China Siap Jalani Perang Dagang yang Panjang Lawan AS
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SHANGHAI, SENIN — Pemerintah China menyatakan kesiapannya untuk berperang dagang dalam tempo yang panjang melawan Amerika Serikat. Sebagaimana tercantum dalam jurnal Partai Komunis China yang dirilis, Minggu (16/6/2019), Pemerintah AS dinilai telah meremehkan kekuatan rakyat China dalam bidang perekonomian, khususnya sektor perdagangan.
Merujuk pada jurnal Qiushi, yang artinya mencari kebenaran, otoritas China tidak akan menyerah untuk takluk dan menggadaikan prinsip-prinsip utama Beijing dalam negosiasi dengan AS untuk sekadar mengakhiri perang dagang antara kedua negara. Pernyataan itu, menurut Hu Xijin, Pemimpin Redaksi surat kabar Global Times yang dikelola pemerintah China, mewakili pengerahan semangat warga China secara lebih lanjut.
"China tidak akan takut akan ancaman atau tekanan apa pun yang dibuat AS yang dapat meningkatkan gesekan ekonomi dan perdagangan. China tidak punya pilihan atau jalan keluar, dan hanya perlu berjuang sampai akhir," demikian tulis Qiushi. "Tidak seorang pun, tidak ada kekuatan yang harus meremehkan dan meremehkan kehendak baja rakyat China dan kekuatan serta keuletannya untuk berperang."
Amerika Serikat memulai perang tarif dengan China pada tahun 2018. Washington mencari perubahan struktural dari Beijing dan menuduh bahwa China telah terlibat dalam pencurian kekayaan intelektual selama bertahun-tahun, sesuatu yang dibantah berkali-kali oleh China. Ketegangan pun meningkat tajam pada Mei setelah pemerintahan Trump menuduh China mengingkari janji yang telah dibuat selama berbulan-bulan pembicaraan.
Masih merujuk Quishi, China juga menuduh AS yang justru berusaha menghambat inovasi teknologi China. "Kita harus menjaga inisiatif inovasi dan pengembangan dengan kuat di tangan kita, meningkatkan investasi dan penelitian di bidang teknologi inti, menyatukan lebih banyak talenta bernilai tinggi, meningkatkan inovasi, dan menyingkirkan kesulitan teknologi inti," katanya.
Penasihat ekonomi utama Presiden AS Donald Trump, Larry Kudlow, mengatakan pada hari Kamis pekan lalu bahwa beban ekonomi perang dagang akan bergeser ke China. Namun, Qiushi mengatakan, konsumen dan bisnis AS telah memperoleh manfaat besar dari perdagangan dengan China dan memperingatkan bahwa gesekan perdagangan pasti akan berdampak negatif serius pada ekonomi AS.
"Dalam era globalisasi ekonomi, proteksionisme perdagangan adalah racun, bukan obat mujarab," kata artikel itu, seraya menambahkan bahwa tarif yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya produksi untuk bisnis AS dan mendorong inflasi bagi konsumen AS. "Sebagai akibat dari gesekan perdagangan, hanya sedikit orang Amerika yang akan mendapat manfaat, tetapi mayoritas orang Amerika akan menderita."
Kantor Perwakilan Dagang AS pada hari Senin ini akan memulai tujuh hari kesaksian dari pengecer, produsen, dan bisnis AS lainnya. Hal itu dikaitkan langsung tentang rencana Trump untuk menerapkan tarif impor tambahan atas barang-barang China senilai 300 miliar dollar AS. (REUTERS)