Monumen Garuda, Mengenang Pengorbanan TNI di Kamboja
Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi simbol perjuangan dan pengorbanan demi perdamaian dunia. Pada saat Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB tahun 2019, peran pasukan perdamaian PBB asal Indonesia diabadikan dengan Monumen Pasukan Garuda.
Oleh
Iwan Santosa
·5 menit baca
Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi simbol perjuangan dan pengorbanan demi perdamaian dunia. Pada saat Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB tahun 2019, peran pasukan perdamaian PBB asal Indonesia diabadikan dengan Monumen Pasukan Garuda yang akan diresmikan di Kampong Thom, Kamboja, pertengahan tahun ini.
Saat bertemu Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menjelang Idul Fitri awal Juni 2019, keberadaan Monumen Pasukan Garuda tersebut menjadi salah satu agenda perbincangan yang disampaikan Panglima TNI. ”Ada anggaran dari Mabes TNI untuk membangun Monumen Pasukan Garuda tersebut untuk mengenang pengorbanan Kontingen Garuda dan upaya Indonesia memperjuangkan perdamaian dunia,” kata Hadi Tjahjanto.
Monumen Burung Garuda berukuran besar tersebut dibangun di sebuah jalan raya di Kampong Thom. Jalur itu merupakan lintasan penting Jalan Raya Nasional Kamboja yang juga menjadi jalur utama para wisatawan dunia yang bepergian dari Kota Phnom Penh menuju Candi Angkor Wat di Kota Siem Reap.
Monumen itu mengabadikan pengabdian Kontingen Garuda XII A, B, C, dan D dari TNI yang beroperasi tahun 1992-1994 di Kamboja sebagai tindak lanjut Perjanjian Damai Paris tahun 1991 yang mengakhiri lebih dari dua dasawarsa perang saudara dan invasi Vietnam di Kamboja.
Kontingen Garuda XII A dipimpin oleh Letkol Inf Erwin Sudjono yang juga saudara ipar presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, Kontingen Garuda XII B dipimpin oleh Letkol Inf Ryamizard Ryacudu kini Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Kontingen Garuda XII C yang dikirim tahun 1993 dipimpin oleh Letkol Inf Darmawi Chaidir, Kontingen Garuda XII D dipimpin oleh Letkol Inf Saptaji Siswaya dan Letkol Inf Asril Hamzah Tanjung.
Kontingen Garuda beroperasi di bawah Misi UNTAC–United Nations Transitional Authority in Cambodia. Mereka juga beroperasi bersama anggota Polri sebagai Civilian Police (Civpol) yang ketika itu masih menjadi bagian Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Modal hubungan sejarah dan budaya Indonesia-Kamboja menjadi perekat kedekatan TNI dengan masyarakat Kamboja dan faksi yang bertikai ketika itu.
Atase Pertahanan Republik Indonesia untuk Kerajaan Kamboja Kolonel Inf I Nyoman Sukasana yang ditemui di Phnom Penh pertengahan Mei 2019 yang lalu mengatakan, Pasukan PBB dari Kontingen Garuda mendapat tugas-tugas penting dan daerah sulit seperti di Kampong Thom. Modal hubungan sejarah dan budaya Indonesia-Kamboja menjadi perekat kedekatan TNI dengan masyarakat Kamboja dan faksi yang bertikai ketika itu. Pasukan PBB asal Indonesia juga membina komunikasi yang baik dengan Masyarakat Cham di Kampong Cham yang umumnya memeluk Islam.
”Kedekatan dua negara dan keakraban prajurit TNI dalam bergaul dengan masyarakat Kamboja memudahkan pasukan PBB bertugas di situasi yang ketika itu serba sulit pasca-konflik di Kamboja,” kata Sukasana.
Hubungan dekat Pangeran Norodom Sihanouk sebagai pewaris takhta Kerajaan Kamboja dengan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto senantiasa diingat masyarakat Kamboja. Upaya Menlu RI Ali Alatas ketika itu memperjuangkan perundingan damai yang diakhiri Perjanjian Damai Paris tidaklah dilupakan masyarakat Kamboja.
