapatan pemain per klub dapat dibandingkan dengan jumlah gelar yang diperoleh tiap klub di bawah asuhan Sarri.
Selama satu tahun di Chelsea dengan total belanja 210 juta euro, Sarri mempersembahkan satu gelar. Artinya gelar Liga Eropa yang diperoleh Chelsea “berharga” 210 juta euro. Nilai tersebut hampir sama dengan total belanja SSC Napoli saat diasuh Sarri selama tiga musim tanpa gelar, 203,9 juta euro.
Akan tetapi, “harga” satu gelar yang diperoleh Chelsea akan terlihat sangat besar saat dibandingkan dengan pembelian pemain di FC Empoli di zaman Sarri. Saat itu, selama empat tahun melatih, Sarri tak berhasil memberikan satu gelar pun bagi Empoli dengan total belanja pemain “hanya” 1,4 juta euro.
Liverpool
Liverpool baru berhasil menjuarai Liga Champions pada musim 2018/19 setelah dilatih oleh Jurgen Klopp sejak 2015/16. Livervool mengalahkan Tottenham Hotspur di partai final Liga Champions 2018/19 dengan skor 2-0.
Menurut Klopp, malam kemenangan Liverpool mengangkat “Si Kuping Besar” merupakan malam terbaik dalam karier kepelatihannya dan permulaan bagi prestasi-prestasi Liverpool berikutnya.
Pernyataan Klopp dapat dipahami mengingat gelar ini merupakan gelar pertama setelah Klopp melatih Liverpool sejak musim 2015/16 menggantikan Brendan Rodgers. Sebelumnya, Klopp lebih sering membawa Liverpool menjadi finalis alias runner up di kompetisi Liga Premier maupun Liga Champions.
Massimiliano Allegri di Juventus menjadi pelatih paling “boros” di musim ini dengan belanja pemain sebesar 261,5 juta euro.
Selama empat tahun bersama Klopp, Liverpool telah menghabiskan 561,3 juta euro. Dengan demikian, rata-rata 140,3 juta euro dikeluarkan Liverpool per tahun untuk membeli pemain. Jumlah tersebut jauh melebihi tujuh tahun pengeluaran pembelian pemain saat Kloop melatih Borrusia Dortmund.
Bersama Klopp, Dortmund menghabiskan anggaran 185,8 juta euro. Artinya, rata-rata 26,5 juta euro dihabiskan Dortmund per tahun untuk membeli pemain. Dari total pembelian pemain selama tujuh tahun bersama Klopp, Dortmund berhasil memperoleh lima gelar juara, semuanya gelar domestik Jerman, dua gelar Bundesliga, satu juara Piala Jerman, dan dua gelar Piala Super Jerman.
Dengan demikian, “harga” satu gelar yang diperoleh Dortmund di bawah Klopp adalah 37,1 juta euro. Jumlah tersebut sangat murah bila dibandingkan dengan “harga” gelar Liga Champions 2018/19 yang dipersembahkan oleh Klopp di Liverpool yang mencapai 561,3 juta euro dalam empat musim.
Bila dilihat khusus untuk musim 2018/19, Liverpool mengeluarkan dana sebesar 182,2 juta euro. Pengeluaran tersebut diganjar dengan piala Liga Champions. Artinya, sebagai pencapaian gelar, piala Liga Champions yang diperoleh Liverpool di musim ini berharga 182,2 juta euro.
Pelatih Terboros
Tiga pelatih di atas memiliki kebiasaan yang sama untuk berani membeli pemain dengan nilai yang mahal. Jurgen Klopp di Liverpool membutuhkan 182,2 juta euro sebagai “modal” untuk membawa pulang gelar juara Liga Champions.
Sedangkan Sarri di Chelsea berhasil memenangkan Liga Eropa dengan biaya pembelian pemain sebesar 210 juta euro. Biaya paling rendah dikeluarkan oleh Guardiola di Manchester City sebesar 77 juta euro untuk membawa pulang empat gelar, termasuk piala Liga Premier.
