Si Mungil Andorra
Mengunjungi Andorra di sela-sela perjalanan bisnis di Eropa seperti menemukan permata tersembunyi. Andorra, negara yang terselip di antara Perancis dan Spanyol, ini menyajikan alam pegunungan bersalju yang memukau meski ceritanya jarang terdengar.
Di sela-sela acara kongres Mobile World Congress di Barcelona, Spanyol, beberapa waktu lalu, menyempatkan diri keluar sejenak dari ajang pameran penyedia teknologi jaringan informasi dan seluler itu adalah keputusan yang tepat. Saat itu, di tengah peralihan musim dingin ke semi, sayang rasanya melewatkan kesempatan menyaksikan pemandangan alam bersalju. Dari salah satu sopir yang membantu selama kongres, diperoleh informasi bahwa tempat berski terdekat dari Barcelona berada di Andorra.
”Jika ingin melihat salju dan berski, bisa ke Andorra. Bisa ditempuh dengan perjalanan darat. Tak perlu paspor (untuk pemeriksaan imigrasi),” kata sopir itu.
Rupanya informasi dari sopir itu tak meleset. Lluis (37), sopir yang biasanya mengantarkan kami dari hotel ke tempat kongres, sejak remaja sudah berski di Andorra. Ia mengungkapkan, Februari merupakan waktu yang nyaman untuk berski di Andorra karena salju masih menyelimuti area pegunungan, tetapi cuaca cerah.
Andorra merupakan negara kecil dengan luas separuh lebih dari luas Singapura. Negara ini berada di tengah deretan pegunungan Pyrenees yang membentang dari tepi Laut Mediterania hingga Teluk Biscay. Deretan pegunungan sepanjang 300 mil atau sekitar 480 kilometer itu merupakan perbatasan antara Spanyol dan Perancis.
Negeri sekecil Andorra memang jarang terdengar. Ia bahkan kerap digambarkan sebagai negeri seukuran ”kantong baju”. Meski begitu, ada satu-dua novel yang pernah menjadikan negeri ini sebagai latar cerita, bahkan judul. Seperti novel dari penulis asal Amerika Serikat, Peter Cameron, yang berjudul Andorra (1997). Ada pula drama yang ditulis penulis asal Swiss, Max Frisch, berjudul Andorra (1961), meskipun itu tidak merujuk mengenai negeri ini.
Lluis pun mengajak ke lokasi ski favoritnya di Grau Roig, salah satu zona ski di Resor Grandvalira. Area berski di lokasi ini memiliki kombinasi lereng pegunungan yang curam hingga landai dan areal datar yang cukup luas sehingga cocok bagi pemain ski yang mahir dan juga pemula. Menurut Lluis, kombinasi itu tak ditemukan di lima lokasi ski lainnya di Resor Grandvalira, yakni Encamp, Canillo, El Tarter, Soldeu, dan Pas de La Casa.
Tak diperiksa
Untuk menjangkau Andorra dari Barcelona, dilalui perjalanan darat selama 3 jam dengan jarak tempuh 200 kilometer. Lepas dari jalan tol arah keluar kota, perjalanan memasuki kawasan pertanian dan pedesaan dengan kondisi jalan sangat mulus. Dari kejauhan tampak pucuk atap gereja yang berdiri di perbukitan, sementara di sekitarnya berdiri permukiman yang dibangun dari batu alam dan juga batu bata terakota.
Mendekati perbatasan Spanyol-Andorra, pucuk-pucuk bukit berselimut salju mulai tampak dari kejauhan. Sementara arus kendaraan agak merayap karena harus melalui pengawasan petugas perbatasan Spanyol-Andorra.
Tak seperti perbatasan antarnegara pada umumnya, petugas perbatasan Spanyol-Andorra ini sama sekali tidak memeriksa dokumen imigrasi. Hanya tampak petugas perbatasan itu mengamati nomor kendaraan setiap mobil yang melintas, termasuk mobil yang kami tumpangi.
”Semua mobil dari negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa itu teregistrasi di (sistem administrasi) Uni Eropa. Petugas (perbatasan) itu hanya memeriksa nomor registrasi mobil ini,” tutur Lluis.
Tiba di Grau Roig, lapisan salju terhampar luas hingga nyaris menutupi areal parkir. Di tengah area resor, para pengunjung sibuk mempraktikkan kemampuan mereka berski, menumpangi kereta gantung menuju pucuk bukit untuk berselancar di lereng bukit bersalju, dan ada juga yang latihan bermain ski.
Di area dengan kemiringan yang landai dan relatif datar, sejumlah orangtua menuntun anaknya yang masih balita latihan bermain ski. Ada pula keluarga yang memanfaatkan area itu untuk sekadar bermain salju dengan anak-anaknya, seperti membuat bola-bola salju.