Berbagai cerita suka duka dialami Kontingen Garuda di Kamboja. Ada satu peristiwa ketika panser V 150 yang dioperasikan prajurit TNI dari Yonkav 7 Sersus terkena ranjau darat hingga melayang dan hancur ketika terempas.
Belum lagi personel yang terluka dan mengalami cacat tubuh dalam berbagai insiden terkait ranjau darat yang hingga kini masih menjadi momok di seluruh wilayah Kamboja. Ranjau-ranjau itu ditebar militer Amerika Serikat semasa Perang Vietnam untuk menghambat pasukan Vietnam Utara dan gerilyawan Vietkong.
Upaya Kontingen Garuda meninggalkan kenangan indah bagi masyarakat Kamboja, sehingga ketika terjadi konflik bersenjata di tahun 1997 pun, Kedutaan Besar Republik Indonesia dan Kantor Atase Pertahanan RI di Phom Penh tetap bertahan tidak meninggalkan Kamboja di saat berbagai misi diplomatik dan militer asing mengevakuasi diri dari Kamboja. Indonesia tetap menjaga komitmen memperjuangkan perdamaian Kamboja.
Suatu ketika pada tahun 2005, penulis sempat berkeliling Kampong Thom dalam perjalanan ke Siem Reap. Berung kali warga dengan ramah menanyakan penulis berasal dari mana. Ketika dijawab dari Indonesia, warga dengan spontan berterima kasih dan memuji keterlibatan Indonesia dalam proses perdamaian Kamboja.
Seorang rekan penulis buku-buku sejarah Indonesia dan Perancis yang juga purnawirawan marinir Prancis, Kolonel Jean Rocher, mengaku, ketika bertugas di bawah mandat PBB setelah Perdamaian Paris, dirinya banyak dibantu perwira TNI.
”Yang mengawal saya di kota Phnom Penh dan sekitarnya banyak prajurit dari Kopassus. Selesai tugas di sana saya kemudian menjadi Atase Pertahanan Perancis di Jakarta,” kata Jean Rocher.
Ingatan terhadap militer Indonesia memang sangat positif di Kamboja. Wartawan senior Kompas Dudi Sudibyo mengisahkan di awal 1990-an, dirinya bertemu seorang mantan tentara Kamboja yang bersaksi, dirinya kehilangan seluruh harta benda semasa Khmer Rouge (Khmer Merah) berkuasa.
”Hanya satu benda yang saya pertahankan, yaitu pisau komando yang saya peroleh dari Pendidikan Komando di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus di bawah Kopassus,” Dudi menirukan kesaksian mantan tentara yang mengaku pernah dilatih Kopassus tahun 1970-an itu.
Hingga kini, TNI melalui Kopassus TNI AD memang masih melatih pasukan khusus Kamboja, yakni Resimen 911 yang dikembangkan dari Brigade E70 Pengawal Perdana Menteri. Mereka juga memiliki pusat pendidikan pasukan khusus yang pembangunannya dibantu oleh TNI dan mengundang instruktur dari Kopassus TNI AD.
”Kami selalu dibantu Kopassus. Kita juga mengadopsi banyak hal dari Kopassus,” kata seorang perwira Angkatan Darat Kamboja.
Saat ulang tahun Kopassus 22 April 2019, secara khusus di Resimen 911 diadakan acara tumpengan dan Atase Pertahanan Republik Indonesia diundang khusus. Anggota Resimen 911 yang juga mengenakan Baret Merah mengadopsi Baret Merah Kopassus TNI AD, membuat rekaman dan mengucapkan selamat ulang tahun yang kemudian diikuti seruan ”Komando!”.
Kedekatan lahir batin dan pengorbanan ribuan prajurit TNI anggota Kontingen Garuda XII di Kamboja adalah modal sosial yang perlu ditindaklanjuti dengan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Kamboja sebagai sesama anggota ASEAN di saat kekuatan Amerika Serikat dan China berebut pengaruh di Asia Tenggara.
Momentum peresmian Monumen Pasukan Garuda tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengapitalisasi modal sosial dan budaya yang ditanam Indonesia selama bertahun-tahun menjalankan misi perdamaian dunia!