Kerusakan lingkungan di beberapa tempat akibat aktivitas manusia perlu perhatian serius. Kerugian yang ditimbulkan berdampak pada kualitas pembangunan manusia.
Sepanjang pekan lalu, harian ini memberitakan konflik antara gajah dan penduduk di beberapa tempat di Riau dan Sumatera Selatan.
Di Sulawesi Tenggara, jalur Trans-Sulawesi, antara Kabupaten Konawe dan Kolaka Timur, putus akibat terendam banjir setinggi 1,5 meter. Di Kalimantan Timur, banjir merendam sebagian Kota Samarinda dan Kabupaten Mahakam Ulu karena hujan di hulu Sungai Mahakam.
Konflik antara gajah dan manusia yang semakin kerap terjadi serta banjir di Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Timur menggambarkan masalah lingkungan semakin serius.
Semua berpangkal pada aktivitas manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Alih fungsi hutan, termasuk jalur lintasan gajah, untuk perkebunan pribadi dan swasta besar, menyebabkan penyusutan populasi hewan itu.
Perubahan fungsi hutan untuk pertambangan, perkebunan, dan permukiman menyebabkan banjir di Sultra dan Kaltim. Kita masih ingat bagaimana perubahan fungsi hutan di hulu daerah aliran sungai di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, serta deforestasi cagar alam Pegunungan Cycloop, Papua, pada Maret lalu menyebabkan banjir besar dan mengambil korban puluhan nyawa. Penyebab sama juga menyebabkan banjir di sejumlah daerah dari barat hingga timur.
Meskipun penyebab bencana telah kita ketahui, belum tampak upaya sistematis memperbaiki kerusakan lingkungan. Pemerintah pusat telah melakukan moratorium perluasan perkebunan sawit, terutama untuk perkebunan besar. Namun, upaya itu belum memadai. Ada jutaan hektar hutan berubah menjadi lahan kritis.
Pemerintah daerah menjadi ujung tombak mencegah kerusakan lingkungan. Perizinan untuk pertambangan dan perkebunan legal harus dikendalikan. Pemerintah daerah wajib memiliki rencana tata ruang dan wilayah serta mematuhi rencana tersebut.
Konflik antara memanfaatkan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan dapat dicegah jika pemerintah melihat sumber daya alam sebagai sumber ekonomi berkelanjutan.
Upaya meningkatkan ekonomi masyarakat melalui kegiatan pemanfaatan hasil hutan tanpa merusak hutan perlu ditingkatkan terus dan menjadi program nasional. Meningkatkan produktivitas ekonomi masyarakat per satuan luas harus menjadi prioritas.
Keberadaan gajah liar merupakan salah satu penanda terjaganya lingkungan. Menjaga habitat gajah adalah menghargai kehidupan manusia sendiri.
Memastikan kelestarian populasinya akan meningkatkan ekonomi nasional dengan meminta konsumen di negara tujuan ekspor minyak sawit kita membayar harga premium. Jika sejumlah negara berkembang berhasil menjaga kelestarian populasi gajah dan lingkungan serta mendapat manfaat ekonomi, seharusnya kita juga bisa.