Kami yang datang dari negara tropis, Indonesia, dibuat kagum dengan pemandangan alam bersalju yang indah ini. Seluas mata memandang, putihnya salju menyelimuti seluruh permukaan pegunungan dan tanah yang kami injak. Dinginnya hawa bertemperatur 0-4 derajat celsius pun terasa melengkapi pengalaman perjalanan ini.
Untuk melengkapi pengalaman, kami memutuskan untuk mencoba berski dengan menyewa peralatan di resor. Satu set peralatan ski lengkap dikenakan biaya sewa 17 euro atau sekitar Rp 300.000, terdiri dari sepatu, papan, dan tongkat ski. Peralatan itu bisa dipergunakan lebih dari 3 jam.
Ternyata tak seringan yang dikira, peralatan ski itu cukup berat. Bobot sepasang sepatu ski bisa hampir 4 kilogram dan harus dikenakan dengan ketat. Menurut Lluis, setiap pengait pada sepatu ski harus dipasang dengan kencang dan ketat untuk melindungi kaki dari cedera. ”Kalau sepatu itu dipasang longgar, jika terjatuh, kaki bisa cedera hingga patah,” ucapnya.
Cukup sulit
Sebagai pemula, kami memilih bermain ski di area bagian depan resor, tempat keluarga bersama anak-anaknya yang masih balita bermain. Itu pun hanya dalam jarak 200-300 meter.
Tak mudah mengontrol laju papan ski karena permukaan salju lumayan licin. Hilang keseimbangan hingga terjatuh menjadi tantangan saat menjajal berseluncur di atas salju.
Peralatan ski yang cukup berat menuntut stamina yang baik. Meskipun peralatan itu telah dikenakan, tetap terasa beratnya saat berjalan menuju dataran yang lebih tinggi agar bisa kembali berseluncur.
Walaupun menghadapi tantangan cukup berat, berski di pegunungan bersalju menawarkan pengalaman yang tiada duanya. Untuk mengendalikan papan luncur, salah satunya, tak hanya menuntut keseimbangan tubuh, tetapi juga dibutuhkan teknik menggerakkan papan luncur itu ke dalam dan ke luar.
Hal yang menyenangkan lagi adalah saat kita sudah mampu meliukkan tubuh sehingga bisa mendorong kaki untuk berbelok ke kanan atau ke kiri dengan cara menukik. Ini merupakan cara untuk menghentikan luncuran papan ski tanpa menyebabkan tubuh terjatuh.
Puas mencoba bermain ski, singgah sejenak untuk menikmati makanan dan minuman yang disediakan di restoran di kawasan resor ski ini menjadi pilihan menarik. Salah satunya restoran di Hotel Grau Roig yang menyajikan ragam makanan khas Eropa, seperti pasta dan juga steik.
Dari balik kaca restoran, pemandangan salju dan aktivitas pengunjung berski masih dapat dinikmati sambil menikmati makanan dan minuman. Kopi panas terasa pas untuk menghangatkan tubuh sambil menikmati pemandangan perbukitan berselimutkan salju yang mengelilingi kawasan resor.
Serupa budaya Catalunya
Dibandingkan dengan Swiss yang sudah dikenal sebagai tempat berski sejak 1890-an, tempat berski di Andorra baru didirikan belakangan pada 1956. Pendirian tempat ski di Andorra itu ditandai dengan pemasangan kereta gantung untuk berski di Pas De La Casa oleh pebisnis dan pemain ski, Francesc Viladomat. Pada tahun-tahun berikutnya, kereta gantung serupa juga didirikan di Soldeu dan zona ski lainnya di Resor Grandvalira.
Hingga kini, Andorra menjadi tempat favorit berski bagi warga Spanyol, Perancis, dan sejumlah negara di sekitarnya. Sebagai tempat berbagai macam bangsa di Eropa bertemu, selain bahasa Inggris, negara ini menggunakan 3 bahasa untuk berkomunikasi, yakni Perancis, Spanyol, dan Katalan.
Menurut Lluis, Andorra memiliki latar belakang budaya yang sama dengan orang Catalunya yang bermukim di Barcelona dan beberapa daerah lainnya di Spanyol. Katalan, bahasa kelompok etnik Catalunya, digunakan sebagai bahasa resmi Andorra.
Berski di Andorra di sela-sela perjalanan bisnis di Barcelona tak hanya menjadi memori menyenangkan pengalaman bermain ski pertama kali. Perjalanan ini paling tidak turut memberikan kesempatan untuk menelusup ke dalam ”kantong baju” alias Andorra.