Unjuk Rasa Kembali Digelar, Hong Kong Menjadi "Lautan Hitam"
Oleh
·2 menit baca
Warga Hong Kong kembali berunjuk rasa untuk menolak RUU Ekstradisi. Mereka juga meneriakkan tuntutan agar Pemimpin Eksekutif Hong Kong mundur.
HONG KONG, MINGGU -- Ribuan orang, mulai dari remaja hingga dewasa, dengan berpakaian hitam, turun ke jalan-jalan di Hong Kong, Minggu (16/6/2019). Mulai dari Victoria Park di Causeway Bay di Distrik Timur hingga pusat bisnis di sekitar kompleks Kantor Parlemen di Distrik Tengah-Barat, massa menyerukan tuntutan agar Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mundur.
Tuntutan mundur dinilai warga sebagai hal yang pantas diajukan kepada Lam sekalipun Sabtu lalu Lam telah menyatakan penundaan tanpa batas waktu bagi pengesahan Rancangan Undang-Undang Ekstradisi. Saat itu, meski menyatakan sedih dan menyesal karena gagal meyakinkan warga mengenai pentingnya RUU itu, Lam tidak minta maaf kepada warga.
Pengesahan RUU Ekstradisi akan membuat warga Hong Kong dan warga asing di wilayah itu dapat diekstradisi ke negara lain, termasuk China, jika diduga berbuat kejahatan. Para kritikus mengatakan, Undang-Undang Ekstradisi baru mengancam kedaulatan hukum Hong Kong dan reputasi internasionalnya sebagai pusat keuangan Asia. Terkait hal itu, beberapa taipan Hong Kong dikabarkan mulai memindahkan kekayaan ke luar negeri.
”Carrie Lam menolak minta maaf. Hal itu tak dapat diterima. Dia menundanya sekarang hanya untuk mengelabui kita agar tenang,” kata Catherine Cheung (16). Teman sekelasnya, Cindy Yip, menimpali Cheung. ”Itu alasannya kami masih menuntut agar RUU ini dihapus,” ucapnya.
Beberapa pengunjuk rasa membawa bunga anyelir putih, sementara yang lain memegang spanduk bertuliskan ”Jangan Menembak, Kami Warga Hong Kong”. Hal ini merupakan peringatan kepada petugas keamanan terkait kericuhan yang terjadi dalam aksi serupa, pekan lalu. Kericuhan itu mengakibatkan puluhan orang terluka, termasuk petugas.
Petugas keamanan yang hadir dalam unjuk rasa pada Minggu terlihat santai. Aparat dikerahkan terutama untuk mengarahkan lalu lintas ketika pengunjuk rasa melintasi pusat komersial Hong Kong.
Di luar rute pawai, sejumlah warga berbaris untuk meletakkan bunga dan memberikan penghormatan kepada pria yang jatuh dan meninggal pada Sabtu pekan lalu. Pria ini jatuh setelah memasang spanduk dengan seruan ”Jangan Ada Ekstradisi ke China” dan ”Tunjukkan Cinta, Bukan Tembakan”.
Tuntutan kepada Lam sekaligus menjadi alat untuk menambah tekanan kepada Pemerintah China. Media yang dikelola Partai Komunis China, People’s Daily, dalam sebuah komentar pada Minggu mengatakan, pemerintah pusat memberikan dukungan kuat bagi Lam.
Setelah dikembalikan ke China oleh Inggris pada 1997, Hong Kong telah diperintah di bawah formula ”satu negara, dua sistem”. Sistem itu dinilai telah memungkinkan Hong Kong tetap menerapkan demokrasi dan sistem hukum yang independen. (AP/AFP/REUTERS/BEN)