Berdasarkan besarnya jumlah uang yang dikeluarkan dibandingkan dengan gelar yang diperoleh, Guardiola menjadi pelatih paling berhasil menghasilkan gelar bagi klub. Dengan 77 juta euro yang dikeluarkan oleh City untuk mendatangkan pemain baru, Guardiola berhasil mengonversinya menjadi empat gelar di akhir musim 2018/19 bagi City. Rata-rata, tiap gelar berharga 19,2 juta euro.
Sebaliknya, Sarri menjadi pelatih “paling boros” di musim 2018/19. Dengan total belanja pemain sebesar 210 juta euro, Chelsea “hanya” memperoleh satu gelar di musim ini, Liga Eropa.
Faktor Lain
Belanja pemain dengan nilai yang tinggi merupakan salah satu variabel yang menentukan bagi performa sebuah tim sepak bola. Minimal, hal inilah diyakini oleh salah satu pelatih top dunia, Guardiola.
Menurut Guardiola, untuk mencapai level tertentu [bagi sebuah klub sepak bola] memang dibutuhkan waktu dan uang. Hal itu dibuktikan dengan investasi besar-besaran Manchester City selama dipegang Guardiola. Hasilnya, City selalu mengakhiri musim kompetisi dengan gelar juara di bawah Guardiola, kecuali di musim pertama kedatangannya.
Dengan demikian, pengeluaran klub untuk membeli pemain dapat dijadikan salah satu variabel untuk melihat prestasi sebuah klub di akhir kompetisi. Dengan nilai rata-rata pembelian pemain 139,5 juta euro di antara klub-klub peraih gelar prestisius di Eropa, pembelian pemain dengan nilai tinggi semakin menjadi hal yang biasa.
Oleh karena itu, gelontoran uang segar bagi tim menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan bagi sebuah klub sepak bola papan atas demi meraih gelar. Berdasarkan data 11 klub paling kaya di dunia, Massimiliano Allegri di Juventus menjadi pelatih paling “boros” di musim ini dengan belanja pemain sebesar 261,5 juta euro.
Khusus untuk musim 2018/19, Manchester City "hanya" mengeluarkan 77 juta euro untuk belanja pemain.
Di bawahnya, Thomas Tuchel di PSG menghabiskan total 217 juta euro untuk membeli pemain. Di posisi ketiga terdapat Maurizio Sarri di Chelsea dengan total belanja pemain sebesar 210 juta euro.
Akan tetapi, dengan konversi gelar atas total pembelian pemain, Sarri menjadi pelatih paling boros nomor satu. Di akhir pertandingan, dengan belanja pemain sebesar 210 juta euro, Chelsea hanya membawa satu gelar.
Di posisi kedua Jurgen Klopp di Liverpool dengan total belanja pemain 182,2 memboyong satu gelar. Posisi ketiga diisi oleh Zinedine Zidane bersama Real Madrid dengan total belanja pemain 162,7 untuk satu gelar juara.
Sebaliknya, untuk musim ini, Niko Kovac di Bayern Munich menjadi pelatih dengan belanja pemain paling irit. Dengan pengeluaran sebesar 10 juta euro untuk membeli pemain, Munich secara efisien berhasil membawa pulang 3 gelar juara.
Di luar prestasi yang diperoleh, terdapat pelatih di tiga klub dalam jajaran 11 klub paling kaya yang musim ini tak membawa pulang gelar satu pun. Mereka adalah Mauricio Pochettino di Tottenham Hotspur, Jose Mourinho-Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United, dan Unai Emery di Arsenal. Total pembelian pemain yang dikeluarkan ketiga klub tersebut tidak berbuah gelar di akhir musim.
Dengan demikian, walaupun belanja pemain berpengaruh terhadap kesuksesan tim membawa pulang gelar, besarnya nilai pembelian pemain ternyata tak berbanding lurus dengan banyaknya gelar yang diperoleh oleh tim. Di atas kertas, dibutuhkan faktor lain. Salah satunya adalah pelatih. (LITBANG KOMPAS)